Hari Bumi, Covid-19 dan Introspeksi Diri
Di saat masyarakat tengah diliputi pilu, duka dan ancaman lantaran Covid-19, terdapat kabar baik yang datang dari planet kita. Bumi yang kita tempati menunjukkan perbaikan. Beberapa perbaikan, seperti kualitas udara yang semakin membaik, penurunan penggunaan energi, penurunan volume sampah, dan lain sebagainya.
Covid-19 yang tengah melanda dunia saat ini, barangkali menjadi cara bumi menyadarkan kita bahwa, selama ini kita telah banyak melakukan kerusakan di muka bumi. Barangkali juga lewat wabah ini kita dapat tersentil untuk lebih peduli terhadap planet ini. Serta menjadi sarana intropeksi diri untuk lebih bijak berperilaku di atas planet ini.
Merebaknya wabah ini bertepatan dengan Hari Bumi 2020. Hari bumi kali ini memang berbeda dengan biasanya, tidak ada perayaan untuk melakukan aksi turun ke jalan secara langsung, untuk menyadarkan masyarakat tentang kondisi bumi saat ini. Lebih dari itu, perayaan hari bumi kali ini dilakukan secara digital dan 24 jam penuh. Perayaan akan diisi dengan pesan-pesan pertunjukkan serta ajakan untuk mengatasi perubahan iklim di situs resmi Earth Day Network dan Twitter.
Meskipun dengan perayaan yang berbeda, namun kali ini bumi menunjukkan kondisi terbaiknya. Dikutip dari Theran Times, untuk pertama kalinya secara berangsur-angsur emisi gas rumah kaca, konsumsi bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat dan laut secara drastis mengalami penurunan. Penurunan ini berdampak pada emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 menjadi sama dengan 1990-an atau sekitar 30 tahun yang lalu. Data ini menyadarkan bahwa wabah ini berdampak baik pada perbaikan kondisi bumi saat ini.
Berdiam diri di rumah dan melakukan segala sesuatu dari rumah seakan mengajak kita untuk kembali merenungkan perilaku apa saja yang telah merugikan bumi. Perkembangan zaman, pesatnya kemajuan tekhnologi memang memudahkan kita, namun disisi lain membuat lingkungan kita semakin rusak dan tentunya merugikan bumi. Adanya, wabah ini membuat aktifitas kita di luar ruangan menjadi terhenti, interaksi kita terhadap lingkungan pun semakin berkurang, namun ternyata hal ini berdampak positif bagi bumi. Bumi seakan bernapas kembali.
Keberadaan manusia di planet ini memang sangat berdampak, terlebih di daerah yang menyimpan habitat alami. Mungkin, kita sering mendengar banyak pemburuan pada satwa-satwa liar. Satwa-satwa yang harusnya kita lindungi malah sebaliknya dijadikan bahan yang diperjual belikan. Namun, adanya wabah ini seakan menjadi cara semesta memberikan ruang gerak bagi satwa-satwa liar. Populasi satwa liar mengalami peningkatan dan perbaikan. Hal ini lantaran berkurangnya aktifitas manusia di daerah-daerah tersebut.
Kebijakan pemerintah terkait tidak melakukan kegiatan di luar ruangan menjadi momentum yang tepat untuk bumi dapat pernapas lebih dalam. Berkurangnya kendaraan di jalan raya membawa angin segar bagi bumi. Sebelum wabah ini merebak di perkotaan besar yang padat akan penduduk serta kurangnya tumbuhan hijau, kita mungkin jarang menemui awan biru yang cerah. Namun saat wabah ini merebak dan masyarakat diminta untuk berdiam diri di rumah, kita dapat dengan mudah menemui awan yang cerah serta polusi yang berkurang.
Kelak saat covid-19 ini telah berakhir, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita, untuk lebih bijak pada bumi. Agar bumi terus merayakan kondisi terbaiknya. Wabah ini memang harus kita musnahkan. Namun, perilaku sederhana kita saat ini yang tidak kita sadari dapat mengurangi kerusakan bumi harus tetap kita lestarikan.
Tinggalkan Balasan