Self-Kindness dan Prosocial Behavior dalam Menjaga Kesehatan Mental
Ada satu penelitian yang menarik perhatian saya saat membaca rangkumannya. Ketika saya membacanya, saya jadi ingin menceritakannya ke orang lain karena menurut saya informasi ini patut untuk disebarluaskan dan saya rasa belum banyak juga yang tahu soal penelitiannya. Penelitian ini berbicara tentang Self-kindness dan Prosocial Behavior.
Penelitian ini ingin mencari dampak dua tindakan terhadap kesehatan mental seseorang. Tindakan itu adalah melakukan kebaikan pada diri sendiri atau self-kindness dan melakukan kebaikan pada orang lain atau prosocial behavior.
Kedua aspek ini, meskipun tampaknya terpisah, berperan besar dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental seseorang. Penelitian yang berjudul The Well-Being Paradox: Comparing Prosocial and Self-Kindness Interventions for Mental Health Benefits mengungkapkan hubungan antara kedua konsep ini dan dampaknya terhadap kesejahteraan individu.
Self-kindness dan Prosocial Behavior
Self-kindness merujuk pada sikap penuh kasih sayang dan pengertian terhadap diri sendiri, terutama saat menghadapi kesulitan atau kegagalan. Contohnya seperti menikmati makanan kesukaan kita, melakukan hobi, atau melakukan aktivitas lain yang kita suka.
Sebaliknya, prosocial behavior merujuk pada tindakan yang tujuannya untuk membantu orang lain, tanpa harapan mendapat imbalan kembali. Ini mencakup beragam tindakan seperti memberi, membantu, berbagi, dan memberikan dukungan emosional kepada orang lain.
Penelitian ini melibatkan 999 partisipan yang terbagi menjadi tiga kelompok berbeda untuk diintervensi selama dua minggu:
- Kelompok self-kindness diarahkan untuk melakukan kebaikan pada diri sendiri tiga kali setiap minggu.
- Kelompok prosocial behavior diarahkan untuk melakukan kebaikan pada orang lain tiga kali setiap minggu.
- Kelompok kontrol diarahkan untuk tidak melakukan apa-apa.
Lantas, bagaimana hasil penelitiannya?
Kelompok self-kindness melaporkan bahwa mereka merasakan kenikmatan atau enjoyment yang lebih baik. Artinya mereka merasa bahwa melakukan kebaikan pada diri sendiri terasa lebih nikmat daripada melakukan kebaikan pada orang lain. Self-kindness membantu individu untuk lebih bisa menerima perasaan negatif dan berfokus pada perbaikan diri dengan cara yang penuh empati dan tidak menghakimi. Namun, secara tidak terduga kelompok self-kindness mengalami peningkatan signifikan dalam depresi dan kecemasan.
Sedangkan pada kelompok prosocial behavior ditemukan bahwa mereka merasa lebih dekat dan terhubung dengan orang lain. Kelompok prosocial behavior juga menunjukkan penurunan signifikan dalam depresi, kecemasan, dan kesepian dari pra-intervensi hingga pasca-intervensi. Hal ini memberikan bukti yang kuat tentang manfaat melakukan kebaikan pada orang lain bagi kesehatan mental. Penelitian ini menunjukkan bahwa berfokus pada orang lain sering kali dapat mengurangi perasaan terisolasi dan meningkatkan kepuasan hidup.
Secara keseluruhan, temuan ini menegaskan manfaat prosocial behavior terhadap kesejahteraan dan temuan bahwa self-kindness mungkin tidak sepositif yang dirasakan.
Dapat kita tarik kesimpulan bahwa melakukan kebaikan pada orang lain memberikan dampak yang lebih besar dalam menjaga kesehatan mental seseorang dari pada melakukan kebaikan pada diri sendiri.
Nah, untuk membuktikannya, saya mengajak semua yang membaca tulisan ini untuk mempraktikkannya. Saat perasaan sedang kacau, galau, cemas, overthinking, dan anxiety menyerang cobalah untuk melakukan kebaikan pada orang lain. Kebaikan dapat kita lakukan dengan tiga cara yaitu: melalui pikiran, melalui ucapan, dan melalui tindakan.
Kalau kamu sudah mempraktikkannya juga tolong hubungi saya ya, apakah melakukan kebaikan pada orang lain benar-benar ampuh untuk menjaga kesehatan mental kita.
Catatan kaki:
Tinggalkan Balasan