Menggali Toleransi dan Kebebasan Beragama: Pintu Masuk Membangun Masyarakat Harmoni
Sebagai bangsa yang multikultural, tak heran bila Indonesia sering menyinggung tentang toleransi. Kadang-kadang, toleransi semacam nafas untuk melihat sejauh mana keberagamaan kita dalam berbangsa dan bernegara.
Kehidupan kita diwarnai oleh beragam keyakinan agama dan sistem kepercayaan yang berbeda. Konsep toleransi dan kebebasan beragama menjelma sebagai fondasi krusial yang memungkinkan berbagai agama dan keyakinan untuk hidup beriringan dalam keseimbangan yang indah.
Salah satu tokoh penting yang bicara toleransi, Mahatma Gandhi, dia pernah bilang “toleransi bukan hanya menahan diri dalam bersikap, tetapi juga dalam pemahaman.” Toleransi bukanlah sekadar kesediaan untuk mengizinkan orang lain berbeda, tetapi juga usaha untuk memahami dan menghormati perbedaan yang ada. Ini memerlukan kemauan untuk berbicara, mendengar, dan belajar dari orang-orang dengan keyakinan yang berbeda.
Lebih jauh, toleransi diposisikan sebagai kemampuan untuk tidak hanya menghormati keyakinan agama orang lain, tetapi juga untuk menjauhkan diri dari prasangka dan stereotip yang dapat menyebabkan diskriminasi dan konflik. Ketika kita memahami bahwa setiap agama memiliki nilai-nilai moral dan spiritualnya sendiri, kita dapat membangun jembatan yang menghubungkan kita dengan lebih baik.
Di sisi lain, bicara toleransi juga perlu memikirkan bagaimana bangunan kebebasan beragama. Yang kata Nelson Mandela kebebasan beragama sebagai hak dasar manusia yang tidak boleh disalahgunakan oleh siapapun. Di mana ada hak untuk memilih, mengamalkan, dan mengungkapkan keyakinan agama tanpa adanya tekanan, diskriminasi, atau penindasan. Ini adalah hak yang harus dilindungi dan dihormati oleh semua negara dan masyarakat. Tak terkecuali Indonesia.
Ekspresi kebebasan beragama juga mencakup hak untuk mengubah atau meninggalkan keyakinan agama tanpa takut represi. Ini adalah salah satu komponen penting dalam mewujudkan masyarakat yang inklusif dan demokratis, di mana setiap orang diberikan kesempatan untuk hidup sesuai dengan keyakinan pribadinya.
Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, menggambarkan hubungan erat antara toleransi dan kebebasan beragama. Toleransi adalah jembatan yang menghubungkan orang dari berbagai keyakinan untuk hidup bersama dalam harmoni. Tanpa toleransi, kebebasan beragama tidak dapat diwujudkan, dan tanpa kebebasan beragama, toleransi kehilangan artinya.
Kebebasan beragama pada hakikatnya ruang memperkaya khasana budaya bangsa dan tentu juga sebagai alat yang mempromosikan bangsa Indonesia bagi proses konsolidasi demokrasi di mata dunia. Selama ini, konflik keagamaan seringkali melibatkan sentimen kepercayaan dan keyakinan agama yang bukan saja dijadikan pedoman hidup, tetapi satu-satunya kebenaran untuk menerobos sisi-sisi kemanusiaan dan kebangsaan.
Dalam masyarakat multikultural, penting untuk menciptakan lingkungan di mana toleransi dan kebebasan beragama dapat berkembang. Ini melibatkan pendidikan yang mendorong pemahaman, penghargaan, dan penghormatan terhadap keyakinan agama orang lain. Hal ini juga melibatkan penegakan hukum yang melindungi hak-hak kebebasan beragama dan mencegah diskriminasi.
Terakhir, upaya membangun kehidupan bangsa yang harmoni diperlukan kesadaran untuk hidup bersama tanpa menjadikan perbedaan agama, keyakinan, budaya dan bahasa sebagai satu-satunya media untuk saling menyalahkan satu sama lain. Bahkan kita bisa memahami pentingnya nilai-nilai toleransi dalam membangun kehidupan masyarakat yang lebih inklusif, adil dan harmonis.
Comments (3)
[…] lanjut, dalam sambutannya, Didik selaku Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga menjelaskan Indonesia dalam (PISA) mendapat peringkat 64 pendidikan […]
[…] dia menyinggung tentang pentingnya moderasi beragama, terutama di kalangan kaum milenial hari ini. Sambutan dari M. Sahrul Khirom, mewakili Koordinator […]
[…] Baca juga Menggali Toleransi dan Kebebasan Beragama: Pintu Masuk Membangun Masyarakat Harmoni […]