Indonesia Sudah Merdeka Selama 78 Tahun, Lantas Apa Selanjutnya?
Indonesia telah merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-78 kalinya. Senang rasanya bisa hidup di zaman serba nyaman ini. Tidak perlu lagi anak-anak muda turun ke medan perang demi mempertahankan tanah airnya. Bahkan, sekarang hampir segala sesuatu bisa dilakukan dengan rebahan saja karena bantuan teknologi. Namun, satu pertanyaan yang seketika muncul tatkala perayaan kemerdekaan tahun ini yakni “lantas apa selanjutnya?”.
Beranjak dari sejarah, Indonesia terbentuk karena adanya penolakan suatu bangsa atas penjajahan atau penindasan yang dilakukan oleh sesama manusia. Dorongan etis inilah yang menuntun para pahlawan muncul untuk membela kebenaran, kendati mereka harus mengorbankan harta benda bahkan nyawa. Spontan, para pahlawan melakukan perlawanan bukan semata untuk dirinya sendiri, namun untuk keluarga, masyarakat, bahkan generasi masa depan yang pada saat itu bahkan belum terlahir ke muka bumi.
Jiwa altruis ini muncul karena jiwa kemanusiaan mereka. Walau di sisi lain mereka terpaksa berperang dengan sesama manusia lainnya atas nama kebenaran. Tentu berat harus menghabisi nyawa lawannya yang notabene para penjajah atau bahkan saudara mereka sendiri tatkala diadu domba. Tapi lewat peristiwa besar itulah akhirnya prinsip moral terlahir. Indonesia kemudian terbentuk sebagai negara yang merdeka serta berdaulat.
Refleksi 4 Tujuan Kemerdekaan Indonesia
Melalui pengorbanan besar ini, cita-cita bangsa Indonesia dirumuskan. Ada empat tujuan negara bernama Indonesia itu dibentuk, yakni melindungi segenap warga negara Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam perdamaian dunia. Itulah janji proklamasi negara kita.
Lantas apakah cita-cita itu sudah terwujud saat ini? Saya pikir belum sepenuhnya, dengan kata lain masih ada proses yang sangat panjang untuk dilalui ke depannya. 78 tahun untuk ukuran sebuah negara masih terlalu dini. Namun, bukan berarti cita-cita itu tidak bisa terwujud segera, tentu rasa optimis harus tetap kita miliki sebagai bangsa besar.
Apabila saya mencoba untuk meringkas tujuan negara Indonesia secara umum ada dua, yakni mencerdaskan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Dari dua poin tersebut ada dua aspek signifikan yang perlu diperjuangkan untuk kehidupan kita di masa kini. Adalah pendidikan dan kesehatan. Sebagai negara yang memungut pajak warga negaranya untuk distribusi keadilan, pendidikan dan kesehatan merupakan prioritas yang wajib dipenuhi terlebih dahulu.
Tanpa mengesampingkan berbagai aspek lainnya, namun melalui investasi di sektor pendidikan dan kesehatan maka suatu bangsa akan menjadi semakin maju. Sudah banyak contoh negara lain yang melakukan hal serupa. Sebut saja Jepang serta Korea Selatan. Kedua negara tersebut sejatinya memiliki nasib yang mirip dengan Indonesia bila dilihat dari tahun kebangkitannya. Jepang setelah porak-poranda imbas perang dunia kedua dipaksa segera bangkit dengan sumber daya seadanya. Sementara itu, Korea Selatan yang baru meraih kemerdekaan setahun selepas Indonesia juga harus berjuang keras demi bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara Asia lainnya.
Jepang dan Korea Selatan terbukti saat ini berhasil dengan investasi di kedua aspek tersebut. Lalu, apa yang terjadi dengan Indonesia? Mengapa meski berangkat dari garis start yang sama Indonesia justru tertinggal? Jawabannya menurut saya karena Indonesia terlalu fokus hanya pada aspek pertumbuhan ekonomi. Misalnya, masih banyaknya pengadaan subsidi berupa uang tunai atau bahan bakar, pembangunan infrastruktur, serta ekploitasi sumber daya alam secara masif tanpa memikirkan resiko atau kerugian lingkungannya. Hal inilah yang buruk.
Seandainya Indonesia berani lebih banyak berinvestasi ke pendidikan dan kesehatan, maka pengelolaan sumber daya alam kita tidak perlu didominasi oleh bantuan negara lain. Begitu pula dengan permasalahan stunting, jelas tidak mungkin kita berada di kondisi yang mana 1 dari 4 anak yang lahir hari ini beresiko besar mengalami gizi buruk. Sudah sepatutnya kita prihatin dan lekas bergerak untuk perubahan.
Tidak perlu mendepankan ego pribadi atau kelompok, pengelolaan prioritas untuk mewujudkan cita-cita bangsa sudah sepatutnya dilakukan. Terutama bagi pemimpin di negeri ini. Sebagai pemimpin, kepercayaan besar telah diberikan oleh rakyat dan itu tidak boleh dikhianati. Sebab rasanya jadi sia-sia pengorbanan para pahlawan di masa lampau yang berjuang mati-matian demi kemerdekaan bangsa ini, kalau hingga kini masih ada rakyat yang mati akibat kelaparan, sementara itu para pemimpinnya bisa tidur pulas dengan perut kenyang dari hasil keringat rakyat.
Saya merefleksikan hari kemerdekaan ini tidak hanya sekadar euforia kemenangan kita atas para penjajah. Namun lebih dari itu, hari ini adalah hari di mana para pahlawan yang telah gugur bangkit dari tidurnya lalu menagih janji-janji kemerdekaan yang telah kita pegang selama ini apakah sudah dilaksanakan atau belum? Sekian dan terima kasih. Merdeka!
Tinggalkan Balasan