free page hit counter

Affandi Pelukis Maestro di Era Kemerdekaan

Affandi Pelukis Maestro di Era Kemerdekaan

Contents

Haloo warga Yogyakarta! Sudah kenalkah dengan Affandi sang pelukis maestro masa kemerdekaan?

Ya, mungkin sebagian dari masyarakat Jogja, lebih familiar dengan Jalan Affandi  yang terletak di sekitar kampus UGM. Namun, sudahkah mengenal sosok Affandi? Sudah pernahkah berkunjung ke museumnya?

Penulis yang sempat menapakkan kaki enam tahun di Jogja belum pernah berkunjung ke museum Affandi. Padahal, letak museum itu berada di seberang kampus UIN Sunan Kalijaga. Tepatnya di Jl. Laksda Adisucipto nomor 167.

Tapi beberapa waktu lalu penulis sempat berkunjung ke Museum Seni Rupa dan Keramik di komplek wisata Kota Tua Jakarta. Ada beberapa lukisan karya Affandi yang tersimpan rapi dan tergantung di dinding museum.

Tulisan ini akan menceritakan, siapa sosok Affandi. Apa saja prestasi dan karyanya. Hingga bagaimana karyanya ikut berperan dalam upaya Indonesia memerdekakan diri dari jajahan?

Mengenal Sosok Affandi

Affandi Koesoema (18 Mei 1907-23 Mei 1990) bukan hanya sekadar pelukis. Ia adalah sosok legendaris yang mengukir namanya sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia. Dikenal karena gaya ekspresionisnya yang unik dan penuh romantisme, Affandi memancarkan emosi dalam setiap goresan kuasnya. Popularitasnya tidak hanya terbatas di Indonesia, tetapi menjangkau panggung internasional.

Pada tahun 1950-an, ia memamerkan karyanya secara tunggal di berbagai negara. Mulai dari India hingga Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat. Produktivitasnya yang luar biasa tercermin dalam lebih dari 2.000 lukisan yang ia hasilkan. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu pelukis paling berpengaruh dan dihormati di dunia seni rupa.

Apakah Affandi asli Yogyakarta? Tidak. Ia lahir di Cirebon yang kemudian singgah dan berkarya di Yogyakarta pada tahun 1945. Bukan sekadar mampir, Affandi sempat mendirikan Seniman Masyarakat yang bergabung dengan Seniman Indonesia Moeda. Setelah itu, ia pindah ke Jakarta pada tahun 1948. Meskipun cuma singgah sekitar tiga tahun di Yogyakarta, jejaknya terabadikan bukan hanya dalam bentuk museum, tapi juga namanya disematkan sebagai nama jalan.

Karya Affandi

Karya-karya Affandi yang monumental tidak hanya mencerminkan kuantitas yang menakjubkan, tetapi juga kedalaman eksplorasi emosional yang luar biasa. Selama hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 lukisan, menjadikannya salah satu seniman paling produktif dalam sejarah seni Indonesia. Keberhasilannya ini membawanya ke posisi terhormat sebagai salah satu maestro seni lukis paling legendaris. Kritikus seni sering mengaitkannya dengan aliran ekspresionisme, yang sepenuhnya selaras dengan gaya khas Affandi, gaya yang menekankan perasaan mendalam dan kebebasan berekspresi.

Namun, perjalanan artistiknya tidak langsung menuju ekspresionisme. Pada awal karirnya, Affandi mengadopsi pendekatan realisme yang kuat, di mana sentuhan romantisme masih menyelinap di balik sapuan kuasnya. Perjalanan ini menunjukkan evolusi seorang seniman yang terus mencari cara baru untuk menggali perasaan dan memvisualisasikannya dengan kekuatan yang begitu hidup.

Ekspresionisme yang Affandi tekuni adalah aliran yang memprioritaskan ekspresi batin seniman, bukan sekadar meniru kenyataan yang terlihat. Meskipun karya-karyanya masih mengandung pengaruh dari alam sekitar, Affandi mengolah ingatan, emosi, dan pandangan pribadinya menjadi visual yang unik dan penuh perasaan.

Dengan mengabaikan berbagai aturan formal dalam penciptaan seni, ia lebih berfokus pada bagaimana cara mengekspresikan getaran emosional yang dirasakannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Affandi kerap dipuji sebagai maestro ekspresionis, karena gaya berkeseniannya memang mengalir dari dorongan ekspresi yang mendalam dan bebas dari kekakuan teknis.

Kontribusi Sang Maestro di Masa Kemerdekaan

Affandi, sebagai seniman yang terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, memberikan kontribusi berharga melalui karya seninya yang menggugah semangat nasionalisme. Berkolaborasi dengan kelompok Empat Serangkai, Affandi menciptakan sebuah poster yang melampaui batas seni biasa dan menjadi simbol perlawanan serta kebangkitan bangsa.

Poster itu menggambarkan sosok yang sebelumnya dirantai namun berhasil membebaskan diri, dengan penuh keberanian mengibarkan bendera merah putih—sebuah visual yang kaya akan makna kebebasan dan semangat juang. Di bagian bawah gambar, terpampang seruan “Boeng, Ajo Boeng!” (Bung, Ayo Bung!), yang tidak hanya sekadar tulisan, tetapi sebuah ajakan lantang kepada seluruh rakyat untuk bangkit, berjuang, dan bersatu demi kemerdekaan.

Poster ini menjadi alat propaganda yang efektif, menciptakan gelombang solidaritas dan tekad yang menyatukan bangsa dalam menghadapi tantangan terbesar pada masa itu. Dengan karyanya ini, Affandi tidak hanya menciptakan sebuah seni visual, tetapi juga sebuah simbol kebangkitan yang terus bergema dalam sejarah perjuangan Indonesia.

Museum Affandi

Museum ini terletak di atas lahan seluas 3.500 m² yang kaya akan nilai sejarah dan seni. Tempat ini bukan hanya sekadar galeri, tetapi juga kompleks yang terdiri dari empat galeri utama. Masing-masing menampilkan beragam koleksi karya Affandi. Menggambarkan evolusi dan kedalaman ekspresi artistiknya.

Selain galeri, ada juga fasilitas pelengkap seperti loket tiket, dua studio yang berfungsi sebagai ruang kreatif, serta bangunan rumah yang dahulu menjadi tempat tinggal Affandi dan keluarganya. Tempat ini tidak hanya menawarkan pengalaman mendalam tentang seni, tetapi juga memberikan sekilas pandang ke dalam kehidupan pribadi sang maestro.

Mengutip harianjogja.com, Museum ini menyediakan pengalaman budaya yang dapat publik nikmati setiap hari dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Untuk memasuki museum ini, pengunjung lokal atau wisatawan nusantara kena biaya tiket sebesar Rp50.000. Harga tiket ini sudah termasuk minuman dan suvenir, menjadikannya nilai tambah yang menarik. Bagi wisatawan mancanegara, tiket seharga Rp100.000 per orang.

Museum ini juga memberikan harga khusus bagi pelajar, dengan potongan 50% dari harga tiket reguler. Sehingga memudahkan siswa untuk mengakses dan mempelajari seni dan sejarah. Bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen dengan kamera, museum menetapkan biaya tambahan untuk penggunaan kamera. Berkisar antara Rp20.000 hingga Rp30.000. Dengan fasilitas dan biaya yang terjangkau menawarkan pengalaman seni yang menyeluruh dan memadai. Baik untuk pengunjung lokal maupun internasional.

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *