Squid Game: Kemiripan Kisah Kelam ‘Brothers Home’
Contents
Squid Game Season 2
Serial dari Korea Selatan Squid Game Season 2 menjadi sorotan bagi penikmat drama serial tv karena alur cerita yang terlihat orisinal, peran tokoh karakter yang mendalam, dan terdapat kritik sosial yang kuat. Serial ini memecahkan berbagai rekor, termasuk menjadi acara yang paling banyak orang bahas di media sosial. Namun, di balik serial Squid Game, muncul sorotan bahwa cerita ini memiliki kemiripan dengan kisah nyata Peristiwa ‘Brothers Home’.
Tragedi Brothers Home adalah sebuah insiden mengerikan yang terjadi di Korea Selatan pada tahun 1987. Mengerikan karena melibatkan eksploitasi dan penyalahgunaan terhadap ratusan orang dengan disabilitas di sebuah fasilitas kesejahteraan bernama Brothers Home di Daegu. Tragedi ini menunjukkan terjadi praktik-praktik penyalahgunaan mengerikan di rumah-rumah perawatan bagi orang-orang dengan disabilitas. Peristiwa ini menjadi salah satu kasus paling mencoreng dalam sejarah pelayanan kesejahteraan di Korea Selatan.
Apa itu ‘Brothers Home’?
Brothers Home pada awalnya berdiri 20 Juli 1960 sebagai panti asuhan di Busan untuk merawat orang-orang disabilitas fisik dan mental.[1] Seiring dengan berkembangnya panti asuhan, tempat tersebut berubah menjadi pusat akomodasi bagi para gelandangan umum di awal tahun 70an.
Pada bulan Juli 1975, Brothers Home menandatangani kontrak dengan kota Busan dan menjadi salah satu fasilitas penahanan gelandangan resmi. Namun bertambahnya waktu fasilitas ini terlihat begitu buruk, penuh dengan penghuni yang hidup dalam eksploitasi dan kesengsaraan. Pengelola asilitas ini dikelola oleh pemilik yang tidak bertanggung jawab. Perawatan yang tidak memadai dan malah justru memanfaatkan para penghuni untuk tujuan pribadi.
Gambar 1. Bangunan kompleks Brothers Home (sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Brothers_Home#/media/File:BrothersHomeBusan.jpeg)
Antara tahun 1976 dan 1987, melalui diktator militer di Korea Selatan, pemerintah melakukan ‘penertiban’ di jalanan dan memasukkan sekitar 38.000 orang ke dalam pusat kesejahteraan Brothers Home. Selain itu, pemerintah menertibkan banyak gelandangan sebagai persiapan untuk menjadikan Korea Selatan tuan rumah Asian Games 1986 dan Olimpiade 1988.
Gelandangan di Korea Selatan Tahun 1976-1987
Fasilitas ini bertujuan memberi pelatihan kepada orang-orang dengan disabilitas, gelandangan, serta orang-orang tanpa identitas, termasuk anak-anak di bawah umur, agar mereka dapat memperoleh pekerjaan dan menjalani kehidupan yang layak. Hal ini memiliki kemiripan dengan serial tv Squid Game. Mayoritas peserta Squid Game memiliki latar belakang sosial miskin dan terdesak masalah keuangan. Sehingga ikut berpartisipasi dalam permainan yang berlokasi di sebuah tempat terpencil.
Park In-keun, seorang mantan sersan tentara adalah pengelola Brothers Home. Terungkap bahwa dia mengelola tempat itu seperti kamp konsentrasi, dengan kondisi bangunan dikelilingi oleh tembok tinggi dan pintu yang dikunci dari luar pada malam hari. Dengan mengenakan seragam militer bekas atau baju olahraga biru, orang-orang yang dimasukkan di Brothers seperti menjadi tahanan. Mereka bekerja dari fajar hingga senja di pabrik-pabrik yang memproduksi segala sesuatu mulai dari pakaian dan sepatu serta peralatan lainnya. Bahkan, gaji para pekerja di pabrik tersebut hanya memproleh setengah gaji mereka atau tidak mendapat bayaran sama sekali.
Tragedi Kelam Korea Selatan
Orang-orang yang tinggal di Brothers Home menjadi korban penyalahgunaan sistemik, mendapat eksploitasi dan kerja paksa[3]. Para penghuni bekerja tanpa bayaran, mendapat perlakuan tidak manusiawi tanpa ada kesejahteraan. Mereka hidup dengan kondisi yang mengerikan, kebersihan yang tidak terjaga dan fasilitas yang sangat tidak memadai. Mereka sering kali mendapatkan kekerasan fisik dan psikologis. Beberapa penghuni bahkan mendapat pukulan dan siksaan dari staf. Sementara yang lainnya gerakannya terbatas dalam ruang yang sempit.
Gambar 2. Kondisi ketika ‘penertiban’ gelandangan oleh polisi di Korea Selatan dan kemudian dipindahkan ke Brothers Home (sumber: https://apjjf.org/2023/6/kim-et-al)
Pelanggaran hak asasi manusia di Brothers Home di Busan tahun 1970an dan 1980an terungkap ketika seorang petugas sosial melakukan penyelidikan dan menemukan bukti-bukti penyalahgunaan terjadi di tempat tersebut. Setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut, kasus ini memicu gelombang protes besar dari masyarakat Korea Selatan. Masyarakat mengecam keras praktik penyalahgunaan yang terjadi di fasilitas tersebut.
Dari tahun 1975 hingga 1987 Brothers Home merupakan fasilitas perumahan kelompok terbesar bagi para tunawisma, orang sakit, orang cacat, dan orang miskin—sebuah program yang bahkan mendapat pujian dari pemerintah Korea. Namun, selama bertahun-tahun, berbagai pelanggaran hak asasi manusia menyebabkan kematian 657 warga.
Baca juga Filosofi Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh
Tragedi Brothers Home adalah salah satu peristiwa sejarah kelam bagi Korea Selatan yang membuka pandangan mata dunia bahwa terjadi kondisi mengerikan di lembaga-lembaga perawatan. Tragedi ini bukan hanya menjadi persoalan individu, namun menjadi bukti tentang adanya kegagalan sistem sosial dalam melindungi hak asasi manusia.
[1] https://apnews.com/general-news-c22de3a565fe4e85a0508bbbd72c3c1b akses pada 6 Januari 2025 pukul 17.47
[2] https://apjjf.org/2023/6/kim-et-al akses pada 6 Januari 2025 pukul 17.57
[3] https://www.nytimes.com/2022/08/25/world/asia/korea-abuse-brothers-home.html akses pada 6 Januari 2025 pukul 18.37
Tinggalkan Balasan