free page hit counter

Filosofi Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh

Filosofi Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh

Contents

Kraton Yogyakarta banyak meninggalkan berbagai macam-macam filosofis dari berbagai kepemimpinan dari setiap raja yang bertakhta. Sri Sultan Hamengku Buwono I, sebagai raja pertama dari Kasultanan Ngayogyakarta memiliki banyak peran dalam membangun Kraton Yogyakarta dari berbagai bidang seperti, politik dan budaya. Dalam hal budaya, Sultan Hamengku Buwono I memiliki filosofis yang kuat dalam hal seni tari yaitu Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh. Empat ajaran tersebut menjadi unsur-unsur yang menaungi filsafat Joged Mataram yang selalu ditonjolkan. Sejatinya, Sultan Hamengku Buwono I sebagai pendiri Kasultanan Yogyakarta sekaligus menciptakan empat unsur itu dapat dijadikan sebuah lnilai yang dapat ditekuni sehari-hari.

Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh dalam bungkus Joged Mataram

            Tari klasik gaya Yogyakarta mayoritas banyak dijiwai melalui falsafah Joged Mataram, yang dijadikan sebagai pedoman ilmu dalam menari. Pondasi dari Joged Mataram didasarkan pada empat prinsip yaitu sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Empat prinsip dasar tersebut menjadi sebuah pendidikan rasa bagi para penari seni tari akan memberikan keseimbangan lahir dan batin. Sawiji memiliki arti agar tetap fokus tanpa memiliki ketegangan jiwa. Greget dimaknai dalam hal menjiwai semangat yang membara.  Sedangkan sengguh disamakan dengan sikap percaya diri tanpa menunjukkan keangkuhan. Yang terakhir adalah ora mingkuh yang berarti selalu berani bertanggung jawab dan tidak pantang menyerah.

            Sri Sultan Hamengku Buwono I secara sadar memasukkan nilai-nilai kesatria, olah keprajuritan, dan semangat kepahlawanan dalam falsafah Joged Mataram yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Joged Mataram sendiri dapat dipahami dan dimaknai secara luas, termasuk dalam wujud kedamaian antar manusia. Di samping itu, penanaman rasa syukur dalam diri merupakan hal terpenting dalam menjalani hidup. Selain itu, dapat dipelajari dari empat prinsip tersebut terdapat unsur kesusilaan yang menanamkan rasa untuk berlaku disiplin dan teguh pada pendirian.

Sultan Hamengku Buwono I menjadi salah satu pionir keempat prinsip Nyawiji, Greget, Sengguh lan Ora Mingkuh

Gambar diambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_I#/media/Berkas:Lukisan_Pangeran_Mangkubumi_aka_Sultan_Hamengkubuwono_I.jpg

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

            Filosofi budaya Jawa terhadap kehidupan banyak mengajarkan untuk  proses pencarian jati diri untuk ketenangan diri sendiri. Misalnya dalam hal bekerja, merupakan kegiatan yang memiliki tujuan memperoleh ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan yang ketiganya tersebut tidak dapat digantikan dengan materi. Seseorang yang sudah beriklhas diri, tidak berorientasi pada materi mendapatkan kepuasan batin dapat menimbulkan rasa kebahagiaan terhadap diri sendiri. Pengabdian ini yang dibutuhkan setiap manusia agar memperoleh rasa senang, ikhlas dan tanpa pamrih sehingga dapat menuju tujuan yang mulia. Melalui 4 prinsip nyawiji, greget, sengguh lan ora mingkuh dapat diperluas dalam penerapan kehidupan sehari-hari

Gambar diambil dari https://jogjaprov.go.id/berita/mengenal-watak-kesatria-nyawiji-greget-sengguh-ora-mingkuh

            Nyawiji, dari segi kehidupan keseharian bisa diartikan manusia tetap harus fokus pada tujuan yang diinginkan dan menghindar dari gangguan godaan-godaan yang membayangi. Hal yang dapat dipelajari dari prinsip nyawiji bahwa kita harus memiliki pendirian yang teguh dan berani bertindak. Jika kita ragu sedikitpun terhadap tujuan utama dapat mempengaruhi konsentrasi sehingga dapat mengalami kegoyahan dan kurangnya rasa percaya diri. Selain itu, hal yang dapat dipelajari yaitu kita tetap selalu mengabdi dan berserah diri kepada Tuhan. Pengabdian ini yang akan membawa kita untuk selalu memiliki rasa hormat terhadap sesama manusia dan menumbuhkan rasa berbakti kepada orang tua.

            Prinsip lain yang dapat dimaknai dalam kehidupan yaitu greget, menyalurkan semangat agar tersalurkan sikap batin dengan menjaga rasa emosi dengan dilandasi keselarasan diri sendiri. Ketika sedang bersemangat, terkadang sikap emosi semakin membara dan jika tidak dijaga berakibat buruk seperti tidak terkontrolnya hasrat diri yang tidak pernah puas akan nikmat yang diberikan Tuhan. Sikap batin seseorang harus tegas dan sabar agar mampu memberikan ketentraman di lingkungan sekitarnya. Pengaruhnya dapat dilihat dalam usaha yang dilakukan   untuk mewujudkan tujuan sesuai dengan prioritas perencanaan  secara  tepat.

Sengguh ora Mingkuh

            Sengguh, dapat dijabarkan bahwa harus memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang pada diri sendiri. Atas  dasar percaya diri tersebut maka memunculkan rasa berani melakukan inovasi-inovasi diri untuk melakukan perubahan yang lebih baik di lingkungan sekitarnya. Ketika sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan, tidak boleh meninggalkan rasa tanggung jawabnya. Sikap percaya diri ini jangan sampai mengarah kepada sifat individual dengan mengdepankan rasa ego yang dapat menimbulkan bekerja dengan pamrih. Keyakinan terhadap kemampuan diri harus diartikan tidak egois yang menganggap  dirinya  paling  benar. Rasa  percaya  diri  harus tergambar  dalam  sikap mau mengalah  untuk mewujudkan  tujuan  yang  lebih  mulia.  Orang yang memaknai sengguh secara tepat dan benar, menjadikan  hidupnya lebih tertib, teratur,  dan  rendah  hati, karena keyakinan bahwa apa yang telah diberikan Tuhan harus dibagikan kepada sesamanya.

            Terakhir, makna ora mingkuh adalah bentuk sikap agar berani, pantang menyerah dan tidak pernah ragu jika dihadapkan situasi sulit. Meskipun menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidup, harus tetap melanjutkan semua halangan dengan kemampuan,  tugas,  dan kewajiban yang harus dilaksanakan..Bentuk wujud lain dari nilai  ini  akan terlihat  sikap setia, pantang menyerah, dan teguh hati. Seseorang  yang mempraktekkan prinsip ora mingkuh mampu melepaskan segala perasaannya agar melakukan sesuatu dengan logika dalam bertindak. Prinsip ini dapat direalisasikan dalam perilkau mempertanggungjawabkan      semua kemampuan, pikiran dan tindakan kepada orang-orang sekitar agar tetap terjaga nilai-nilai luhur pada diri sendiri.

Keempat prinsip ini yaitu nyawiji, greged, sengguh,dan ora  mingkuh pada saat ini dapat mempengaruhi  sendi-sendri kehidupan sehari-hari dari berbagai elemen masyarakat. Jika diterapkan pada diri sendiri dapat menjaga dan menciptkan kedamaian di lingkungan sehingga terwujud bentuk toleransi. Pengaruhnya dapat memahami cara-cara hidup melalui pengalaman batin dan pemahaman pada jati diri sehingga mampu membentuk jiwa manusia yang positif. Terciptanya jiwa positif inilah yang akan membangun karakter yang kuat yang dapat memunculkan agen-agen perubahan di sekitar kita.

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *