free page hit counter

Persiapan Haul Guru Sekumpul ke-19

Haul Guru ke-19

Persiapan Haul Guru Sekumpul ke-19

Haul guru ke-19 K.H Muhammad Zaini Abdul Ghani atau lebih dikenal Abah Guru Sekumpul di Martapura Kabupaten Banjar prov Kalsel yang akan digelar tahun 2024 terus dimatangkan. Termasuk menyiapkan konsumsi bagi jamaah. Bupati Banjar H Saidi Mansyur dalam arahannya mengatakan, agar berkomitmen bersama dalam menyambut Haul ke-19 Abah Guru Sekumpul tahun 2024, baik sarana dan prasarananya dapat lebih maksimal.“Beberapa langkah persiapan telah dilakukan Pemkab Banjar bersama Forkopimda dan semua pihak terkait seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi dievaluasi sehingga pada tahun 2024 ini akan telaksana lebih baik lagi,” kata Bupati Banjar H. Saidi.

Posko Induk Sekumpul, H Abdel, mengungkapkan, akan menyiapkan sekitar lebih dari satu juta bungkus nasi sebagai konsumsi untuk pelaksanan haul Guru Sekumpul. “Meski belum tahu kapan tanggal haul dilaksanakan. Namun, persiapan logistik tetap dimatangkan dalam menyambut haul ke-19,” tuturnya. Menurutnya, kebutuhan kebutuhan beras sekitar 2.180 blek atau 43.600 liter. Sementara kebutuhan daging mencapai 13.180 kilogram (kg) daging. “Beras dan daging yang diperlukan seluruhnya berasal dari berbagai sumbangan sukarela yang diberikan kepada relawan haul Abah Guru Sekumpul,” ungkapya. Saat ini, pihak Posko induk mencatat ada 189 dapur umum diberbagai titik yang dibangun sejumlan relawan. Meskipun jumlah ini belum termasuk dapur-dapur pribadi yang turut berkontribusi dalam haul ini. Kendati pelaksanaan haul tersebut belum diumumkan secara resmi, kemungkinan tanggal pelaksanaan, yakni 14 atau 21 Januari 2024.

Lebih jauh Abdel mengungkapkan, peringatan haul bertepatan dengan masa kampanye. Berdasarkan pernyataan ahli waris bahwa kegiatan haul  bersifat keagamaan, maka tidak diperkenankan ada pihak mengklaim atau menunggangi kegiatan tersebut dengan politik praktis. Sejauh ini, pihaknya sudah beberapa kali berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Dishub, Dandim 1006 Banjar dan Polres Banjar dengan membuat peta jalur kegiatan haul.

Biografi atau Manaqib Abah Guru Sekumpul

Dikutip dari Risalah Bughyatul Muhibbin (Nubdzatun Anhayati Syekh Murabbi Kamil Al-Arif Jami’ Bainal Ilmu Wal Amal Az-Zahir Wal Bathin Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Arsyadi Al-Banjari), yang bermakna “Suatu Kegemaran oleh Para Pencinta (Sekilas tentang kehidupan Guru Pembimbing yang sempurna menghimpun antara ilmu zahir dan batin Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Arsyadi Al-Banjari).

Al’aalimul Fadhil al’aalimul ‘allaamah Al’arif billah Assyaikh Alhajj Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjary, Dilahirkan pada malam Arba’ 27 Muharram 1361 Hijriyah bertepatan dengan 11 Februari 1942 Masehi di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Ayahnya bernama H Abdul Ghani bin Abdul Manaf Al-Banjary. Sedangkan, ibunya bernama Hj Masliyah binti H Mulya (adik kandung dari H.Semman Mulya/guru padang). Beliau yang sejak kecil selalu berada di samping kedua orangtuanya dan nenek beliau yang bernama Salbiyah. Sedangkan, Salbiyah ini adalah orang yang majzub artinya diangkat Allah Ta’ala, aqal basyariyahnya diganti dengan aqal rabbaniyah.Selama bayi, beliau tiada menyusu dengan ibunya, hanya menghisap liur Al’aarif billah H AbdurRahman atau H Adu sampai kenyang selama 40 hari.

Nama beliau selagi kecil adalah Qusyairi. Sejak kecil termasuk salah seorang yang mahfudz, yaitu suatu keadaan yang sangat jarang terjadi, kecuali bagi orang-orang pilihan yang sudah ditentukan Allah Ta’ala. Beliau adalah salah seorang anak yang mempunyai sifat-sifat dan pembawaan lain dari yang lain, di antaranya adalah beliau tidak pernah ihtilam(mimpi basah). Di masa kanak-kanak beliau sudah mulai ditanamkan pendidikan tauhid dan akhlak oleh ayah dan nenek beliau sendiri, serta belajar membaca Alquran. Dengan demikian, guru pertama dalam bidang tauhid dan akhlaq adalah ayah dan nenek beliau sendiri yang selalu berada di sampingnya dan memimpinnya. Meskipun kehidupan ekonomi kedua orangtua beliau dalam keadaan yang sangat lemah. Namun mereka selalu memperhatikan untuk membantu dan meringankan beban guru yang mengajar anak mereka membaca Alqur’an. Sehingga setiap malam beliau diberi bekal sebotol kecil yang berisi minyak tanah untuk diberikan kepada Guru Muhammad Hasan, Pasayangan Martapura yang mengajarkan kitab suci Alqur’an.

Dalam usia lebih kurang 7 tahun, beliau sudah mulai belajar di Madrasah Kampung Keraton Martapura selama 2 tahun. Kemudian meneruskan ke Madrasah Darussalam Martapura sampai tamat, Dalam usia kurang dari 14 tahun atau tepatnya masih duduk di kelas 1 tsanawiyah,beliau telah dibukakan oleh Allah ta’ala atau futuh tatkala membaca tafsir.

Sanad Keilmuan Guru Sekumpul

              Untuk tingkat ibtida di Keraton Martapura, guru-guru beliau adalah Guru Muhammad Zaini Umar, Guru Abdul Mu’iz. Sedangkan, guru beliau di tingkat ibtida di Pesantren Darussalam Martapura, adalah Guru Sulaiman, Guru H Abdul Hamid Husein, Guru H Mahli Abdul Qadir, Guru Muhammad Zein, Guru H Rafi’i, dan Guru Syahran.

              Berlanjut di tingkat tsanawi dan aliyah, Guru Sekumpul diajari oleh Guru H Husein Dahlan, Guru Salman Yusuf, Guru H Sya’rani Arief, Guru H Husein Qadri, Guru H Salim Ma’ruf, dan Guru H Semman Mulya yang merupakan paman beliau, serta Guru Salman Jalil. Sedangkan, guru-guru di bidang tajwid, adalah Guru H Sya’rani Arief, Guru Nasrun Thohir yang merupakan seorang qori dan hafiz Quran, serta Guru H Aini Kandangan. Untuk guru khusus tasawuf dan suluk, Guru Sekumpul mendapat bimbingan dari Guru H Muhammad Syarwani Abdan(Guru Bangil), Kyai Falak Bogor dan Sayyid Muhammad Kutbi.

              Untuk sanad dalam berbagai bidang ilmu dan tarekat yang diterima Guru Sekumpul adalah dari Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Sayyid Abdul Qadir Albar, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Muhammad Yasin Padang, Kyai Falak Bogor, Syaikh Ismail Yamani. Sedangkan, guru pertama secara ruhani atau mimpi adalah Syaikh Ali Junayd Berau bin Qodhi H Muhammad Amin bin Mufti H Jamaluddin bin Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary.

              Atas petunjuk Syaikh Ali Junayd Berau, beliau dianjurkan untuk belajar kepada H Muhammad (Gadung) bin H Salman Al-Farisi bin Qodhi H Mahmud bin Asiah binti Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary mengenai masalah Nur Muhammad. Maka dengan demikian di antara guru beliau tentang Nur Muhammad antara lain adalah H Muhammad. Selanjutnya, H Muhammad Syarwani Abdan (Guru BangiL), kemudian Guru Bangil menyerahkan kepada Kyai Hamid Pasuruan, kemudian Kyai Hamid Pasuruan menyerahkan kepada Kyai Falak Bogor. Lalu, Kyai Falak menyerahkan kepada Sayyid Muhammad Amin Kutbi, kemudian Sayyid Muhammad Amin Kutbi menyerahkan kepada Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdull Al-Banjary, yang selanjutnya langsung dipimpin oleh Rasulullah SAW.

Sedikit Karomah Guru Sekumpul

              Sewaktu beliau siyahah,yaitu berjalan-jalan di hutan,maka rumput-rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk pengobatan dan sebagainya. Begitupula, batu-batuan dan besi, kesemuanya ini tidaklah beliau perhatikan dan hal-hal yang demikian itu beliau anggap hanya merupakan ujian dan cobaan.

              Dalam usia kurang dari 14 tahun atau tepatnya masih duduk di kelas 1 tsanawiyah,beliau telah dibukakan oleh Allah ta’ala atau futuh tatkala membaca tafsir

              Ketika beliau masih tinggal di Keraton Martapura, di mana biasanya setelah selesai pengajian atau pembacaan maulid, beliau berbincang-bincang dengan beberapa orang murid yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang-orang saleh dahulu. Isi cerita dari beliau untuk dapat diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah dan mengharap berkah. Tiba-tiba ada murid beliau yang bercerita tentang buah rambutan yang pada waktu itu masih belum musimnya. Beliau mendengar itu, maka beliau mengacungkan tangan beliau ke belakang dan kemudian tampak di tangan beliau sebiji buah rambutan yang masak. Terkejutlah murid beliau pada saat itu. Kemudian buah rambutan itu langsung beliau makan. Kata beliau,inilah anugerah Allah Ta’ala.

              Pada suatu musim kemarau yang panjang,di mana hujan sudah lama tidak turun sehingga sumur-sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap hujan turun. Melihat hal yang demikian, banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta doa agar hujan segera turun. Kemudian beliau keluar rumah dan menuju ke sebuah pohon pisang yang berada di dekat rumah beliau. Lalu beliau goyang-goyangkan pohon pisang itu dan tidak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya.

              Sewaktu pengajian dirumah paman beliau (KH .Muhammad Semman bin H Mulya atau Guru Semman atau Guru Padang), beliau disuruh sang paman untuk mengisi air minum ke gelas untuk jamuan orang yangg hadir di pengajian paman beliau itu. Air minum yang disediakan cuma 1 termos (cirat) saja, dan itu bisa cukup untuk 10 orang. Sementara, orang yang hadir ada ratusan. Beliau tuangkan terus air minum itu ke gelas, bahkan semua yang hadir dapat air minum, itu pun air minumnya masih ada sisa yang cukup banyak.

              Saat Habib Anis bin Alwi Alhabsyi (cucu dari Shohibul Maulid Al-Habsy) berkunjung ke rumah beliau di SekumpuL, Habib Anis mau makan buah durian, padahal saat itu belum musim buah durian. Kata Habib Anis:  Ya, Zaini…saya mau durian nih, entah kenapa hati bergeretek mau makan durian. Lalu dijawab Abah Zaini Sekumpul. “Inggih pun Bib, duriannya ada pian (di belakang Habib Anis). Kemudian beliau makan durian itu bersama Habib Anis.

Wasiat Abah Guru Sekumpul

  1. Menghormati ulama dan dzurriyatnya Rasulullah saw.
  2. Baik sangka.
  3. Murah diri.
  4. Murah harta.
  5. Manis muka.
  6. Jangan bakhil (kikir).
  7. Pemurah.
  8. Jangan menyakiti orang.
  9. Memaafkan kesalahan orang.
  10. Jangan tamak (thoma), tapi syukuri apa yang ada.
  11. Jangan merasa baik/hebat kepada orang lain.
  12. Tuntutlah ilmu kemudian amalkan sekalipun sedikit.

Sedikit Risalah yang Ditulis Abah Guru Sekumpul

  1. Risalah Mubarokah
  2. Manaqib Sayyid Muhammad bin Abdul Karim As-Samman Al-Madani
  3. Risalah Nuraniyyah fiy syarhit tawassulaatis Sammaniyyah
  4. Nabdzah min manaqibil imamil masyhur bil ustadzil a’dzam Muhammad bin Ali Ba’alawi.

Beliau wafat pada hari Subuh Rabu jam 05.10 Wita bertepatan dengan 5 Rajab 1426 Hatau 10 Agustus 2005 M. Beliau dimakamkan di samping Musholla Ar-Raudhah tepat waktu azan Ashar di samping makam paman beliau Guru Semman Mulya (Guru Padang) dan juga di samping sepupu beliau, Guru Salman Jalil, tepatnya berada di tengah pusara orang-orang mulia tersebut.

BACA JUGA: Desa Sadar Kerukunan: Prototipe Toleransi ala Desa

Penulis: Khoirul Kholifah Kholiq

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *