Sosial Media Untuk Menangkal Paham Radikal, Emang Bisa?
Akhir-akhir ini penyebaran berita palsu atau hoax semakin masif. Generasi Milenial menjadi sasaran empuk bagi mereka yang menciptakan hoax. Milenial identik dengan gadget. Mengecek sosial media atau sekedar baca-baca status menjelma menjadi kebutuhan wajib.
Sayangnya tidak semua postingan atau bacaan yang diakses (dikonsumsi) adalah hal baik. Tidak sedikit sebagian dari generasi kita yang justru terjerumus hal radikal dimulai dari ‘kuliah’ di dunia maya. Tentu, dengan semakin inten mereka beraktivitas di media sosial, hal ini akan semakin memberi peluang besar untuk terus mencekokinya dengan paham-paham radikal.
Penyebaran hoax semakin hari semakin merajalela, hal ini tentu tidak bisa kita biarkan berlarut-larut. Sudah banyak kasus tidak menyenangkan terjadi bermula dari penyebaran berita palsu yang kemudian menyebar menjadi kekacauan di pelosok negeri. Sebagai contoh, ketika Ratna Sarumpaet dikabarkan dikeroyok oleh sekelompok oknum yang tidak diketahui, padahal kenyataannya ia melakukan operasi plastik di salah satu rumah sakit di Menteng Jakarta Pusat. Hal ini menyebabkan kegaduhan yang sangat riuh, mengingat pada waktu kejadian tersebut, negeri ini sedang hangat-hangatnya dengan gejolak politik.
Di zaman digital yang serba mudah ini, penyebaran berita palsu akan tersebar dengan cepat melalui dunia maya. Dengan sedikit utak-atik, permainan kata, lalu dengan hitungan detik, berita yang belum tentu benar tersebut akan tersebar dengan hanya satu kali klik. Orang-orang di manapun berada, selama mereka tersambung ke saluran internet akan dengan mudah mengakses berita tersebut. Selama mereka tidak bijak dalam menggunakan smartphone yang dimiliki, maka selama itu pula hoax akan terus tersebar luas.
Melalui tekat untuk memberantas konten hoax di media sosial inilah, Komunitas Duta Damai Yogyakarta yang terbentuk dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kemudian mengadakan Seminar Wawasan Kebangsaan yang diadakan di Kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada 19 Oktober 2019.
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber yaitu: Dr. H. Amir Mahmud M. Ag selaku pengamat pergerakan Islam dan penulis buku Fenomena Gerakan Jihad (Alumni Militer Afghanistan), M. Mustafid, S. Fil selaku Koordinator bidang Agama FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme), dan juga Dr. Muhammad Suaib Tahir sebagai Satgas Pencegahan BNPT. Masing-masing narasumber membahas tentang keberadaan anak muda saat ini yang harusnya mampu memanfaatkan sosial media sebagai lahan produksi dan mengajak anak muda agar tidak mudah termakan berita-berita yang belum tentu benar adanya. Dengan harapan agar tidak mudah diprovokasi oleh oknum-oknum radikal untuk menjadi bagian dari mereka.
Menurut Dr. Amir Mahmud, 85% Suriah hancur disebabkan oleh media sosial. Dari fakta yang beliau sampaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa media sosial mempunyai peran yang sangat besar dalam menciptakan kegaduhan. Jika kita tidak bisa memanfaatkan dengan positif atas keberadaan sosmed, kita bisa saja menjadi negara berikutnya yang akan porak poranda karena adu domba yang terjadi lewat media sosial.
Memasuki era yang serba digital ini, untuk menciptakan kegaduhan antar golongan tidak perlu mengandalkan kekuatan fisik. Cukup dengan sapuan jari saja, maka keretakan akan dengan mudah dan cepat menyebar. Sama halnya dengan racun kobra yang menyebar secara diam-diam, dan dengan cepat mematikan lawannya. Begitu juga dengan hoax, ia akan menebar bibit-bibit kebencian dari dalam, sebelum kemudian muncul ke permukaan dan menciptakan kegaduhan yang luar biasa.
Dengan adanya Seminar Kebangsaan semacam ini, diharapkan kedepannya para generasi milenial tidak mudah terbujuk untuk menyebar konten yang belum tentu benar. Cek dan ricek terlebih dahulu sebelum mengklik tombol share. Dan tentu saja, kegiatan-kegiatan yang positif seperti ini juga diharapkan bisa diadopsi oleh pihak-pihak lain, demi mendukung aksi-aksi positif dalam memerangi hoax yang semakin hari semakin barbar.
Dalam seminar ini Duta Damai Yogyakarta mendapat dukungan dari kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta, FKPT (Forum Komunikasi Pencegahan Teroris) dan juga BNPT.
Banyak sekali tanggapan positif yang datang dari para peserta seminar. Mereka merasa dengan adanya kegiatan seperti ini, akan semakin mengokohkan semangat para pemuda untuk juga turut menjaga perdamaian NKRI dari. Dengan adanya support dan juga apresiasi dari pihak pemerintah terkait dengan kegiatan-kegiatan semacam ini, selain menumbuhkan budaya kehati-hatian, juga akan membuat generasi penerus bangsa untuk selalu waspada terhadap kelompok luar yang mempunyai tujuan untuk menghancurkan keutuhan negeri.
Di era industri 4.0, kita juga dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan informasi, sehingga tidak akan mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum tentu benar sesuai dengan fakta di lapangan. Maka dari itu, diharapkan ke depannya akan lebih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang bertujuan memberikan edukasi terhadap generasi muda yang masih rentan terpapar paham radikal. Mari kita saling mawas diri, dan tetap berpegang teguh terhadap pedoman NKRI, demi menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa. Salam damai.
Comment (1)
[…] bahwa diskusi tetap konstruktif. Dialog dan diskusi positif juga berperan penting dalam mencegah paham radikal tumbuh di media […]