free page hit counter

Sudahkah Merdeka Pendidikan di Indonesia?

Potret pendidikan (dokumen pribadi)

Sudahkah Merdeka Pendidikan di Indonesia?

Contents

Kemerdekaan dan Kedisiplinan

“Di mana ada kemerdekaan, di situ harus ada disiplin yang kuat. Sungguh disiplin itu bersifat self disiplin, yaitu kita sendiri mewajibkan dengan sekeras-kerasnya. Peraturan yang sedemikian itu harus ada dalam suasana yang merdeka.” Ki Hadjar Dewantara, Bapak pendidikan Indonesia (Mardatila 2020)

Layaknya kutipan tersebut, bahwa kunci simbolis dalam arti kemerdekaan adalah kedisiplinan. Kedisipilinan ibarat mata angin yang merambah ke seluruh sektor termasuk pendidikan. Kemajuan pendidikan dapat menjadi parameter keberhasilan suatu negara dalam menciptakan SDM-nya yang unggul.

Potret pendidikan (dokumen pribadi)
Dok. Pribadi

Pendidikan merupakan kunci dalam keberhasilan suatu peradaban. Termasuk bangsa, negara, dan berbagai lini di dalamnya. Kunci untuk memajukannya itu adalah dengan menyamaratakan hak-hak pendidikan itu sendiri dan tidak hanya berpihak terhadap salah satu saja. Misalnya, tidak membedakan fasilitas di perkotaan dan pedesaan. Keduanya harus seimbang supaya Indonesia tidak hanya cerdas di perkotaan saja namun juga dari desa-desa yang ada di pelosok negeri.

Problematika Pendidikan di Indonesia

Namun, berbagai problematika pendidikan di Indonesia ini nampaknya belum usai. Jika melihat kondisi perkembangan di daerah terpencil atau 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) jelas sekali ketertinggalannya. Mulai dari fasilitas sekolah yang tidak memadai, kurangnya SDM pengajar, akses yang sulit, serta beragam permasalahan lain. Meski demikian, pemerintah Indonesia terus berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat di daerah maupun pelosok. Tetapi peran pemerintah saja belum cukup, harus adanya partisipasi aktif dari masyarakat dan seluruh stakeholders.

Selain itu, di Indonesia masih ada kasus buta huruf. Maka daripada itu pemerintah berupaya dan konsisten dalam menekan angka buta huruf. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat buta huruf di Indonesia saat ini sebanyak 1,93 persen. Artinya, sudah ada 98,07 persen penduduk yang sudah tidak buta huruf. (Nabila 2020)

Namun, kembali lagi menelaah problematika yang ada di wilayah 3T. Penulis pernah hidup menetap dalam beberapa waktu di daerah 3T, yang kondisinya masih jauh dari kata ‘maju’, baik dari segi pendidikan, ekonomi, lingkungan, dan pola hidup sehat. Seperti suatu pengabdian yang pernah terjadi di pedalaman pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Mulai dari akses menuju lokasi yang terjal, jauh dari perkotaan. Fasilitas pendidikan yang rendah, SDM pengajar yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan buku bacaan, minimnya akses teknologi, serta beragam kekurangan lainnya. Hal tersebut menjadi tugas bersama untuk menuntaskan dan mengambil peran dalam mencari solusi atas problematika di daerah 3T.

Jika pendidikan berkualitas itu hanya berpaku pada perkotaan saja yang notabene sudah maju dan berkembang pesat, maka prediksi Indonesia tidak akan berkembang secara maksimal. Bahkan bisa saja mengendap, karena kurangnya perhatian terhadap kondisi yang terjadi di pelosok negeri.

Merdeka Pendidikan, Tugas Bersama

Menginjak Agustus ini, bulan yang penuh sukacita terutama Indonesia dalam meraih kemerdekaannya. Maka lihatlah kembali apakah pendidikan di Indonesia sudah merdeka? Jawabannya ada dalam diri masing-masing. Jika peduli akan Indonesia, maka jadilah manusia yang berperan aktif dan solutif atas beragam problematika di Tanah Air tercinta.

Pendidikan akan maju bilamana semua aspek yang ada di dalam suatu negara saling mendukung dan bekerjasama dalam pembangunan yang berkualitas. Bukan hanya mengajarkan secara kognitif, tetapi juga dari segi akhlak, perilaku dan humanistik. Supaya pendidikan itu juga memanusiakan manusia, bukan yang tidak memiliki hati. Begitu pula kunci merdekanya suatu bangsa ialah dengan merdekanya pendidikan.  

Negara yang merdeka menjamin kemerdekaan pada sektor pendidikannya. Maka dari itu, pemerintah perlu berbenah sejalan dengan antusiasme masyarakat dalam rangka meningkatkan daya juang masyarakat.

Share this post

Comments (3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *