free page hit counter

Budaya Pertunjukkan Teater Bawang dan Geguritan.

Budaya Pertunjukkan Teater Bawang dan Geguritan.

Budaya Pertunjukkan Teater Bawang dan Geguritan.

 

Budaya Pertunjukkan Teater Bawang dan Geguritan.

Minggu, 24 April 2022 Duta Damai Yogyakarta kembali melanjutkan rangkaian kegiatan perayaan budaya damai  Kegiatan ini merupakan acara puncak dari seluruh rangkaian yang telah diselengarakkan di hari yang sebelumnya. Pada acara puncak ini telah diadakan seni pementasan dari Teater Bawayang dan juga geguritan dari Fununun Nisha yang merupakan salah satu anggota duta damai Yogyakarta. Kegiatan ini juga diikuti oleh 60 peserta dari forum yang mewakili berbagai komunitas, duta, forum keistimewaan hingga organisasi keagamaan. 

Kegiatan pada hari ini diawali dengan pembukaan oleh MC, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama seluruh peserta. Setelah itu, kegiatan ini juga diawali dengan pengenalan mengenai profil duta damai Yogyakarta yang dibawakan langsung oleh Hudalloh selaku koordinator regional Yogyakarta.

Tidak hanya itu, acara juga dilanjutkan dengan penampilan kesenian Geguritaan dari Fununun Nisha. Pada intinya geguritan ini ingin menyampaikan bahwa budaya itu bisa digunakan sebagai sarana manusia untuk mengungkapkan ekspresi dan pendapat dengan cara yang baik. Usai penampilan tersebut, tibalah saatnnya untuk pementasan teater dari Bawayang.

Teater Kesenian Bawayang adalah salah satu komunitas yang menaungi kreatifitas teman – teman tuna rungu dalam mengekspresikan jiwa kesenian salah satunya melalui teater. Tidak hanya itu saja, komunitas ini juga dibekali dengan berbagai kemampuan salah satunya: pantomim, dance freestyle hip-hop, capuera, music percussion, sulap, dan juga puisi visual.

Berbeda dengan teater pada umumnya, teater komunitas bawayang, menampilkan teater visual dan menghilangan efek suara sehingga pesan dari teater tersebut bisa tersampaikan kepada semua orang dan kami sebagai teman dengar bisa ikut berempati dengan teman tuli. 

Khususnya pada hari ini Komunitas Bawayang mengangkat tema “Rupa-Rupa Beda Kepala” Makna dari teater ini adalah cinta itu bisa dimiliki oleh semua orang, akan tetapi latar belakang yang berbeda seringkali menjadi penghalang. Salah satu ketua komunitas Bawayang menyampaikan bahwa seringkali teman – teman tuna rungu itu diasingkan dari keberadaannya di masyarakat.

Padahal kenyataanya mereka juga membutuhkan teman dengar seperti manusia lainnya. Beliau juga menyampaikan untuk jangan pernah sungkan ketika ingin menyapa teman tuna rungu, karena sapaan tersebut adalah sebagai isyarat bahwa kehadiran mereka diterima di dunia ini. 

Usai pementasan teater dari komunitas Bawayang, MC mengajak peserta untuk berdiskusi bersama mengenai toleransi. Setiap peserta diminta untuk membuat barisan dan merefleksikan mengenai sikap menghormati dan menghargai agama dan rasa yang berbeda.

Salah satu peserta dari Duta Budaya merasa bahwa mereka sudah sangat toleransi karena mereka hidup dalam lingkungan budaya dan berbagai ras dan berbeda. Akan tetapi salah satu perwakilan dari Koko Cici Jogja merasa bahwa mereka cukup toleransi terhadap perbedaan karena seringkali perbedaan itu menjadi sebuah candaan, tetapi di lain sisi perbedaan itu juga dijadikan sebagai sindiran.  

Sebelum acara puncak berakhir, terdapat sambutan akhir dari Kolonel (Pas) Drs. Sujatmiko yang juga menyampaikan bahwa kita semua harus terus berinovasi dan menerima masukan dari pemikiran generasi muda menegenai cara untuk mengurangi intoleransi dan ekstrim radikalisme tekhusus yang berbasis kekerasaan.

Oleh karena itu kita harus terus mengembangkan narasi alternatif sesuai kebijakan nasional yang meliputi: kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi. Pada akhir kesempatan beliau juga menyampaikan bahwa “Ojo Mbedake sapodho-podho” yang berarti bahwa kita sebagai manusia tidak boleh membeda-bedakan antara satu manusia dengan manusia lainnya berdasarkan status sosial, agama dan ras, tetapi kita harus bisa mengakui dan menghormati perbedaan yang ada.

 

Share this post

Comment (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *