free page hit counter

Debat Warung Makan Buka atau Tutup Selama Ramadan

Warung makan
Bukber di warung makan

Debat Warung Makan Buka atau Tutup Selama Ramadan

Contents

Umat Muslim sedih karena ramadan sebentar lagi akan berakhir. Bulan yang penuh kemuliaan pamit undur diri, lanjut syawal mengambil alih kedudukan. Semoga kita masih ada usia untuk bertemu dengan ramadan berikutnya tanpa lagi memperdebatkan perkara warung makan. Aamiin.

Meski seluruh umat mengamini ramadan sebagai bulan lebih baik dari seribu bulan, namun tetap saja tiap tahun hadir satu polemik dibalik kata menghormati. Kita pasti tiap tahun selalu ketemu dengan narasi boleh atau tidak boleh warung makan buka di siang hari selama ramadan. Beruntungnya tahun ini tidak begitu heboh tentang kasus ini. Namun tahun-tahun sebelumnya kita selalu disuguhi pemandangan kurang pas perkara ini.

Warung Makan Wajib Tutup Selama Ramadan

Penulis mengira jika tahun ini semua baik-baik saja. Tidak lagi mempermasalah hal tersebut (tentang boleh atau tidak boleh jualan makanan di siang hari). Nyatanya hal ini masih relevan dan banyak diperbincangkan dalam obrolan viral.

Sebenarnya boleh tidak sih warung makan buka siang hari saat bulan puasa? Penulis pribadi beranggapan tidak masalah dengan warung makan yang buka selama puasa. Karena Penulis tahu jika hal ini tidak akan berpengaruh kepada niat dan ibadah puasa.

Lagian kita tahu tidak semua penduduk bumi akan puasa di bulan ramadan. Kita harus ingat, ada sahabat kita yang nonmuslim. Ada pula saudara kita yang karena sesuatu hal maka boleh tidak puasa. Jadi santai saja. Kenapa harus kebakaran rambut kalau memang ada warung makan buka. Bisa jadi justru kehadiran rumah makan yang stay open the door di siang bolong sepanjang ramadan adalah salah satu anugerah bagi saudara-saudara kita yang tidak puasa.

Pula itu juga bisa jadi satu-satunya tempat mengais rezeki dari si pemilik warung. Ya bayangkan jika memang hanya warung makan itulah sumber penghasilan dari si pedagang.

Warung Makan dan Perekonomian Nasional

Lagi pula dengan bukanya warung makan ini makan perekonomian nasional terus berputar.  Bayangkan jika seluruh rumah makan tutup selama ramadan, maka pedagang sayur dan daging di pasar juga akan kehilangan pelanggan untuk sementara. Kehilangan pelanggan berarti kehilangan pemasukan.

Tapi tidak usah jauh sampai segitunya, karena kita yakin rezeki sudah ada yang mengatur. Tinggal kita usaha gimana caranya. Allah tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.

Begitu pun kalau ada warung makan yang memang memilih tutup di siang hari selama ramadan, biarkan saja. Itu adalah pilihannya. Tidaklah perlu kita ikut campur di dapur orang lain. Wong dapur kita sendiri saja masih kembang kempis gimana biar selalu mengepul.

Mau warung makan itu buka atau tutup, semua sah, semua boleh, semua tergantung niat masing-masing. Justru yang tidak etis adalah kita yang sok menilai orang lain. Atau kita yang sok mau dihormati hanya karena puasa.

Saling Hormat Menghormati

Tidak jarang kan mendengar ungkapan jangan makan di depan orang puasa, tidak sopan. Atau, hormati yang sedang puasa, jangan makan minum sembarangan. Nah pertanyaannya apa iya kita yang puasa ini sebegitu lemahnya sampai ada orang minum saja sampai tergoda untuk batal? Penulis rasa tidak seperti itu.

Pun perkara hormat menghormati, kita setiap insan pasti senang setiap ada insan lain yang menghormati kita. Maka sudah sewajarnya kalau kita hormat duluan maka akan dibalas dengan penghormatan dari yang lain. Lalu apa lantas orang puasa itu minta dihormati dengan melarang orang lain yang tidak puasa untuk menyingkir dari hadapan kita hanya karena dia ingin minum? Rasanya Islam tidak sebegitu ekstrimnya.

Bukankah kita semua paham bahwa Islam adalah agama Damai? Agaknya tidak pantas jika kita mencederai kedamaian itu dengan dalih penghormatan.

Sekali lagi kita harus menyadari bahwa muslim tidak hanya hablu minallah namun juga hablu minannas. atas kita untuk menjalin hubungan baik dengan Allah dan juga mejalankan hubungan baik sesama manusia.

Saling hormat menghormati,  tenggang rasa, itu bukan ajaran sesaat. Menjaga hubungan baik dengan sesama niscaya akan membawa kebaikan untuk kita. Tidak perlulah saling persekusi hanya karena berbeda sudut pandang. Tidaklah perlu saling sikut, saling pukul, saling mendemo hanya urusan warung makan buka atau tutup.

Toh tidak semua orang bisa memasak untuk makanannya sendiri. Dia butuh keberadaan rumah makan yang selalu standby untuk membantunya bertahan hidup (dengan cara makan). Beruntung bagi kita yang tidak terpengaruh dengan keberadaan warung makan. Mau buka atau tutup juga tidak terlalu pusing.

Lain Mulut, Lain Kelakuan

Sekali lagi, penulis tidak menyalahkan warung makan yang buka selama ramadan. Si pemilik warung berhak dan sah berjualan kok. Penulis juga tidak akan nyinyir kepada warung makan yang memutuskan tutup selama ramadan. Itu juga hak pemiliknya. Bisa jadi yang terakhir ini sengaja memang menutup warung demi bisa kusyuk beribadah sepanjang ramadan. Biarkan saja.

Yang justru patut kita waspada adalah mereka yang banyak omong banyak tingkat tapi tidak sesuai antara omongan dan perilakunya. Bilangnya haram buka warung makan selama ramadan, tapi malah diam-diam paling semangat menjarah dagangan dan memakannya dengan dalih mubazir jika buang-buang makanan.

Begitulah saban tahun polemik itu terus ada. Kadang kala perdebatan tidak perlu masih juga kita jabani. Padahal menghormati dan menghargai sejatinya tidak perlu sampai menyusahkan orang lain. Semoga kita tetap senantiasa kuat dalam iman, Islam dan ihsan.

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *