Mengulik Peninggalan Kerajaan Mataram Islam di Kotagede
Contents
Kerajaan Mataram Islam di Kotagede
Tanah Pusaka, begitulah orang menyebutnya. Kotagede menjadi kawasan bersejarah karena pernah menjadi ibu kota kerajaan Mataram Islam. Sebagai pusat pemerintahan dari sebuah kerajaan besar yang menguasai hampir seluruh Pulau Jawa, apa sajakah situs peninggalan kerajaan yang masih tersisa?
Pertanyaan besar itu kemudian membawa kami masuk cukup jauh dalam renungan. Hingga akhirnya menawarkan solusi untuk mengadakan kegiatan Jelajah Mataram Kotagede.
Kegiatan ini mengajak masyarakat umum dari kalangan anak muda di Yogyakarta dan sekitarnya. Tujuan dan harapan melibatkan generasi muda dalam kegiatan ini adalah agar sejarah tentang kerajaan Mataram Islam Kotagede yang dekat dengan kita tidak hilang begitu saja tergerus zaman.
Duta Damai Yogyakarta serius dalam menggarap kegiatan kebudayaan semacam ini. Di bulan yang sama, 7 Oktober 2023 lalu telah melangsungkan belajar sejarah Jogja dari Pinggir Sungai Code bersama komunitas dari afterpaths.
Sabtu, 21 Oktober 2023 pukul 08.15 – 12. 15 WIB kami berkumpul dan mengulik banyak hal sisa peninggalan kerajaan Mataram Islam Kotagede. Kami tentu tidak sendiri, ada founder dari Jogja Walking Tour yaitu Erwin Djunaedi yang menemani perjalanan kami.
Berikut tempat dan situs bersejarah di Kotagede yang kami singgahi, check it out:
1.Masjid Gedhe Mataram
Masyarakat sekitar juga menyebutnya dengan Masjid Agung Kotagede. Masjid ini merupakan masjid tertua di Yogyakarta. Berdiri pada abad ke 16 oleh raja Mataram Islam ketiga yaitu Sultan Agung.
Masjid mengalami penambahan bangunan pada 1796 M oleh keraton Surakarta. Bangunan yang ditambahkan mulai dari serambi sampai halaman depan sekaligus pagar dan tempat wudhu. Maka dari itu, di depan Masjid Gedhe Mataram terdapat sebuah tugu yang pada bagian atasnya tertulis Paku Buwana X.
Salah satu icon atau relief pada dinding gapura masuk Masjid Gedhe Mataram yaitu Sawo Kecik. Di halaman masjid terdapat pohon Sawo Kecik yang tumbuh subur menghiasi pekarangan masjid yang bersejarah ini. Sawo Kecik atau Sawo Jawa memiliki nama ilmiah Manilkara Kauki.
Nilai filosofi yang terkandung dalam nama Sawo Kecik yaitu sarwa becik yang artinya dalam Bahasa Indonesia mengandung hal-hal baik atau serba baik. Sebuah simbol yang mengharapkan setiap manusia bisa mengambil dan menyebarkan kebaikan dalam kehidupan setelah berada di rumah ibadah, Masjid Gedhe Mataram.
2.Situs Watu Gilang, Gatheng dan Genthong
Bangunan yang berada di tengah jalan dan diapit oleh pohon beringin besar ini bukan tempat biasa melainkan tempat penyimpanan salah satu situs bersejarah di Kotagede yaitu Watu Gilang, Watu Gatheng, dan Watu Genthong. Kami diperbolehkan masuk setelah Mas Erwin meminta izin kepada Abdi Ndalem untuk bisa secara langsung melihat seperti apa bentuk dan kondisi dari situs bersejarah ini.
Watu Gatheng berupa tiga buah batu berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan dengan ukuran yang berbeda. Watu gatheng terkecil kira-kira seukuran dengan bola takraw.
Sementara Watu gilang berupa batu berbentuk persegi empat berwarna hitam legam yang pada sisi atas terdapat prasasti dalam berbagai bahasa. Batu ini dipercaya sebagai singgasan raja-raja Mataram Islam.
Sedangkan Watu Genthong, seperti pada umumnya bentuk Genthong (wadah menyimpan air)
3.Benteng Cepuri Kotagede
Berjalan kaki menyusuri jalanan Kotagede, perjalanan yang mengesankan. Sepanjang mata memandang, dinding bangunan tepi jalan yang kami lewati berhiaskan gambar-gambar bersejarah.
Setelah melewati kampung wisata Purbayan dan bangunan kecil yang menjadi rumah bagi tiga batu bersejarah (Watu Gilang, Gatheng dan Genthong), kami menemukan plang bertuliskan Situs Bokong Semar. Di sinilah situs Benteng Cepuri Kotagede berada. Benteng cepuri merupakan benteng pertahanan yang melindungi bagian dalam Kerajaan Mataram Islam.
Meskipun saat ini yang masih bisa kita saksikan hanya bentuk reruntuhan saja, namun Benteng Cepuri ini merupakan saksi sejarah pemerintahan Kerajaan Mataram Islam. Kotagede pernah menjadi ibu kota atau pusat pemerintahan Kerajaan mataram pada masa Panembahan Senopati dan Sultan Agung.
4.Sendang Seliran Kotagede
Kolam pemandian atau Sendang Seliran terletak di sebelah selatan komplek Makam Raja Mataram Kotagede. Untuk masuk ke Sendang Seliran kami melewati gapura paduraksa kemudian menuruni anak tangga karena posisi sendang permukaan tanahnya lebih rendah dari tanah sekitarnya.
Ada dua Sendang Seliran yaitu Seliran Kakung (pemandian laki-laki) yang airnya berasal dari sumber di dalam area makam. Sedangkan Sendang Puteri (pemandian perempuan) airnya bersumber dari pohon beringin besar di depan gerbang utama.
Selain itu, di komplek Sendang Seliran juga ada sumur yang airnya berlimpah ruah, sampai-sampai untuk mengambil airnya hanya dengan duduk di pinggir sumur dengan gayung kayu yang sudah disediakan.
Sinar pagi berganti terik, tepat di atas ubun-ubun. Jelajah Mataram Kotagede start dan berakhir di halaman Masjid Gedhe Mataram. Menikmati makan siang bersama di teras samping masjid sambil sharing kesan pesan kegiatan hari ini. Belajar sejarah menjadi bagian penting untuk bisa mencintai dan melestarikan kearifan lokal Nusantara. Bersama lebih terasa bahagianya, Salam Budaya!
Lestari Budayaku
Tinggalkan Balasan