Candi Kalasan Penuh Ragam
Jika kamu melintasi Jalan Yogya Solo, di sekitaran Kawasan Kalasan kamu akan melihat sebuah candi berdiri di selatan jalan. Lokasi tepatnya berada di Dusun Kalibening, Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Itulah Candi Kalasan, yang merupakan candi bercorak Budha. Candi ini juga terkenal dengan nama Candi Kali Bening.
Candi ini berdiri satu lantai. Terdiri dari tiga bagian, kaki, tubuh dan atap. Pada kaki terdapat relief purna kalasa, yaitu teratai yang keluar dari kendi. Terdapat juga kepala kala dengan jengger segitiga dipadukan dengan makara (serupa bentuk binatang) melengkung ke bawah. Bagian tubuh candi terdapat relung-relung yang dulunya tempat untuk menaruh arca.
Banyak hal menarik dari Candi Kalasan. Selain bentuknya yang nyaris utuh juga kaya akan ragam ornamen. Ornamen Candi Kalasan memiliki kekhasan. Beberapa motifnya yaitu kala, makara, sulur, bunga dan lain-lain. Kala adalah ornamen bentuk wajah dengan mata bulat, mulut lebar dan gigi bertaring belakang. Makara berbentuk seperti campuran hewan gajah, naga dan singa.
Menurut situs BPCB DIY banyak stupa di sekeliling candi. Sebagiannya bisa tersusun untuh tapi kebanyakan tidak bisa lagi tersusun karena bagiannya ilang. Stupa di Candi Kalasan berfungsi sebagai tempat penyimpanan abu jenazah Budha. Bentuk dari stupa sendiri adalah interpretasi dari Budha.
Sejarah Candi Kalasan
Dibangun pada 778 M. Merupakan peninggalan Mataram Kuno. Pembangunaan candi ini merupakan permohonan dari pendeta Budha sebagai tempat pemujaan Dewi Tara. Pendiriannya pada masa Wangsa Syailindra.
Raja Panangkaran selain membangun candi ini juga kelak sebelum turun tahta juga mendirikan situs Abhayagiri Vihara yang juga merupakan situs Ratu Boko.
Sempat ada prediksi kalau candi ini akan runtuh jika terkena gempa. Nyatanya gempa 1867 tidak meruntuhkan candi ini. Ancaman nyata yang menghantui candi ini adalah tingginya rumah hunian. Sejak zaman dulu, masyarakat mengambil bebatuan candi ini untuk pembangunan jalan atau rumah tinggal.
Dalam Prasasti Kalasa bagunan Candi Kalasan ini disebut sebagai Tarabhavanam, artinya bangunan ini ditujukan untuk Dewi Tara. Dewi Tara adalah ibu Sang Budha dari tiga generasi.
Mengenal Dewi Tara
Dewi Tara perlambang kebebasan atau kemerdekaan jiwa. Juga merupakan lambang belas kasih serta kehampaan ajaran agama Budha.
Di candi ini juga ditemukan genta. Genta ini dulunya berfungsi sebagai semacam lonceng penanda waktu ibadah. Saat ini genta berada di Museum Sono Budoyo. Dipakai saat sedang upacara. Berbahan perunggu.
Isi dari Prasasti Kalasan Rakai Panangkaran memberi restu membebaskan tanah untuk mendirikan bangunan suci sebagai tempat pemujaan Dewi Tara. Aksara Pranagari.
Candi Sebagai Cagar Budaya
Hal yang menarik dari Candi Kalasan adalah adanya lepa bajraalepa/ vajralepa untuk melapisi dinding candi. Lepa ini juga melapisi dinding dari Candi Sari. Konon saat malam purnama lapisan ini membuat candi bersinar. Fungsi lain dari lapisan ini sebagai pencegah pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu ada juga moonstone candi. Yang merupakan perlambang antara dunia dan alam khayangan. Bentuknya berupa setengah lingkaran satu batu untuh monolig. Moonstone ini berada di sisi timur, sisi pintu masuk candi.
Candi Kalasan masuk dalam cagar budaya. Sayarat cagar budaya adalah usia lebih dari 50 tahun, mewakili masa gaya, lalu memiliki nilai penting. Nilai penting baik sebagai sejarah, teknologi, agama dan kebudayaan. Candi Kalasan usianya jelas sudah lebih dari 50 tahun. Gayanya mewakili Mataram Kuno. Bernilai penting di agama dan kebudayaan Budha. Untuk nilai teknologi sudah mewakili sebab saat itu mengenal sistem kuncian batu.