Dongeng Damai untuk Anak-anak Pemulung Botol
Namanya Bara, sejak saya datang dia tidak berhenti membuat keributan dan mengajak teman-temannya untuk membuat ulah. Bara dan teman-temannya selalu datang setiap sore setelah ikut memulung orang tua mereka di pagi atau malam harinya. Seharusnya hari itu kami belajar matematika dasar. Namun, melihat ulah mereka saya memilih untuk mendongeng.
Tidak seberuntung kebanyakan anak, Bara dan teman-temannya tidak pernah menempuh pendidikan di sekolah. Kebutuhan makan setiap hari saja masih harus berjuang. Kebanyakan orang tua mereka menyampaikan bila pendapatan mereka sedikit bertambah apabila anak-anak ikut memulung. “Apa aja diambil kak, botol-botol, kaleng, paku, kerdus, dan lain-lain” cerita Bara saat saya bertanya apa yang biasanya dia ambil saat memulung.
Jangankan hafal isi dari Pancasila, Bara dan teman-temannya bahkan tidak tahu bagaimana bentuk dari lambang negara itu. Hari itu saya mendongeng tentang Desa Pancasila, dimana didalamnya terdiri dari penduduk dengan berbagai macam latar belakang suku, agama, dan ras. Bagaimana menghargai sesama yang berbeda, memanusiakan sesama, bersatu untuk berbuat kebaikan, hak dan kewajiban yang sama untuk mewujudkan keadilan untuk setiap penduduk. Bara dan teman-temannya mendengarkan dengan sesama, sesekali tertawa saat saya menirukan logat masing-masing penduduk.
Setelah dongeng selesai, saya meminta mereka menyampaikan pesan-pesan dari dongeng yang sudah saya sampaikan. “Perbedaan bukan alasan kita berantem kak” “Harus menghargai pilihan orang lain” “Berbuat baik ndak boleh pilih-pilih” “Adil itu bukan berarti harus sama rata”. Mengajarkan anak-anak memang sesederhana itu. Anak-anak lebih membutuhkan contoh daripada kritik.
“Pancasila seharusnya bukan menjadi hafalan, namun terwujud dalam keseharian kita sebagai warga Indonesia”
Tugas kita bersama untuk mengusahakan Pancasila dapat merasuk ke dalam pribadi anak Indonesia. Anak-anak adalah pewaris bangsa, kita harus berusaha memperkuat pemahaman anak mengenai nilai Pancasila dengan tetap memberikan kebebasan berpikir yang seluas-luasnya. Kita harus bersama-sama berusaha membumikan Pancasila sebagai pandangan hidup (weltanschauung) yang terwujud dalam keseharian kita, menginspirasi kita, apapun latar belakang kita. Anak-anak Indonesia perlu memahami jati diri bangsanya sendiri sehingga mampu dengan kritis mempertanyakan ideologi yang mengancam keutuhan negara.
#SalamPancasila
Tinggalkan Balasan