free page hit counter

Sanggar Taman Mraen Mimpi: Dari Kertas Jadi Markas

Sanggar Taman Mraen Mimpi

Sanggar Taman Mraen Mimpi: Dari Kertas Jadi Markas

Sanggar Taman Mraen Mimpi (Bagian 2)

Ketika memulai ide membuat perpustakaan, hal pertama yang terpikirkan adalah sebuah ruangan atau rumah, karena waktu itu yang menjadi acuan adalah Rumah Baca Gang Masjid Jombang, dari rumah terciptalah perpustakaan, yang kemudian saya ikut terpantik untuk berpikir jika ingin punya perpustakaan berarti harus punya rumah, sewa rumah atau kontrakan dan lainnya sebagainya yang tentunya mahal dan tidak akan mampu saya untuk menggapainya.

TERINSPIRASI DARI SEBUAH LIPUTAN
Konsep di awal tersebut berubah ketika saya melihat liputan teman saya kuliah, jika terdapat gerobak sayur yang berisikan rak buku. Menjadikan sebuah perpustakaan melalui media gerobak. Kemudian saya mencari inspirasi lain di internet, ternyata banyak juga perpustakaan dengan media selain rumah, khususnya di Jogja terdapat perpus dengan media gerobak sayur, becak, andong, motor hingga motor beroda tiga. Akhirnya membuat saya terpikirkan membuat perpus dari media gerobak.

PERJALANAN DI MULAI
Belum selesai sampai disitu, sekarang berpikir darimana biaya membuat gerobaknya? Dengan uang pribadi jelas tidak masuk akal sebagai anak kuliah. Kemudian melihat di kos banyak tumpukan kertas langsung teringat jika produksi kertas di kampus sangat banyak. Karena biasa di gunakan untuk produksi TV maupun Radio seperti naskah, desain proposal dan lain sebagainya, yang kemudian saya kumpulkan dan di jual ke pengepul. Perjuangan di mulai dari November 2017, mengumpulkan kertas dan menyebarluaskan lewat aplikasi LINE.

Pengambilan kertas tidak bisa setiap hari karena membagi waktu dengan kuliah dan kegiatan lainnya. Beberapa bulan kemudian dari hanya mengambil kertas teman-teman kampus bisa merambah ke kampus lain. Dibantu sahabat saya Azis Wahyu Saputro mengambil dengan 2 motor hingga 3 sampai 4 kardus berisi kertas. Pengepul sendiri waktu itu bernama Ipayper mengambil langsung ke kos saya 1 hingga 2 bulan sekali.

TABUNGAN SOSIAL

Agar hasil penjualan kertas bisa transparan saya publikasikan melalui LINE yang hingga kini masih bisa diakses. Dan saya beri nama Tabungan Sosial. Di LINE terdapat riwayat Tabungan Sosial 1 hingga Tabungan Sosial 13. Setelah hampir 1 tahun pengepul ganti karena Ipayper sudah tidak ada, dan berganti Kertas Amanah yang saya cari di Instagram. Di situlah mulai tidak hanya kertas, tapi bisa menjual kardus dan koran.

Di saat mengambil kertas, kardus atau koran, saya sudah terpikirkan berapa target yang akan saya kumpulkan untuk membuat gerobak, termasuk siapa yang akan membuat gerobak perpus tersebut hingga sudah membuat nama gerobak dan perpustakaannya.

Siapa sangka ternyata sampah memiliki nilai jual yang cukup tinggi, dari sampah jadi berkah dan mungkin saya pun terkejut dengan hasilnya. Ternyata istilah perahu kertas atau kapal dari kertas itu benar, seperti Bahtera Nabi Nuh yang akan menjadi sebuah MARKAS! Andai saja bisa setiap hari mengumpulkan kertas, kardus, koran mungkin sudah membuat banyak gerobak perpustakaan menjadi sebuah markas literasi.

Berbekal dari proses tersebut saya mencoba belajar dalam pengelolaan perpustakaan atau lebih khususnya literasi dasar dengan mengikuti Duta Baca Gemari Batch 8 Yogyakarta oleh Dompet Dhuafa bidang pendidikan. Kegiatan DGB menjadikan saya banyak relasi bidang literasi di Yogyakarta dan semakin yakin untuk membuat sebuah perpustakaan dari gerobak bernama PELAN2 (Perpustakaan Jalan-Jalan).

Dari sebuah mimpi dan ide, mencoba mengajak beberapa orang untuk ikut serta dalam membangun sebuah perpustakaan ternyata tidak semudah itu orang percaya dengan mimpi kita. Hal tersebut yang akhirnya malah membuat mimpi saya tertunda. Jika kita bisa melakukannya sendiri, kenapa harus menunggu pertolongan orang lain? Karena niat baik pasti akan datang kebaikan-kebaikan lainnya.

Bagaimana kelanjutan PELAN2? Hingga jadi sampai butuh waktu lama untuk membangun sebuah perpustakaan mraenmimpi.org ? tunggu Bagian 3 yaa hehe.

Sanggar Taman Mraen Mimpi

BACA JUGA: Sanggar Taman Mraen Mimpi: Dari Mimpi Jadi Literasi

Editor: Bennartho Denys

Share this post

Comment (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *