free page hit counter

Pepatah Jawa “Ketiban Awu Anget”

ketiban awu anget

Pepatah Jawa “Ketiban Awu Anget”

Pepatah Jawa “Ketiban Awu Anget” mengandung makna mendalam tentang nasib sial menimpa seseorang yang tidak bersalah dan tidak tahu menahu tentang suatu masalah. Pepatah ini menjadi pengingat bahwa dalam kehidupan, kita sering menghadapi berbagai situasi yang tidak terduga, di mana terkadang kita terseret dalam masalah tanpa kita sadari.

Sebut saja Pak Sukatut, seorang pria lugu, menjadi contoh nyata pepatah ini. Berkali-kali Polisi meminta keterangan dan bahkan menahannya di kantor polisi karena rumah kontrakannya digerebek. Alasannya: penghuninya, yang berbeda rumah dengan Pak Sukatut, menjadi tersangka perampokan dan barang bukti ditemukan di sana. Sialnya, Pak Sukatut juga dititipi motor curian yang diklaim milik teman penghuni kontrakan yang sedang pulang kampung.

ketiban awu anget

Nasib serupa menimpa Pak Sujarum, penjual rokok pinggir jalan. Ia dihubungi temannya untuk mengantar rokok ke sebuah gudang kosong. Sesampainya di sana, Pak Sujarum justru terjaring razia polisi karena gudang tersebut ternyata dijadikan arena perjudian. “Hadeuuh…! Ketiban awu anget aku….!” keluh Pak Sujarum.

Kisah Pak Sukatut dan Pak Sujarum adalah contoh kejadian yang mencerminkan realitas pahit. Di mana orang tak bersalah bisa terseret dalam masalah, bahkan tidak jarang masalah yang rumit dan berat. Pada masa lalu, dari cerita Eyang Kakung dan Eyang Putri, pada peristiwa G30S/PKI, banyak orang yang ‘ketiban awu anget’ karena tercatat dalam organisasi tertentu, meskipun mereka dalam kenyataanya mungkin tidak terlibat dalam peristiwa tersebut.

Di era digital ini, kemungkinan terjebak dalam masalah tanpa disadari mungkin berkurang dibandingkan masa lalu. Namun, bukan berarti kita bisa lengah. Penggunaan gawai yang tidak bertanggung jawab dapat justru dapat menyeret kita ke dalam masalah hukum, seperti penyebaran informasi palsu atau penipuan online.

Pepatah “Ketiban Awu Anget” menjadi pengingat penting untuk selalu berhati-hati dalam bertindak dan berinteraksi. Hal ini berlaku baik di dunia nyata maupun dunia digital. Kita harus selalu waspada terhadap informasi yang diterima dan tidak mudah tergoda untuk terlibat dalam aktivitas yang berpotensi merugikan diri sendiri atau orang lain.

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *