KIP Kuliah, Amanah Bukan Hadiah
Contents
Sebagai Anak Asuhan negara yang peduli dengan Indonesia, agaknya saya perlu ikut bersuara. Bersuara tentang apa? Tentu saja tentang kabar viral tempo hari terkait beasiswa KIP Kuliah. Saya tidak akan membahas seberapa besar nilainya. Tidak pula ingin membahas apakah sudah tepat sasaran apa belum. Bahasan kali ini ringan saja, kok.
Namun sebelumnya sepertinya perlu sedikit penjelasan garis besar apa itu beasiswa KIP Kuliah. Ya siapa tahu masih ada yang belum paham. Beasiswa KIP kepanjangan dari kartu Indonesia pintar adalah beasiswa yang awalnya ditujukan untuk anak didik berprestasi dari golongan tidak mampu. Singkatnya begitu. Apa iya harus berprestasi? Setahu saya sih iya, meski tidak melulu dibuktikan dengan piagam penghargaan. Ada kok yang syaratnya hanya sebatas rangking rapot tinggi. Apa iya harus dari keluarga miskin? Nah ini nih, syaratnya sih harus ada lampiran surat keterangan miskin (SKM) dari kelurahan. Agak lucu dong kalau misal ada yang ngurus SKM padahal nyatanya orang berada.
Viral Selebgram Dapat Beasiswa KIP Kuliah
Nah kasus yang viral kemarin itu ternyata ada seorang katakanlah selebgram atau influencer yang ternyata ketahuan dapat beasiswa KIP Kuliah. Oh iya sebelumnya saya kasih tahu, beasiswa KIP itu mulai dari jenjang sekolah dasar sampai strata satu. Mungkin kalau si selebgram itu hidupnya biasa saja dan gaya hidupnya selayaknya kaum SKM mungkin tidak jadi soal. Kan syaratnya dari keluarga kurang mampu dan berprestasi. Menjadi selebgram itu bisa masuk hitungan prestasi lho ya.
Kenapa saya bilang selebgram itu sebuah prestasi? Terlepas dari bagaimana dia membuat konten, nyatanya waktu lalu ada kampus yang memang memberi beasiswa atau gratis biaya ini itu jika calon mahasiswanya punya follower atau subscribe sekian-sekian. Jelas dong selebgram mendapat pengakuan dalam kasus ini. Belum lagi jika sebuah kampus punya mahasiswa yang juga seorang selebgram maka otomatis reputasi kampus naik dong. Wajar jika selebgram sama dengan aset kampus. Wajar dapat “kemewahan” dibanding mahasiswa biasa-biasa saja, yang jangankan punya ribuan follower, punya akun sosmed saja tidak.
Balik lagi ke selebgram yang jadi rujukan netizen Indonesia beberapa waktu lalu. Begini, dari penelusuran rekam jejak digital sang selebgram terkuak fakta kalau beliau ini tercatat sebagai mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah padahal saat yang sama gaya hidup si selebgram ini jauh dari kata susah.
Netizen Adalah Gabungan Tim Pencari Fakta
Dari temuan netizen, diketahui kalau koleksi tas si selebgram ini bejibun. Lebih banyak dibanding hari dalam sepekan. Sampai bisa dibayangkan dalam sehari bisa ganti tas sampai 4 kali tergantung suasana dan situasi. Tentu saja tas-tas yang dimaksud ini adalah tas-tas mewah atau katakanlah branded. Kalau pun bukan dari brand besar tapi harganya bisa ratusan ribu.
Temuan fakta ini tentu saja membuat netizen semakin julid dan terus mencari fakta lainnya. Singkatnya ketemulah postingan yang memperlihatkan kalau si selebgram ini selain koleksi tas juga koleksi make-up juga skincare. Lagi-lagi produknya bukan produk kaleng-kaleng. Satu listrik bisa buat jajan anak kos seminggu. Apa gak hedon tuh??
Semakin dikorek semakin membuat netizen menjerit. Pasalnya ternyata si selebgram ini dulunya sering ikut les banyak hal. Ngakunya les ini itu tidak bertahan karena bosan. Bayangkan, orang mana yang ikut les (bukan les murah) terus berhenti karena bosan dan selanjutnya ganti les keterampilan yang lain? Orang golongan mana yang bisa begini?
Kalau orang golongan pencari SKM mah boro-boro buat les piano, les ballet atau les privat matematika, mending duit buat biaya angkot ke sekolah.
KIP Kuliah itu Bukan Hadiah
Si selebgram ini kurang terima dengan tuduhan dari netizen yang menyudutkan dirinya. Ia membela diri dengan dalih bahwa les-lesan sana sini itu dijalani saat dulu keluarga dia masih berada. Ia tidak terima dengan komentar netizen yang menyudutkan dirinya. Seolah yang terjadi dulu tidak ada kaitannya dengan hari ini.
Karena pembelaan itu, makin panaslah suasana. Netizen tetap menganggap kalau si selebgram ini aslinya dari keluarga beraset dan tidak sewajarnya mendapatkan beasiswa KIP Kuliah. Netizen menganggap kalau beasiswa ini salah sasaran.
Postingan si selebgram yang memang tampak hedon dan glamour. Selain tas dan makeup juga tambah gadget ternama. Belum lagi ternyata si selebgram ini ternyata mau buat produk dengan brand dia sendiri. Sebenarnya ini keren tapi oleh netizen seorang yang berani membuat brand sendiri otomatis masuk dalam deretan orang punya duit. Masuk akal sih, darimana bisa punya brand sendiri kalau tidak ada modalnya?
Modal bisa saja sih pinjaman tapi pasti ada jaminan dong. Kalau dia punya jaminan berarti berada dong ya. Nah gitu terus muter alurnya. Netizen mah belum apa sudah bisa menerka muaranya.
Sebenarnya yang membuat netizen ngenes memang karena hedonnya itu. Kalau memang bisa hedon harusnya tidak perlu mengambil jatah KIP Kuliah itu. Harusnya jatah itu bisa dipakai orang lain yang tepat. Kalau si selebgramnya bilang bisa tembus beasiswa saat itu pas lagi bangkrut, harapan netizen dia bisa mencabut beasiswa itu ketika sudah hedon.
S1 saya juga hasil dari KIP Kuliah atau zaman dulu namanya bidikmisi, jadi saya paham bagaimana mekanisme seleksinya. Tapi ya gimana ya, kayaknya yang seperti si selebgram ini banyak deh. Maksudnya dapat beasiswa tapi bisa hedon. Beasiswa ya saya bilang bukan KIP Kuliah. Sebab banyak jenis beasiswa tuh.
Menjadi Generasi Pemberi Bukan Peminta
Semoga dengan viralnya kasus ini menjadikan pelajaran untuk penyelenggara beasiswa. Mungkin bisa mengecek sejauh mana dana beasiswa itu sampai tepat sasaran. Pula kasus ini menjadikan tamparan untuk para penerima beasiswa KIP Kuliah untuk tidak sok (pamer) hedon. Ingat kalian Kuliah dengan uang rakyat. Banyak mata mengawasi dan mulut mengadu.
Tapi apapun itu sebenarnya semuanya butuh kesadaran. Jika memang sadar tidak layak menerima harusnya menolak atau mengembalikan. Dan memberi kesempatan kepada yang benar-benar membutuhkan. Yang seperti ini lebih bijak. Jangan malah seharusnya bisa memberi eh malah ikut antrean minta diberi.
Semoga beasiswa apapun selanjutnya tepat sasaran. Tidak mubazir untuk foya-foya atau malah korupsi. Masih banyak anak Indonesia yang membutuhkan beasiswa. Sayangnya tidak jarang untuk mengakses beasiswa ini mereka sangat kesulitan. Jangankan untuk menikmati atau menerimanya, tahu ada beasiswa saja tidak.
Mari untuk kita terus melangkah dan berdoa. Tidak perlu ikut julid atau jadi provokasi. Siapa tahu next episode kita yang akan menjadi penyelenggara dan donatur dari sebuah beasiswa. Bukankah memberi itu lebih baik?
Comments (3)
[…] mendapat cerita seorang penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Sementara orang tuanya tidak paham bahwa anaknya […]
[…] lomba juara satu, dua dan tiga mendapatkan uang pembinaan, trofi juara dan sertifikat. Sementara juara harapan satu sampai tiga masing-masing mendapat […]
[…] tetap saja inti dari kegiatan ini adalah vakansi, piknik alias bersenang-senang. Sangat jarang murid sedih saat ada pengumuman tentang pelaksanaan karyawisata. Kecuali memang mereka yang introvert […]