free page hit counter

Memanusiakan Manusia Mendamaikan Perbedaan

Memanusiakan Manusia Mendamaikan Perbedaan

Memanusiakan Manusia Mendamaikan Perbedaan

Contents

Memanusiakan Manusia Mendamaikan Perbedaan
Sang Rohaniawan Romo Mangun dengan semangat kemanusiian dan perdamaian

Memanusiakan Manusia Adalah Kewajiban

Manusia merupakan objek sekaligus subjek utama dalam proses kehidupan di dunia ini. Kemajuan dan kemerosotan peradaban di dunia ini bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Menilik pada masa awal peradaban manusia. Kekuatan mitos-mitos menjadi pendorong utama masyarakat mengembangkan hidup dan menaklukkan dunia. Seiring waktu mulai terjadi perubahan hingga di zaman modern. Manusia telah menggunakan akal fikiran dan teknologi untuk bertahan hidup dan menguasai dunia.

Kemajuan peradaban manusia tidak terlepas dari tradisi dan keyakinan masyarakat. Misalnya saja mitos-mitos puluhan juta tahun silam. Semua mitos-mitos itu berakar pada tradisi dan keyakinan setiap umat. Tradisi masyarakat berakar pada unsur-unsur kebudayaan.

Menurut Koentrjoroningrat ada 7 unsur budaya. Bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. (Koentjoroningrat, 1983) Ketujuh unsur tersebut melahirkan tata nilai dan sistem sosial kehidupan bermasyarakat.

Potensi Konflik

Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terbanyak memiliki ragam budaya dan tradisi. Hal ini muncul karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, etnis, ras, dan agama. Pada zaman pra kemerdekaan semangat patriotism lahir melalui rasa solidaritas antar suku.

Merasa senasib seperjuangan untuk melawan dan mengusir penjajah. Sebagai jaminan atas persatuan dan kesatuan para founding father bangsa merumuskan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Semangat kebhinekaan dalam Pancasila inilah yang membuat ragam suku di Indonesia tetap eksis hidup damai berdampingan.

Di era disrupsi, karakter multietnik Indonesia berimplikasi pada munculnya konflik antar kelompok. Sentimen antar etnis dan budaya, terutama kaum minoritas sering terjadi. Hal ini lahir oleh perebuatan eksistensi di khalayak ramai.

Mereka ingin bahwasanya kelompok atau golongannya eksis dan dipandang banyak orang. Semakin pesat perkembangan teknologi semakin kompleks pula permasalahan yang muncul. Konflik tersebut tidak hanya bersifat konstruktif, bahkan kini mengarah pada tindakan-tindakan anarkis.

Produksi ruang-ruang dialog antar kelompok masyarakat agaknya menjadi suatu langkah awal meredam sentimen tersebut. Perlu adanya keterbukaan antar anggota kelompok satu dengan lainnya untuk mendudukan suatu permasalahan.

Selain itu proses pedampingan harus terus berjalan untuk menjamin berjalannya problem solving berfungsi sebagaimana mestinya. Banyak gerakan-gerakan muncul melalui beberapa tokoh bangsa dalam merespon potensi intoleransi dan permasalahan multikultur lain.

Kemanusiaan

Yusuf Biliarta Mangunwijaya, banyak orang memamnggilnya Romo Mangun. Beliau adalah salah satu dari sekain banyak tokoh penggerak kemanusiaan. Nama beliau mungkin tidak asing lagi oleh sebagian besar masyarakat Yogyakarta.

Seorang rohaniawan yang mendedikasikan hidupnya bagi orang-orang kecil “Wong Cilik” atau orang-orang yang termarginalkan. Salah satu jejak beliau tampak pada suatu kampung di bawah jembatan Gondolayu, daerah tersebut kini akrab di sebut kampung Code (kampung pelangi).

Romo Mangun merevitalisasi pemukiman tersebut menjadi daerah layak huni dan indah. Dahulu kampung code adalah kampung hitam, pemukiman alakadarnya. Terdiri dari beberapa gubuk kardus tak beraturan. Beberapa warganya berprofesi sebagai pemulung, pengamen, bahkan preman. Suatu hari pemerintah melakukan penertiban terhadap pemukiman pinggir sungai karena menganggu aliran sungai dan kerap menyebabkan banjir.

Pemerintah mengultimatum warga agar segera angkat kaki dari daerah tersebut. Apabila mereka menolak maka penggusuran dan pengusiran secara paksa menjadi jalan akhir. Akan tetapi Romo Mangun menolak hal tersebut, baginya permasalahan bantaran sungai atau sabuk hijau perkotaan akan teratasi dengan membangun pemukiman yang rapi dengan mitigasi kebencanaan. Terbentuknya kampung code menepis anggapan sebagian besar masyarakat mengenai pemukiman kumuh, liar, dan sarat akan penyimpangan.

Bingkai Perdamaian


Kondisi masyarakat Code kala itu sangatlah beragam, berasal dari berbagai latar belakang baik suku, agama, maupun mata pencaharian. Mereka bertemu dalam satu wadah yaitu perantauan. Hampir semua warga adalah para pendatang, mengadu nasib, berharap memperoleh kehidupan layak di tengah metropolis kota pelajar ini. Romo Mangun mencanangkan tiga konsep utama untuk menyatukan perbedaan dan membangun struktur masyarakat kampung Code. Ketiga konsep itu disebutnya Tri Bina.


Pertama, Bina Manusia, mengajarkan masyarakat untuk lebih dekat dan mengenal Tuhan, mengigatkan bahwasannya terdapat suatu kekuatan transenden dari segala sesuatu di dunia. Kedua, Bina Sosial, memupuk rasa solidaritas antar warga dan menjalin hubungan baik antar warga. Ketiga, Bina Lingkungan, menciptakan lingkungan yang rapi, nyaman, dan bersahabat, tidak hanya bersahabta bagi masyarakat tetapi juga bersahabat bagi alam sekitarnya.


Ketiga konsep tersebut menjadi modal utama dalam meramu perdamaian ditengah perbedaan. Dalam Islam ketiga konsep tersebut dikenal dengan Hablum Minallah, Hablum Minannas, dan Hablum Minal’alam. Keseimbangan diantara ketiga konsep tersebut pada dasarnya merupakan misi hidup manusia. Kecerdasan sosial masyarakat terbentuk ketika dia memahami keyakinannya secara kontekstual, lalu mengimplementasikan ajarannya untuk membangun kerukunan antar sesama, serta bijak memperlakukan alam sekitarnya.


4 Februari hari persaudaraan manusia internasional, menjadi momentum untuk kembali merefleksi urgensi kemanusiaan dalam merawat peradaban. Terlebih bagi bangsa Indonesia sendiri. Konsep kemanusiaan ini kiranya menjadi pondasi utama meramu toleransi. Sedangkan iman menjadi rumah bagi produksi nilai-nilai kedamaian.

Memanusiakan manusia bukanlah strategi mendapat popularitas, akan tetapi merupakan jalan mewujudkan kerukunan dan perdamaian dunia.

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *