Pakualaman: Pahlawan Pendidikan Sepanjang Masa
Ketika menginjak Yogyakarta mungkin kita hanya mengenal Keraton Ngayogyakarta, karena sangat masif baik secara pemberitaan, maupun informasi apa saja agenda di Keraton Ngayogyakarta, belum lagi Keraton Ngayogyakarta berada di pusat tengah kota serta dekat dengan kawasan wisata seperti alun-alun utara bahkan kawasan keraton sendiri dapat kita kunjungi setiap saat.
Lantas pernahkah teman-teman mendengar Pura Pakualaman? Ya, di Yogyakarta memiliki 2 Projo Kejawen yakni Keraton Ngayogyakarta serta Kadipaten Pakualaman. Projo berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti pemerintahan negeri, kerajaan, atau istana. Sedangkan Kejawen berasal dari kata Jawa.
Hal itu menunjukkan bahwa baik kasultanan maupun pakualaman sama-sama merupakan sebuah kerajaan atau biasa di sebut Projo Kejawen.
Banyak sekali hal yang menarik dalam 2 Projo Kejawen di Yogyakarta ini khususnya tentang Pakualaman. Jika Keraton Ngayogyakarta terkenal dengan Heroik Kepahlawanannya, Kadipaten Pakualaman terkenal dengan Pendidikannya.
Dalam dunia pendidikan baik di Indonesia maupun di Yogyakarta tidak terlepas dari peran Kadipaten Pakualaman, berawal dari keprihatinan BPH Suryodilogo atau dikenal dengan KGPAA Paku Alam V.
Ketika menjadi seorang Adipati beliau memberikan kesempatan kepada para sentono untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya hingga ke negeri Belanda. Contohnya seperti mengirim BRM Notodirojo serta para putranya untuk menempuh pendidikan di Kota Delf dan Kota Leiden Belanda.
Selain kepada para sentono, Sri Padukan KGPAA Paku Alam V juga mengadakan pendidikan untuk masyarakat yang dikirim juga ke Belanda dan Swiss. Mengirim putra putri terbaik agar bisa menempuh pendidikan barat di ELS, HBS maupun sekolah dokter jawa.
Pada 22 April 1891 KGPAA Paku Alam V mendirikan Darmawara untuk membantu warga tidak mampu agar bisa sekolah di sekolah Belanda. Menyediakan pula sekolah sistem barat yakni di Sekolah angka loro di Bintaran, Wates, Margoyasan, Jetis, Ngabean, Gading dan Gunung Kidul.
Pada masa pemerintahan KGPAA Paku Alam VII beliau membangun 53 rumah sekolah di wilayah Adikarto (Wilayah kecil yang penduduknya banyak yang miskin).
Ki Hajar Dewantara atau bernama asli RM Suwardi Suryaningrat yang kita kenal sebagai pahlawan nasional dalam bidang pendidikan pun berasal dari Pakualaman yakni cucu dari Sri Paduka KGPA Paku Alam III.
Beberapa konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang kini masih digunakan salah satunya yakni Konsep pendidikan Wiyata griya “Siswa dalam menuntut ilmu bertinggal di tempat di mana pendidikan itu dilaksanakan yang disebut Padepokan, seperti pendidikan agama di pondok pesantren” Konsep tersebut masih di lestarikan di SMA Nusantara Magelang.
Masih banyak hal lain yang menjadi perhatian khusus dalam dunia pendidikan di setiap kepemerintahan KGPAA Paku Alam, yang hingga ini masih terus berlanjut.
Dialog Budaya, Pura Pakualaman
Jumat, Malam Sabtu Kliwon, 7 Juli 2023
*Terdapat buku tentang kegiatan Dialog Budaya diatas yakni “MEMAYU HAYUNING BAWONO” Konsep Tuhan Yang Maha Esa. Dapat di pinjam teman-teman di Perpus Mraen Mimpi.
*Selain Keraton Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman, terdapat Projo Kejawen lainnya yakni Keraton Surakarta terkenal dengan Kesetiaannya serta Kadipaten Mangkunegaraan terkenal dengan Kesustraannya.
Penulis pun sudah membuktikan hal tersebut karena pernah menerima 2 kardus besar berisikan buku dengan kualitas nasional dan internasional dari salah satu keluarga Pakualaman untuk perpus penulis yakni Mraen Mimpi. Dan menjadikan pengalaman pertama penulis masuk Pura Pakualaman. Termasuk mengikuti Bedah Naskah Kuno di tulisan penulis sebelumnya. Karena di Pura Pakualaman sendiri memiliki 41 Naskah Kuno berupa Dongeng.
BACA JUGA: Liberation of Children’s Aspirations According to their Talents in the Film Garuda di Dadaku (2009)
Editor: Bennartho Denys
Comment (1)
[…] BACA JUGA: Pakualaman: Pahlawan Pendidikan Sepanjang Masa […]