Profil Buya Hamka: Ulama Besar & Pahlawan Nasional
Contents
Abdul Malik Karim Amrullah atau sering kita kenal dengan sebutan Buya Hamka merupakan sosok ulama Indonesia. Pria berkelahiran kabupaten Agam, Sumatra Barat itu, tidak hanya seorang ulama saja. Namun, beliau adalah seorang ulama besar, filsuf, dan sastrawan Indonesia.
Mendengar sosok Buya Hamka, memang tak asing di telinga masyarakat Indonesia, karena karya-karya nya yang luar biasa serta tak lekang di tinggal zaman. Buku-buku nya pun tersebar di berbagai perpustakaan, di berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara, juga kata-kata mutiaranya, pemikirannya, bahkan ceramahnya yang menyejukan dan mudah dipahami. Buya Hamka tidak hanya terkenal di nusantara saja, namun juga populer di berbagai belahan dunia manapun.
Sosok yang karismatik serta ke tawadhuan (rendah hati) nya ituah yang membuat beliau amat disegani oleh siapapun. Meski sudah berpuluh tahun meninggalkan alam dunia, tetapi karya-karya nya masih sangat eksis serta dapat kita nikmati hingga saat ini.
Sejarah Buya Hamka
Hamka merupakan putra dari pasangan Abdul Karim Amrullah dan Sitti Shafiah. Pada kehidupannya, sedari kecil sudah dididik dengan penuh nuansa ajaran Islam. Karena sosok dari sang ayahnya yang merupakan ulama di daerah Minangkabau Sumatra Barat, sedangkan ibunya berlatar belakang dari keluarga seniman.
Keseharian Buya Hamka selama tinggal di Padang Panjang yaitu terus belajar mengenai ilmu-ilmu Al-Qur’an yang sesuai adat Minangkabau, yakni “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah,” yang artinya adat berdasarkan syariat, syariat berdasarkan kitabullah (Al-Qur’an)(Irm, 2022).
Pada saat beranjak remaja, ayahnya sempat mendaftarkannya ke Thawalib Sumatra yakni sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Namun ketika itu, sang ayah memutuskan supaya Buya Hamka berpindah ke Jawa Tengah pada tahun 1922 untuk merantau serta mempelajari pergerakan Islam modern ke berbagai tokoh. Salah satunya ialah H.O.S Tjokroaminoto. Kemudian, setelah belau cukup lama di perantauan, maka Buya Hamka pun kembali pulang ke daerah Padang Panjang untuk fokus mengurus persyarikatan Muhammadiyah.
Namun, disebabkan pada saat itu Buya Hamka belum bergelar diploma, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya untuk mencari ilmu pendidikan bahasa Arab sekaligus belajar mengkaji ilmu-ilmu agama Islam secara lebih mendalam di Mekkah, Saudi Arabia. Atas saran dari seorang teman Buya Hamka yakni Agus Salim, Buya Hamka pun pulang ke Tanah Air dan berkarier menjadi penulis.
Buya Hamka juga merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia serta guru besar. Nama serta gelar lengkapnya ialah Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo atau biasa dikenal dengan Hamka, lahir pada 17 Februari 1908 dan wafat pada 24 Juli 1981. Hamka adalah seorang ulama, filsuf, dan sastrawan Indonesia. Dirinya juga berkarir sebagai wartawan, penulis, dan pengajar.
Tidak hanya itu, beliau pun sempat berkecimpung dalam dunia politik melalui partai Masyumi sampai akhirnya partai tersebut dibubarkan. Kemudian menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, serta turut aktif dalam organisasi Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Sedangkan, almamater Hamka berasal dari Universitas al-Azhar Kairo Mesir dan beliau juga mendapat gelar doktor kehormatan atau Honoris Causa (HC) dari Universitas Nasional Malaysia. Sementara itu, Universitas Moestopo juga mengukuhkan Hamka sebagai guru besar (Hamka, 2022).
BACA JUGA: R20 Menggagas Agama Damai dan Solutif?
Perjalanan karir dan karya Buya Hamka
Masih berkutat mengenai profil Buya Hamka, ia adalah sosok yang berkarir di segala bidang. Khususnya berkaitan dengan menulis serta seputar agama Islam. Karir beliau semakin luas setelah ia menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama di tahun 1975. Bahkan, tahun-tahun berikut nya pun Hamka memimpin anggota Majelis Darurat pada masa kependudukan Jepang, agar dapat mengatasi problematika pemerintahan, dan juga Islam.
Sosok Buya Hamka adalah seorang otodidak dalam bermacam disiplin ilmu pengetahuan, sangat menguasai bahasa Arab, serta banyak meneliti karya-karya fenomenal atau tokoh besar dari Timur Tengah. Ketika bekerja di majalah, Buya Hamka merilis tulisan pertamanya yang bertajuk Chatibul Ummah yang berisi kumpulan pidato dari yang pernah didengarnya selama di Surau Jembatan Besi. Selanjutnya, ada Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka yang pada bagian isinya terdapat ceramah atau kuliah subuh yang pernah ia sampaikan sewaktu berada di Masjid Agung Al-Azhar sejak tahun 1959.
Beliau memang lahir serta besar di tanah Minangkabau yang membuatnya memiliki cukup banyak tahu mengenai adat istiadat Ranah Minang. Sehingga, dari situ lah terbit sebuah novel klasik dengan judul “Di Bawah Lindungan Ka’bah.” Novelnya itu berisi tentang perspektifnya terhadap pola berpikir orang yang suka menggolongkan kelompok berdasarkan kasta. Sebab, menurutnya hal itu bertentangan dari ajaran Islam. Dalam pandangannya, seluruh manusia mempunyai hak yang sama di mata Allah Subhanahuwata’ala. Kemudian, kisah novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut pun telah berhasil diangkat ke layar lebar pada tahun 1982-2011 (CNN Indonesia, 2022).
Referensi
“Hamka.” 2022. Wikipedia.org: 1. https://id.wikipedia.org/wiki/Hamka#:~:text=Prof. Dr. H. Abdul,wartawan%2C penulis%2C dan pengajar.
Irm. 2022. “Mengenal Sosok Buya Hamka, Sastrawan, Budayawan Serta Ulama Indonesia.” Moeslimchoice. https://www.moeslimchoice.com/read/2022/05/18/64947/mengenal-sosok-buya-hamka-sastrawan-budayawan-serta-ulama-indonesia.
CNN Indonesia. 2022. “Profil Buya Hamka, Ulama Dan Sastrawan Indonesia.” CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220511100307-31-795337/profil-buya-hamka-ulama-dan-sastrawan-indonesia.
Editor: Bennartho Denys
Tinggalkan Balasan