free page hit counter

ARTJOG Seni Untuk Kemanusiaan

ARTJOG Seni Untuk Kemanusiaan

Rabu, 22 Agustus 2021 Tim Blogger Duta Damai Dunia Maya BNPT RI Regional Yogyakarta diberi kesempatan untuk  meliput salah satu pameran terbesar di Yogyakarta bahkan Asia Tenggara. Sejak tahun 2015, Heri Pemad selaku Ceo dan Founder Artjog menginisiasi adanya wadah pameran para seniman di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi ide tersebut adalah tantangan akan sempitnya wadah bagi seniman untuk mengenalkan karyanya pada khalayak umum.

Dalam satu kota di Indonesia umumnya hanya terdapat satu unit taman budaya. Padahal jumlah seniman di setiap daerah mencapai ratusan hingga ribuan. Selain dengan jumlah taman budaya yang tak sebanding dengan jumlah seniman, peraturan pengadaan acara hingga kewajiban pembayaran ruang pameran seringkali menjadi hambatan seniman untuk berani berkarya.

Minimnya fasilitas dan dorongan dari pemerintah justru menjadi peluang bagi Heri Pemad dan rekan-rekan untuk berinovasi melahirkan wadah pameran kesenian. Wadah tersebut akhirnya terus berkembang dari skala Nasional hingga Internasional saat ini.

Nama Artjog berasal dari nama pameran-pameran seni besar tingkat dunia seperi Artfair, Artwork, French Art, Art – Australia dan lainnya. Kata Jog awalnya iseng–iseng dari tulisan tiket pesawat pada penerbangan yang bertujuan ke Yogyakarta yaitu JOG.

Respon dan Kontruksi Sosial

8 tahun berjalan, Artjog selalu menampilkan tema terbaiknya. Hal ini sebagai respon maupun konstruksi sosial nyata melalui seni. Saat pandemi covid – 19, pecinta seni tetap menikmati Artjog meski pagelaran terlaksana secara hybrid.

Artjog 2022 mengusung tema Expanding Awareness. Menghadirkan beragam isu yang harus masyarakat Indonesia sadari seperti perdamaian, alam dan lingkungan hingga pola hidup manusia. Tahun 2023 ini, Artjog mengawali perjalanannya yang ke 3 ( tiga ) dengan Motif Lamaran.

Berdasarkan peraturan tetap yang telah dibuat, Artjog akan mengadakan kontrak per 3 tahun sekali kepada para kurator seni untuk memamerkan karyanya. Tahun ini motif adalah bahasa lain dari metode kekhasan yang tercipta oleh para seniman untuk menggarap karyanya. Lamaran ini berarti adalah proses para penyelenggara artjog yang menyeleksi motif untuk dilamar menjadi kurator resmi di Artjog 2023 hingga 2025.

Masuk ke pintu artjog kali ini kami disambut dengan pakaian tentara, pemacu kuda hingga seorang Ibu yang memasak sop. Instalasi ini menghubungkan beragam passion yang melekat pada rata-rata warga Indonesia saat ini. Di samping instalasi tentara sengaja tergelar patung Ibu memasak sup. Hal ini untuk menghargai para perempuan yang menyediakan makanan untuk para pahlawan di masa dulu. Seperti Ibu Ruswo di Yogyakarta yang kini namanya abadi sebagai salah satu nama Jalan di pusat kota Yogyakarta.

Di lorong selanjutnya ada pajangan foto beragam peran perempuan di seluruh dunia, lukisan para maestro, karya para seniman disabilitas, instalansi candi, monument perjuangan orang Papua, foto kondisi para tkw dan pekerja di perbatasan. Selanjutnya patriarki pada perempuan, instalasi ayat al – qur’an sebagai respon menjaga lingkungan. Hingga samsak dan sarung tinju sebagai respon menolak rasisme, perundungan hingga diskriminasi kelompok.

Hal unik dari Artjog tahun ini telah tersedia wadah untuk para seniman cilik memamerkan karyanya di Artjog Kids 2023.

Artjog Seni untuk Kemanusiaan

Sebagai salah satu pameran bergengsi di tanah air, acara ini mengundang ribuan wisatawan dalam dan luar negri untuk berkunjung khusus ke Yogyakarta. Selain itu juga menjadi ajang perkumpulan para seniman tanah air hingga public figure ternama seperti Nicholas Saputra, Dian Sastro, Raline Shah dan masih banyak lagi.

Berdasarkan catatan penelitian terakhir peningkatan ekonomi di wilayah Yogyakarta saat Artjog berlangsung mencapai 7,5 Triliun. Hasil penjualan tiket pameran biasanya bisa sampai angka 1000 Milyar. Hal ini tentunya meningkatkan kesejahteraan para seniman di Yogyakarta dan sekitarnya.

Selain itu setiap tahun, Artjog memberikan ruang pameran karya untuk para seniman  menyumbangkan karyanya untuk lelang. Hasil dari penjualan atau lelang tersebut didonasikan untuk kemanusiaan hingga membantu para seniman yang sedang merintis di seluruh penjuru tanah air.

Tumbuh subur makmur di Yogyakarta untuk menyirami berbagai kelompok seni di Nusantara, itulah Artjog yang telah menyalurkan ratusan juta pertahun untuk seni dan kemanusiaan. Kini sudah banyak bangunan sekolah di pedalaman desa, ratusan seniman yang minim alat dan sanggar terfasilitasi dengan baik berkat penyaluran pendapatan Artjog. Maka kita bisa menyebut para seniman juga pahlawan tanah air yang patut kita apresiasi setinggi-tingginya.

Terakhir Mas Heri Pemad berpesan kepada kawula muda, “Ekspresikan keresahanmu dengan kejujuran secara kreatif dan positif.”

Editor: @minigeka

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *