Palestina Berjuang Untuk Kebebasaan
Contents
peristiwa awal
Konflik Palestina – Israel kembali melancarkan aksi pada Mei 2021. Banyak korban yang berjatuhan akibat konflik yang terjadi di Gaza ini. Tidak hanya itu bangunan dan menara 12 lantai berhasil hancur oleh roket Israel. Beberapa kantor berita, termasuk kantor Al-Jazeera dan Associated Press (AP), juga menjadi sasaran. Al Jazeera adalah stasiun televisi yang berbasis di Qatar, sedangkan AP merupakan kantor berita asal Amerika Serikat (AS). Al Jazeera adalah stasiun televisi yang berbasis di Qatar, sedangkan AP merupakan kantor berita asal Amerika Serikat (AS).
Dilansir Antara, Minggu (16/5/2021), mengungkapkan alasan penyerangan, karena biasa digunakan oleh kelompok Hamas untuk menyimpan aset militer milik Intelejen mereka. Namun, untungnya militer Israel telah mengevakuasi warga sipil untuk keluar dari gedung tersebut.
Pejabat Direktur Al-Jazeera, Mostefa Souag, menyatakan bahwa tujuan penyerangan, untuk membungkam dan menutupi pembantaian yang Israel lakukan di wilayah Gaza. “Tujuan dari tindakan keji ini adalah untuk membungkam media, serta menutupi pembantaian dan juga penderitaan rakyat Gaza,” ujar Mostefa Souag.
Saat itu, kelompok Hamas melepaskan 2000 roket ke Israel selama konflik berlangsung. Oleh karena itu, serangan udara ini banyak korban tewas, yaitu 139 orang termasuk 39 anak-anak, serta melukai 1.000 lainnya.
BACA JUGA :Makna Solidaritas Dalam Pendakian Gunung
alasan israel menyerang palestina
1. Awal mula terbentuknya israel
Pada Tanggal 14 Mei 1948, negara Israel mulai terbentuk, sehari setelah mandat Inggris berakhir. Ketua Yishuv, David Ben-Gurion, kala itu mendeklarasikan berdirinya negara Israel di hadapan 250 orang undangan di Museum Tel Aviv. Dalam deklarasi itu Ben-Gurion sama sekali tidak menyebutkan batas-batas negara Israel yang baru berdiri. Hal ini terjadi karena negara Arab di sekitar Israel pasti tidak akan menyetujuinya.
Kemudian, sehari setelah deklarasi berdirinya negara Israel, muncul deklarasi perang dari Mesir, Suriah, Irak, Lebanon, Jordania, dan Arab Saudi. Akhirnya perang tahun 1948 berakhir dengan Israel mengendalikan semua wilayah dan mengeklaim sebagai wilayahnya sendiri. Kecuali Tepi Barat dan Gaza, yang menjadi tempat sebagian besar warga Palestina melarikan diri, dan mereka mengeklaim sebagai wilayah Palestina.
2. PEREBUTAN WILAYAH GAZA
Jalur Gaza, tanah seluas 140 mil persegi yang terletak di sepanjang pantai Mediterania antara Mesir dan Israel. Kala itu Mesir menguasai Gaza hingga Perang Enam Hari pada tahun 1967. Ketika itu, Israel juga sedang menyita jalur tersebut dan wilayah penting lainnya.
Akhirnya munculah kesepakatan Damai Oslo tahun 1993 dan 1995 antara pemimpin Palestina dan Israel. Kesepakatan itu bertujuan untuk menarik Israel dari Gaza dan daerah penting lainnya. . Akan tetapi, mereka menolak kesepakatan tersebut. Pada tahun 2006 kelompok politik Islamis, Hamas memenangkan pemilihan dan mengambil alih Gaza. Semenjak saat itu wilayah Gaza menjadi tempat tindakan kekerasaan sehingga negara lain menyebut mereka sebagai organisasi teroris.
3. intifada i dan ii
Intifada (Intifadhah) adalah gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel. Dalam sejarahnya konflik Palestina – Israel, terjadi dua kali, yakni Intifada I pada 1987–1993 dan Intifada II tahun 2000. Faktor pendorong gerakan ini adalah rasa tertindas penduduk Palestina sejak peristiwa setelah perang 6 hari.
(9/12/1987) Hamas dibentuk pada awal Intifadah Palestina I, melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Kejadian ini bermula dari tewasnya Taleb Abu Zaid dan tiga rekannya sesama orang Palestina. Mereka kehilangan nyawa setelah pengangkut tank milik Israel menabrak mereka. Tabrakan ini juga menyebabkan 10 orang lain terluka, termasuk Jawad Abu Zaid, saudara kandung Taleb. Setelah, kasus Intifada I itu terjadi, Syekh Ahmad Yasin dan enam petinggi Mujama Al-Islamiyah mendirikan Organisasi Hamas. Visi dan misi Hamas adalah membebaskan Palestina dari pendudukan Israel, serta respons atas melemahnya perlawanan Fatah terhadap Israel.
(25/7/2000) – Dua bulan kemudian, setelah pertemuan di Camp David Summit, Palestina memprotes kunjungan Ariel Sharon ke kompleks masjid Al-Aqsa. Orang Yahudi sering menyebutnya sebagai, Temple Mount. Temple Mount adalah Bukit Bait Suci yang berlokasi di Kota Lama Yerusalem. Kawasan ini adalah tempat sakral tiga penganut agama Samawi yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Setelah, Ariel Sharon meninggalkan kompleks tersebut , ratusan warga Palestina melakukan demonstrasi dan polisi menembakkan gas air mata serta peluru karet. Konflik inilah yang memicu adanya gerakan Intifada II.
4. AMERIKA PRO-ISRAEL
Sejak tahun 2017, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menunjukkan bahwa ia pro-Israel. Hal ini semakin terlihat ketika kedutaan AS di Tel Aviv memindahkan ke Yerusalem. Kemudian, Presiden Amerika Serikat yang sekarang yaitu Joe Biden, sedang menjual senjata berupa bom senilai Rp 10 triliun kepada Israel. Ia melakukan hal iniuntuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah.
Penyelesian konflik
Pada hari Jumat (21/5) Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas resmi melakukan gencatan senjata. Hal ini bertujuan untuk mengakhiri konflik yang terjadi selama 11 hari . Menurut Cambridge Dictionary, gencatan senjata adalah sebuah kesepakatan, biasanya terjadi antara dua pihak, untuk berhenti berperang, memungkinkan diskusi tentang perdamaian.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menerima usulan gencatan senjata yang Mesir ajukan. Hamas mengumumkan gencatan senjata itu berlaku mulai pukul 02.00 waktu setempat. Namun, pemerintah Israel belum mengumumkan secara pasti kapan gencatan senjata mulai berlaku. Meski begitu, kini kedua belah pihak saling klaim sebagai kubu yang menang. Masyarakat pun nampak menyambut baik kabar berita ini. Oleh karenannya, masyarakat Gaza turun ke Jalanan. Mereka menyerukan “Allahu Akbar dan Alhamdulillah“, teriak warga Gaza yang merayakannya.
Dalam konflik ini, Indonesia menjadi harapan besar untuk Palestina. Indonesia memiliki peran untuk menciptakan sebuah tatanan baru di Palestina. Indonesia juga harus mendorong dan menyatukan faksi internal Palestina, khususnya antara Faksi Hamas dan Faksi Fatah. Tidak hanya dukungan eksternal, Indonesia juga harus mendukung Palestina secara internal. Hal tersebut juga bisa menjadi bukti nyata penerapan konsitusi negara yang tertuang di pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Menyatakan bahwa ,”… melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Semoga, Indonesia mampu menjalankan tugas ini sebagai bentuk kontribusi nyata dalam menjaga perdamaian bangsa.
Konflik Palestina ini menguras tenaga selama bertahun-tahun. Konflik ini juga ikut membawa petaka sekaligus mengundang perhatian masyarakat global. Semoga di masa mendatang perdamaian dan ketertiban bisa segera terwujud di seluruh dunia. Sehingga semua masyarakat dunia bisa hidup secara normal dan berdampingan secara damai.
Comment (1)
[…] BACA JUGA: Palestina Berjuang Untuk Kebebasaan […]