free page hit counter

Memanusiakan Manusia oleh Romo Mangun

Memanusiakan Manusia oleh Romo Mangun

Contents

Mengenal Siapa Romo Mangun

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau lebih dikenal dengan Romo Mangun, adalah seorang pengajar, budayawan dan praktisi arsitek di Indonesia. Romo Mangun, lahir di Ambarawa, Jawa Tengah pada tahun 1929. Menerima tahbisan imamatnya pada 1959, menjadi imam Pradja Keuskupan Agung Semarang.

Ketika menempuh studi pendidikannya di Aachen, Jerman beliau menyandang predikat pastor arsitek. Jejak kehidupannya beragam, mulai dari penulis di berbagai media, penulis buku fiksi dan non fiksi, sastrawan, budayawan, rohaniwan dan staf pengajar di Jurusan Arsitektur UGM Yogyakarta. Beliau memiliki konsep tentang arsitektur adalah kewajiban untuk berpihak pada kaum lemah. 

Romo Mangun Gambar ini diambil dari https://www.katolikana.com/2020/10/21/romo-mangun-tidak-mengkristenkan-kampung-code/

Bidang Arsitektur

Beberapa karya yang telah beliau hasilkan dapat dimaknai oleh khalayak umum sehingga mampu menambah pandangan kita soal budaya secara luas. Sebagai seorang arsitek, Romo Mangun memiliki sudut pandang sendiri dalam membuat desainnya. Ada beberapa bangunan yang telah beliau desain. Seperti pada bangunan-bangunan pemukiman Kali Code. Prinsip estetika arsitektural YBM jelas tertulis sebagai berikut: “Nilai budaya diartikan segala yang mengangkat manusia menjadi semakin manusiawi utuh”.

Karya selanjutnya pada detail Gereja St. Lukas; Gereja Maria Assumpta; Gereja Salib Suci; Perpustakaan Pusat UGM; dan Seminari Anging Mamiri. Semuanya termuat ungkapan khas Romo Mangun: Arsitektur adalah ekspresi dan wahana sebuah kebudayaan, dalam alam pikir, alam cita rasa dan ungkapan langsung paling jelas bagaimana sebuah masyarakat berfilsafat hidup dan menangani kehidupan.

Pada detail bangunan Bentara Budaya Jakarta; Gereja St. Albertus; Wisma Kuwera; Gereja Salib Suci; Rumah Arief Budiman. Padanya tertulis “Kontruksi yang bertahan adalah yang benar, bukan yang asal besar atau berat”.[1]

Sebagai arsitek, Romo Mangun sering melakukan proses desain di lapangan pada saat proyek pembangunan sedang tahap pengerjaan dengan mengubah desain seperti satu bagian yang sudah selesai harus bongkar lagi untuk mengikuti perubahan. Perubahan ini umumnya langsung terlaksana di lapangan dengan memberi instruksi detail pada tukang. Instruksi bisa dalam bentuk coretan-coretan, bahkan coretan di tanah. Alasan yang Romo sampaikan mengenai seringnya perubahan dalam desainnya adalah, “dunia ini berubah dengan sangat cepat”.[2]

Dunia Pendidikan

Keberadaan Romo Mangun dalam dunia pendidikan begitu penting di Indonesia. Beliau mendapat julukan sebagai pejuang sosial dan pendidikan. Y.B. Mangunwijaya berinisiatif mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED). Yayasan ini milik Yayasan Kanisius yang terletak di desa Mangunan. Menjadi tempat bagi Y.B. Mangunwijaya dan Dinamika Edukasi Dasar (DED) sebagai laboratorium uji coba konsep pendidikan yang humanis.

Sebenarnya SD Kanisius Mangunan sudah hampir tutup karena kekurangan dana. Masalah ini kemudian mendapat respon Romo Mangun. Beliau kemudian bertemu direktur Yayasan Kanisius dan sepakat atas rencana yang telah Romo sampaikan. Selanjutnya sekolah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Y.B Mangunwijaya dan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED). Juga mendapat dukungan dari PT. Gramedia Widiasarana Indonesia dalam bentuk kerjasama pelaksanaan pendidikan di SD Kanisius Mangunan pada tahun 1994.[3]

Romo Mangun menjelaskan bahwa dalam tahap proses pembelajaran di kelas, perlu adanya pendampingan anak didik seolah seperti merawat sebuah pohon. Ia berpendapat pendampingan agar menumbuhkan rasa kepekaan humaniora alias manusiawi.  

Dasar Dunia Pendidikan ala Romo Mangun

Menurut Romo Mangun, hal yang mendasari dalam dunia pendidikan yakni mendampingi dan menolong anak-anak untuk mengenal potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa dan utuh. Pengembangan potensi diri ini memiliki arti penting untuk menumbuhkan kepedulian, memperlihatkan perasaan bersatu sesama manusia lain dalam bentuk pewujudan humanisme yang harmonis.

Oleh karena itu, baginya pendidikan selain mencerdaskan pikiran juga dalam rangka menerapkan sejarah perkembangan manusia menuju arah yang cerdas, dewasa dan merdeka.[4] Melalui pendidikan, Romo Mangun memiliki kepedulian dan harapan yang besar kepada anak-anak muda sebagai pondasi masa depan bangsa.

Pembelajaran kepada siswa-siswi yang ada di SD Eksperimental Mangunan. Gambar diambil dari https://web.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/pgsd/detail.php?id=berita&noid=959

Pandangan Humanisme Romo Mangun

Romo Mangun akhirnya memilih pendidikan yang berpihak kepada rakyat miskin tertindas dan terpinggirkan. Ia memiliki pandangan humanisme dalam pendidikan dasar bagi anak miskin sebagai jenjang pertama anak mengenal pendidikan secara formal. Mengingat kebijakan yang diambil akan menentukan ke jenjang berikutnya. Hal ini memiliki dampak memberikan hubungan yang baik dalam membentuk sikap dan pengetahuan peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya.

Keinginan Y.B. Mangunwijaya adalah peningkatan kualitas pengajaran dan pendidikan dasar. Sehingga dapat meningkatkan jiwa ekspolarasi dan kreasi-inovasi untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak muda melalui budi pekerti dan iman atau takwa untuk mengolah kehidupan secara nyata bagi peserta [5].

Sebagai contoh jenjang pendidikan yang menjadi pusat perhatian Y.B. Mangunwijaya adalah sekolah dasar. Baginya, sekolah dasar merupakan tempat yang strategis sebagai pondasi bekal untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Pendidikan yang menjadi pedoman oleh Sekolah Dasar Eksperimental Kanisius Mangunan berfokus kepada anak-anak dari keluarga miskin yang belum memperoleh pendidikan formal.

Maka dari itu, pendidikan sekolah dasar ini arahnya untuk pemekaran diri peserta didik. Yang berguna bagi kehidupannya sebagai individu yang bermartabat dan berguna bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Beberapa tujuan yang terus ada adalah pemekaran daya kognitif, pemekaran kemampuan efektif, pemekaran kemampuan untuk saling berkomunikasi yang kemudian berkembang menjadi eksploratif, kreatif, dan integral.

Mengubah Kali Code

Romo Mangun mengubah bantaran Kali Code pada tahun 1984. Kondisi Kali Code pada 1960-an sampai 1970-an masih mengkhawatirkan. Bahkan, tempat tersebut terkenal dengan sebutan pemukiman kumuh. Pada tahun 1978-1981, di sekitar Kali Code masih banyak berjajar rumah kumuh yang terbuat dari kardus bekas.

Di tengah ketidakpedulian Pemerintah Kota Yogyakarta, Romo Mangun menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat Kali Code dengan aksi tinggal bersama di bantara Kampung Code.[6] Pada tahun 1983, beliau mulai memasuki pemukiman Kampung Code. Ia menjadi tokoh penting dalam menjembatani pemerintah ketika akan melakukan penggusuran.

Romo Mangun mulai menata ulang kampung tersebut, dari masyarakatnya maupun tempat tinggalnya. Kedatangannya sukses mengubah Kali Code dari citra sebagai pemukiman kumuh jadi lingkungan yang lebih baik. Pada saat pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memutuskan penggusuran pada 1980an,  Romo Mangun melakukan aksi mogok makan hingga penggusuran dihentikan. Pada akhirnya Pemda DIY mencabut rencana penggusuran.

Mangunwijaya menawarkan untuk memperbaiki Kali Code, meskipun tidak memiliki banyak uang. Beliau menginisiasi penataan pemukiman penduduk. Bersama  tim  relawannya  berkeinginan  untuk  mengubah  cara  hidup penduduk  Kali  Code. Saat itu penduduk Code hidup dalam kemiskinan dan memiliki kebiasaan yang kurang sehat serta tidak mendapat pengakuaan akan keberadaannya (penduduk liar) di Kota Yogyakarta. Beliau membuat bantaran Kali Code jadi lingkungan yang sehat bagi penduduk yang tinggal di sana.

Salah satu sudut tempat yang ada di Kampung Code. Gambar diambil dari https://www.caritra.org/2016/11/11/mengenang-romo-mangun-pahlawan-kampung-code-yang-warna-warni/

Wajah Baru Kali Code

Fasilitas yang Romo Mangun ubah seperti mengecat rumah-rumah dengan ornament khas Jogja, WC Umum, kamar mandi umum, ruang terbuka untuk main, balai serbaguna sebagai tempat berkumpul dan pertemuan dan perpustakaan untuk belajar. Selain itu, balai serbaguna juga berfungsi sebagai rumah singgah untuk mensosialisakian pengetahuan umum dan Pendidikan bagi para anak jalanan, pemulung, pengemis hingga pencopet.

Romo Mangun juga mampu mengubah mental masyarakat di Kampung Code dengan melakukan pendampingan kepada warga dalam mengelola pendapatan ekonomi keluarganya. Selama kurang lebih dua setengah tahun, ia berhasil melakukan pemberdayaan mengubah paradigma masyarakat agar saling menghargai satu sama lain. Beliau memotivasi warga untuk menjadi lebih baik dan menjaga lingkungan bersih. Masyarakat belajar membuang sampah pada tempatnya sehingga menguatkan koletivitas warga Kampung Code.

Konsep Tri Bina

Konsep binaan yang Romo Mangun terapkan meliputi  Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan. Sebutannya sebagai Tri Bina.[7] Bina Manusia sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, pengertian, dan kesadaran berkeluarga dan bermasyarakat. Bina Usaha  memiliki arti meningkatkan taraf hidup dan sarana ekonomi masyarakat.

Bina Lingkungan untuk memperbaiki lingkungan hidup, khususnya di bidang perumahan dan fasilitas umum. Romo Mangun mendampingi dan mengarahkan prinsip kemandirian dan kebersamaan tanpa menunggu pertolongan pihak lain ataupun pemerintah. Prinsip  modal  sosial  sangat  menonjol dalam kepemimpinan  Romo Mangun.

Lewat kepeduliannya terhadap sesama, dia memposisikan diri sebagai pejuang kemanusiaan yang dapat diteladani. Dari cita-cita sejati seorang Romo Mangun itu sebenarnya bukan hanya mencari sesuap nasi (menghidupi diri sendiri dan keluarga), namun juga untuk dapat menjalani hidup yang lebih sejati. Memperjuangkan sosok manusia yang humanis, konsep itulah yang Romo Mangun anggap sebagai hidup yang sejati.

Dengan mengedepankan sifat saling membantu satu sama lain agar semua orang mendapatkan kehidupan yang layak. Keutamaan yang Romo Mangun tonjolkan adalah menggerakkan hidup untuk saling menghormati, menolong lewat gotong-royong dan menjaga hubungan harmonis agar tercapainya pengalaman hidup yang indah, harmonis dan damai.

Sumber Pustaka

A. Supratikna. Romo Mangun: Pendidikan dan Gerakan Kebudayaan. Hal 1-9

Anatoli Kasparov Putuabdullah dan Sunarso. Penerapan Pendidikan Humanis Demokratis di Sekolah Dasar Eksperimental Mangunan. Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis. Volume 6, Nomor 2, Desember 2021. Hal-93-107

Dwi Risyanto dan Dr. Dyah Kumalasari. Pemikiran Y.B. Mangunwijaya Tentang Pendidikan Sekolah Dasar Di Yogyakarta Tahun 1974-1999. Jurnal UNY. hal. 1-15.

Farida Hanum. Kepemimpinan Komunitas Kali Code Dalam Menggerakkan Modal Sosial. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16, No.1, April 2011, hal. 22-44.

Mudji Sutrisno. Sosok Romo Mangun: Inspirasi-Inspirasi & Karyanya. Jurnal Seni Nasional. CIKINI Volume 3. Juni – November 2018, Hal. 7-14.

Rony Gunawan Sunaryo. Mengikuti Langkah Pikir Romo Mangun Sebuah Tinjauan Mengenai Metode Perancangan Arsitektur Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR, Vol. 35, No. 1, Juli 2007: 41 – 45.

https://www.krjogja.com/yogyakarta/1242504348/ada-sosok-romo-mangunwijaya-di-kawasan-kali-code diakses pada 1 Juli 2024 pukul 23:20


[1] Mudji Sutrisno, Sosok Romo Mangun: Inspirasi-Inspirasi & Karyanya, Jurnal Seni Nasional, CIKINI Volume 3, Juni – November 2018, Hal. 9.

[2] Rony Gunawan Sunaryo, Mengikuti Langkah Pikir Romo Mangun Sebuah Tinjauan Mengenai Metode Perancangan Arsitektur Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR, Vol. 35, No. 1, Juli 2007: 41 – 45, Hal. 43.

[3] Anatoli Kasparov Putuabdullah dan Sunarso, Penerapan Pendidikan Humanis Demokratis di Sekolah Dasar Eksperimental Mangunan, Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis, Volume 6, Nomor 2, Desember 2021, Hal. 98.

[4] A. Supratikna, Romo Mangun: Pendidikan dan Gerakan Kebudayaan, hal. 4.

[5] Dwi Risyanto dan Dr. Dyah Kumalasari, Pemikiran Y.B. Mangunwijaya Tentang Pendidikan Sekolah Dasar Di Yogyakarta Tahun 1974-1999, Jurnal UNY, hal. 6-7.

[6] https://www.krjogja.com/yogyakarta/1242504348/ada-sosok-romo-mangunwijaya-di-kawasan-kali-code diakses pada 1 Juli 2024 pukul 23:20

[7] Farida Hanum, Kepemimpinan Komunitas Kali Code Dalam Menggerakkan Modal Sosial, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16, No.1, April 2011, hal. 23 (22-44)

Share this post

Comment (1)

  • Ibu Ruswo: Tokoh Sentral Pasca Kemerdekaan Indonesia - Duta Damai Yogyakarta Reply

    […] Kegigihan yang Ibu Ruswo lakukan ketika pasca kemerdekaan menjadikan satu teladan bagi wanita di Indonesia untuk tetap berpegang teguh dan terus berani dalam mengambil keputusan. Selain itu, ia rela mengorbankan rumahnya yang kemudian menjadi dapur umum untuk keberlangsungan logistik para pejuang. […]

    17 Juli 2024 at 8:11 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *