Twitter Tempat Segala Kritik Tumpang Tindih
Contents
Twitter, hari gini siapa yang tidak mengenalnya? Anak zaman now kebanyakan mengenal dan memiliki aplikasi media sosial satu ini. Sosial media ini lahir di San Francisco, California, Amerika pada 21 Maret 2006 oleh Jack Dorsey. Mengutip dari Reuters, pendapatan total twitter mencapai 1,29 miliar dolar AS atau setara dengan Rp18,1 triliun dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada kuartal keempat tahun 2020, twitter memiliki 192 juta rata-rata pengguna aktif harian. Terjadinya sejumlah peristiwa seperti pemilihan presiden di Amerika Serikat dan pandemi COVID-19 ini yang menuntut kita untuk tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak terlalu perlu menjadi faktor pendorong tumbuh subur media sosial satu oleh. Orang-orang mencari hiburan di dunia maya, salah satunya lewat unggahan di sosmed.
Indonesia Pengguna Twitter Terbesar
Per Mei 2016 Indonesia menjadi pengguna twitter terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan India (sumber : statistika,2016). Seperti yang kita ketahui, sosial media sudah amat melekat di kehidupan orang Indonesia. Pergi ke sekolah update status dulu, makan di restaurant mewah tidak lupa update story di instagram, patah hati bergegas ke twitter untuk curhat di. Dari pagi hari membuka mata sampai malam hari menutup mata, orang jaman sekarang tidak terlepas dari dunia sosial media.
Baca juga Kritik Santun Untuk Anak Muda
Tahukah kamu apa saja isi konten yang ada di twitter? Eiiitts yang pastinya beragam, tergantung referensi tiap orangnya. Ada yang tertarik dengan akun yang membahas politik, kuliner, film, curhat, kpop, wibu bahkan wadah orang-orang untuk “Spill the tea”.
Kebebasan Beropini di Media Sosial
Di twitter orang-orang bebas untuk mengeluarkan opininya, menanggapi opini orang lain, atau curhat di akun milik sendiri karena merasa inilah platform pribadi. Akan tetapi, kebebasan berpendapat ini terkadang berujung pada hinaan terhadap statement atau peristiwa yang sedang terjadi.
Orang tidak segan-segan menghujat orang yang tidak sependapat denganya, membongkar aib, dan mengatakan kalimat yang tak layak demi membela kepentingannya.
Contoh pernah terjadi peristiwa di twitter yaitu ada akun yang membuat thread tentang bagaimana iya mengalami pelecehan seksual. Apa reaksi netizen? Ada berkomentar menaruh empati dan memberikan semangat. Ada juga komentar yang menyalahkan cara berbusana korban. Bahkan malah ada yang membully korban dengan menyematkan julukan tidak sopan.
Tuhan memberi keindahan kepada kita namun kadang bisa berubah menjadi senjata yang bisa membunuh orang lain ataupun diri sendiri. Dahulu kala ada istilah mulutmu harimaumu, mungkin sekarang sudah berganti menjadi jarimu pedangmu. Orang-orang mudah sekali mengeluarkan statement-statement yang bisa mengiring opini publik ke arah yang negatif.
Berkomentar Boleh Asal Santun
Saya pernah melihat suatu postingan bertajuk gambar seperti ini, ada sebuah foto penjabat yang tali sepatunya tidak terikat. Sebagai contoh kritik yang membangun pasti akan mengatakan, “pak, awas hati-hati tali sepatunya belum terikat, lebih baik talikan terlebih dahulu takutnya nanti bisa tersandung lho pak.”. Sedangkan sebuah kritik yang berujung fitnah akan mengatakan, “wahh penjabat mengurus tali sepatu saja tidak becus bagaimana hendak mengurus rakyatnya”.
Sungguh terlihat jelas bukan perbedaanya? Kritik yang membangun adalah sebuah pesan yang menyampaikan keadaan yang tidak seharusnya terjadi serta ada unsur saran. Sedangkan kritik yang pedas seperti memberikan opini yang terkesan menyalahkan dan membuat stigma negatif baik secara tersurat maupun tersirat.
Alangkah lebih baiknya kita membiasakan diri memberikan kritik yang membangun baik di dalam bersosial media maupun dalam kehidupan nyata sehari-hari. Agar orang yang kita kritik bisa tahu letak kesalahannya dan memperbaikinya daripada terus menyalahkan tanpa memberikan sedikitpun saran masukan.
Tinggalkan Balasan