free page hit counter

Hari Kemenangan, Kita Menang Lawan Apa?

Hari Kemenangan, Kita Menang Lawan Apa?

Bulan puasa tahun 2021 sudah berakhir dan saatnya merayakannya dengan penuh kegembiraan. Sudah sepatutnya dan memang menjadi tradisi dalam umat Islam untuk merayakan hari kemenangan. Hari Raya Idul Fitri tahun 1442 Hijriyah ini juga tidak luput dari perayaan. Hal ini juga sebagai ganti di tahun sebelumnya yang dilarang merayakan sebab masih pandemi korona. Meski tidak jauh berbeda, tahun peryaan idul fitri tentu dengan protokol kesehatan. Di sisi yang lain, juga banyak yang hanya merayakan dari tanah rantau, disebabkan pelarangan mudik oleh pemerintah. Tentu, sepanjang satu bulan ada sekian banyak cerita dan hikmah yang dapat diambil.

Pertama, saya akan memulai dari cerita yang banyak terjadi di bulan puasa kali ini. Ada beberapa kejadian yang sangat menarik perhatian bahkan mungkin jadi topik hangat tanah air. Mulai dari kritik yang dilayangkan Zaskia Adya Mecca sampai kasus babi ngepet yang didalangi oleh salah seorang ustaz di Depok. Hal-hal menarik ini turut serta mengisi bulan puasa kali ini yang serasa menjenuhkan. Bulan puasa memang menjadi sangat jenuh karena tuntutan dan kewajiban untuk melakukan puasa. Namun, cerita-cerita tersebut sedikit banyak mengurangi rasa jenuh. Sebetulnya ada banyak cerita yang mungkin bisa diangkat, namun saya memilih dua hal tersebut.

Saya ingin menunjukkan bagaimana sejatinya umat Islam menjalankan agamanya di bulan puasa kali ini. Yang pertama, dimulai dari kritik yang dilayangkan oleh istri Hanung Bramantyo tersebut yang banyak mendapat atensi negatif. Padahal, Zaskia Adya Mecca hanya mengkritik penggunaan pengeras suara yang dinilai berlebih. Namun, warga online kita terburu-buru untuk menghujat dan melempar tanggapan-tanggapan yang tidak tepat. Umat Islam terlalu terburu-buru menghadapi persoalan ini yang sebetulnya harus didudukkan dengan baik dan sangat cermat. Tidak sedikit yang menyerang Zaskia, dengan angapan orang yang anti terhadap toa yang digunakan membangunkan sahur dan sudah mengakar dalam masyarakat. Padahal, kritik darinya adalah masuk pada tata cara penggunaan toa itu.

Bagaimana Sesungguhnya Hari Kemenangan Dalam Konteks Keberagamaan?

Hari Kemenangan

Barangkali, ini masuk terhadap sentimen beragama. Apa-apa yang lekat dengan agama akan menimbulkan efek yang luar biasa, bahkan urusan toa sekali pun. sentimen-sentimen tersebut memang sangat melekat kuat apalagi didorong oleh klaim bahwa agama A(sebagai istilah simbolik) dilemahkan. Tentu, sebagai penganut agama A merasa tidak terima, sehingga sentimen-sentimen tersebut makin membengkak. Di sini juga letak ketergesa-gesaan sebenarnya. tanpa mendudukkan dulu dengan jelas dan mempertanyakan pokok bahasan yang sedang dihadapi. Kebebasan berekspresi dalam dunia digital turut serta memperkuat arus ini yang seakan tidak bisa terbendung sama sekali.


Kedua, masalah babi ngepet yang telah mengibuli banyak orang. Tidak perlu diperpanjang untuk masalah yang kedua ini. Tetapi yang jelas, masih banyak oknum-oknum yang memegang peran vital di tengah masyarakat dengan menggunakan kabar kebohongan. Hal ini juga nantinya memperparah tingkat kebohongan di media sosial yang akan naik. Di bulan puasa semestinya—sebagaimana yang selalu didengungkan oleh pemuka agama di setiap khotbah solat hari raya—menjadi ajang untuk menjaga hawa nafsu. Tidak cukup hanya hawa nafsu untuk makan dan minum saja.

BACA JUGA: Antara Pahlawan dan ‘Ah, Lawan!’


Lebih dari dua hal tersebut setidaknya ada beberapa hal yang harus dikoreksi bersama, Yakni bagaimana untuk menahan diri tidak terburu-buru ikut campur dan berkomentar atau bahkan mencaci. Senyata dengan ini, juga banyak di sampaikan dalam literatur kitab klasik untuk menjaga ucapan dan perkataan. Selanjutnya, juga semestinya menahan diri untuk tidak mengibuli banyak orang yang nanti dampaknya akan kembali pada diri sendiri. Jika hal tersebut bisa dilakukan dengan baik, maka hari kemenangan bisa disebut benar-benar hari kemenangan. Jika tidak, lalu kita menang melawan apa? melawan haus dan lapar yang tidak seberapa?

Share this post

Comments (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *