Bocil Yang Dulu Gemar Balap Tamiya Sekarang Sudah Jadi Bapack-bapack
Contents
Bagi generasi 90-an pasti tidak asing dengan balap Tamiya, mobil-mobilan bertenaga motor listrik yang dapat melaju kencang di lintasan khusus. Dulu, Tamiya menjadi mainan favorit anak-anak dan semakin populer sejak animenya tayang di RCTI pada tahun 2002.
Saya ingat betul, waktu kecil merengek pada orang tua, minta belikan Tamiya karena tidak mau ketinggalan dengan teman-teman yang sudah lebih dulu memilikinya. Bahkan, saya, yang bukan penghobi Tamiya, masih ingat nama mobil pertama saya yaitu Beak Spider Zebra yang motif bodinya sangat iconic itu. Saking berkesannya kenangan itu sampai sekarang tersimpan rapi di long term memory otak saya.
Yang menarik adalah mainan “jadul” ini sampai sekarang masih eksis tak lekang oleh waktu. Saya memiliki satu orang teman yang gemar trek-trekan Tamiya, bahkan beliau ini sudah jadi semacam sesepuh di komunitasnya.
Hobi merakit Tamiya sejak kecil
Mas Jabrix (45), salah seorang rekan kerja saya gemar sekali mengotak-atik Tamiya sejak duduk di bangku kelas 6 SD. Rekan saya ini adalah contoh nyata bocil yang dulu senang main Tamiya sekarang sudah jadi bapack-bapack beranak dua.
Minggu sore (12/01/2025), saya dan Mas Jabrix kejatahan piket jaga kantor. Di tengah kegabutan, kami ngobrol ngalor-ngidul tentang Tamiya.
“Aku main Tamiya sudah sejak kecil tapi waktu itu ya sekedar main saja, belum sampai ada niatan buat kompetisi”, tuturnya mengawali pembicaraan (12/01/2025).
Mas Jabrix bercerita seolah sedang merangkai ulang kejadian-kejadian masa kecilnya.
“Memang dasare aku senang main mobil-mobilan dan aku menemukan kesenangan tersendiri saat merakit part-part Tamiya yang kecil-kecil jlimet itu sampai akhirnya bisa nyala dan melaju di trek”, kata Mas Jabrix semangat.
Saya pun mengamini perkataannya. Memang ada rasa puas ketika sudah susah payah memotong part-part Tamiya dari cetakannya, kemudian merakitnya. Ada adrenalin yang memuncak sesaat sebelum tombol ON nyala. Merakit Tamiya dikatakan berhasil jika motor listrik menyala dan melaju maju. Kalau berjalan mundur berarti pasang baterainya kebalik!
Mayoritas Penghobi Tamiya Adalah Orang Dewasa
Mas Jabrix menjelaskan bahwa tiap minggu ada saja event balap yang komunitas selenggarakan, baik itu fun race maupun kompetisi balap dari skala kecil sampai besar. Dalam satu minggu minimal ada satu event berlangsung.
Event fun race biasanya hanya butuh waktu hitungan jam, sedangkan kompetisi balap bisa memakan waktu hingga tiga hari lamanya. Lokasi perhelatan adu kecepatan Tamiya berpindah-pindah. Misalnya hari ini di daerah Sleman, besok pindah ke Kulon Progo, atau malah ke luar kota, tergantung komunitas mana yang sedang mengadakan event.
Menariknya lagi adalah mayoritas racer Tamiya justru berasal dari kaum om-om dan bapak-bapak yang sudah tak muda lagi.
“Kebanyakan pembalap dan mekanik Tamiya itu ya kayak aku ini, bapak-bapak, tapi yang umur 20-an kayak kamu juga banyak. Kalau ada anak kecil, nah itu ikut bapaknya balapan, biasanya bocil-bocil ini jadi joki start”, ujar Mas Jabrix.
Memang sih, kalau membayangkan betapa rumitnya menyiapkan Tamiya dan tetek bengeknya saat balapan, rasa-rasanya memang cocok dilakukan oleh orang yang sudah berumur. Sudah khatam perihal per-Tamiyaan.
“Yang seru dari balapan Tamiya itu justru saat ngotak-atik mobil, coba settingan ini, coba settingan itu, cari mana yang pas dan enak di mobil kita”, kata Mas Jabrix semangat.
Solidnya Komunitas Tamiya
Salah satu faktor utama Tamiya masih eksis sampai sekarang, tidak mati digempur mainan digital adalah karena komunitasnya yang solid. Menurut pengakuan Mas Jabrix tiap daerah pasti ada satu komunitas tempat berkumpul para penghobi Tamiya.
Di komunitas inilah para penghobi Tamiya saling berinteraksi, berdiskusi seputar Tamiya. Mas Jabrix sendiri tergabung di tim Bayi Sehat, entah apa alasannya menamai timnya begini, yang memiliki homebase di Yogyakarta.
“Tim balap Tamiya di Jogja ada banyak, nggak tahu jumlah persisnya berapa tapi kalau ada event balap bisa lebih dari 30 tim yang ikut berpartisipasi. Kalau ngitung orangnya bisa lebih dari 100 orang dalam satu event”, ungkapnya serius.
“Kalau tambah sama yang sekadar nonton, bisa lebih rame lagi. Ya begitulah komunitasnya, ada yang ngurus eventnya, ada yang jadi pesertanya, yang nonton pun juga ada, lengkap pokoke”, imbuhnya.
Bahkan sepak terjang Mas Jabrix di dunia per-Tamiyaan tidak hanya sebagai pemain saja. Ia juga turut andil dalam merumuskan regulasi balap kelas Standard Box (STB) yang menjadi pioneer kompetisi balap Tamiya yang dirakit langsung dari kotak tanpa modifikasi tambahan.
“Aku salah satu penggagas kelas STB, balap Tamiya tanpa ada modifikasi apapun. Niatnya biar para pemula bisa ikut balapan”, tuturnya menegaskan kesepuhannya di dunia Tamiya.
Prestasi Balap Tamiya
Berkat hobi yang ia geluti dari kecil itu, sudah tidak terhitung lagi berapa kali Mas Jabrix menjadi jawara balap Tamiya. Ia tak mau menyebutkan ada berapa piala di rumahnya yang secara tidak langsung menunjukkan kalau jumlahnya sudah pasti banyak.
“Sekarang aku ada di fase tidak mengharap piala, kalau menang yawis pialanya tak serahkan ke anggota tim yang lain. Kalau duit hadiah beda lagi, aku gelem nek kui”, ungkapnya sembari penuh gelak tawa.
Dari sekian banyak kompetisi yang pernah ia , yang paling berkesan adalah Kejurnas di Yogyakarta pada tahun 2015 dan 2016. Di sana ia berkompetisi dengan racer dari luar daerah dengan skill meracik mobil yang sudah tak ada keraguan lagi.
Prestasi-prestasi yang ia dapatkan membuatnya terkenal di antara penghobi Tamiya. Ia bahkan sering mendapat tawaran dari tim lain untuk menjadi mekanik bayaran.
“Kalau ada tim yang butuh mekanik untuk ngisi event balap dan jadwalnya tidak bentrok sama kerjaan utamaku, biasanya aku ambil tawaran itu. Lumayan dapat cuan buat jajan spare part”, kata Mas Jabrix.
Tamiya bukan sekadar mainan
Nyatanya Tamiya tidak hanya sekadar mainan yang ketika sudah rusak dibuang dan digantikan mainan lain. Ia menjadi sebuah media kreasi bagi penghobinya, atau bahasa kerennya menerapkan ilmu engineering kecil-kecilan.
Satu mobil Tamiya yang terdiri dari sistem penggerak, kelistrikan, dan aerodinamikanya memerlukan perhitungan secara seksama agar bisa melaju kencang dan stabil di lintasan.
“Untuk merakit mobil Tamiya juara itu tidak mudah, semua diperhitungkan mulai dari kondisi sasis, motor, baterai, dan ukuran ban pun juga jadi faktor penentu juara. Selain itu juga mental racernya harus kuat biar tidak mletre kalau kalah”, pungkas Mas Jabrix.
Obrolan saya dengan Mas Jabrix berakhir ketika jam menunjukkan waktu pulang kantor.
Tinggalkan Balasan