Perempuan Indonesia Menuju Kesetaraan
Contents
“Tidak ada peradaban yang sempurna kecuali ada kesejajaran antara laki-laki dan perempuan”
-Mark Twain-
Terlahir sebagai seorang perempuan merupakan anugerah. Menjadi perempuan bukanlah pilihan tetapi suatu ketetapan yang sudah ketetapan Tuhan. Mengakui dan menerima kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan yang sempurna.
Bahkan dalam QS Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT menyebutkan bahwa manusia tercipta dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, dan yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Allah SWT mendesain manusia dengan desain sempurna, salah satunya berupa kemampuan berpikir yang tidak dimiliki oleh makhluk lainya.
Perempuan Pemimpin dan Amanat UUD
Negara Indonesia juga berkomitmen untuk mewujudkan negara demokratis yang berkeadilan seperti amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea ke empat yang berbunyi “mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.
Selain itu, Undang-Undang Nomer 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 49 ayat 1 menyebutkan bahwa “wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat, dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan”.
Kenyataan ini menegaskan bahwa setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan dan potensi yang sama. Ketika kenyataan itu terabaikan dengan merendahkan atau mensubordinasi yang lain sama halnya dengan merusak apa yang telah Allah
Kepemimpinan Dalam Masyarakat
Artikel yang serupa di sini
Kepemimpinan dalam arti yang lebih luas yaitu setiap manusia tercipta sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi) baik laki-laki maupun perempuan memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang pemimpin. Dikuatkan juga oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim dari Ibn Umar RA Nabi Muhammad SAW bersabda: “setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan tersebut.” Artinya siapa pun bisa menjadi pemimpin dengan kompetensi yang dimilikinya.
Budaya Patriarki di Masyarakat
Budaya patriarki yang berkembang di masyarakat memposisikan laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Posisi superioritas yang melekat pada kaum lelaki mengaggap bahwa hanya laki-laki yang bisa melakukan segala hal. Sedangkan perempuan hanyalah makhluk nomer dua. Makna patriarki ini menyebabkan perempuan tidak mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi, pemberdayaan diri, dan posisi penting dalam wilayah publik.
Kini, realitas sosial telah membuktikan bahwa telah banyak perempuan yang bisa melakukan tugas yang selama ini terlihat hanya
Sejarah telah mencatat sejumlah perempuan yang sukses dalam kepemimpinan seperti Megawati Soekarno Putri, perempuan pertama yang menjadi presiden RI. Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial setelah menjadi Wali Kota Surabaya. Khofifah Indar Parawansa sebagai Gubernur Jawa Timur, Prof. Ir. N. R Reini Djuhraeni Wirahadikusumah, MSCE, PhD sebagai rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lain sebagainya.
Mayoritas ahli fikih konservatif Memandang peran politik dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar (mengajak melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran). Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama. (Sahal Mahfudz Dan Andree Feillard, 2019: 275).
Kunci untuk mewujudkan negara baldatun toyyibatun warobbun ghofur (negara yang baik dan Tuhan yang maha pengampun)dengan berlaku adil kepada semua manusia.
Sebab sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Barang siapa yang mencintai tuhannya berarti mencintai kesetaraan karena Tuhan Maha Adil (Al’adlu). Perjuangan perempuan untuk mendapatkan keadilan dalam kesetaraan tidak pernah berhenti.
Untuk semua perempuan yang sedang berjuang menjadi individu yang lebih berarti, semangat ya! Kalian istimewa! Selamat hari kartini. Selamat terus berjuang perempuan hebat.
Comments (2)
Selamat Hari Kartini, Selamat Kesetaraan Manusia
Thanks pak koor kami, d’best dah…