Christianity Studies for Muslim Scholars: Menyemai Perbedaan, Mengikat Persaudaraan
Sedetik paskamenerima Term of Reference dari panitia christianity Studies for Muslim Scholars, saya langsung teringat film Pesantren Impian (2016) dan Hangout (2016). Dua film dengan latar berbeda namun mempunyai titik simpul yang sama: para aktor yang satu persatu terbunuh sepanjang cerita.
Setelahnya, saya searching Asosiasi Teolog Indonesia (ATI) yang sebagai pihak paling bertanggung jawab atas acara ini. Dengan sedikit ragu-ragu saya memantapkan diri bahwa tidak akan ada penculikan dan pembunuhan apabila saya memenuhi undangan penitia.
Perasaan tersebut saya sampaikan di hari akhir ketika sesi Refleksi dan Evaluasi. Sebuah pengakuan yang membuat geleng-gelengan dan gelak tawa. Puncaknya gong dari Kartika Diredja, dengan ucapannya, “memangnya kamu siapa dan apa pentingnya menculik dan menghilangkan kalian!” Untuk kesekian kalinya tawa pecah mengisi ruangan. Sebuah suasana yang sangat cair dan tidak kaku. Namun, perasaan saya tersebut tidak buruk-buruk amat mengingat peserta lain justru awalnya ada yang mengira kegiatan ini adalah upaya Kristenisasi.
Christianity Studies for Musilm Scholars
Christianity Studies for Muslim Scholars (CSMS) ini desain program oleh ATI sebagai pintu masuk mengenal agama Kristen. Menarik, pasalnya pengampu agenda acara tersebut langsung oleh pemeluknya. Dengan kata lain, peserta belajar agama Kristen dari sumbernya langsung. Persis sebagaimana pemeluk Kristen pahami selama ini. Tentu, berbeda dengan apa yang kita dengar dari ustaz-ustaz yang sebagian tidak menempuh pendidikan agama Kristen.
Sebagaimana judulnya, para peserta sebanyak 15 orang semua beragama Islam. Bahkan 14 peserta di antaranya mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) di Jawa dan Sulawesi. Di antaranya juga aktif di komunitas lintas iman dan kerap melakukakn kunjungan ke tempat-tempat ibadah.
Kendati demikian, membahas soal kekristenan, pengetahuan para peserta sepuluh tingkah di bawah dibandingkan pemeluk Kristen itu sendiri. Artinya, pemahaman mereka terhadap agama Kristen tidak utuh dan cenderung tercerai-berai.
Ibarat seorang tamu yang tidak akan lebih paham dari tuan rumah. Atas dasar itu, kerendahatian untuk belajar agama lain dari pemeluk sekaligus pakarnya adalah keniscayaan—selain sebagai upaya terhindar dari pemahaman yang tidak komprehensif.
Belajar Dari Literatur yang Tepat
Saya kira, pemahaman kita selama ini terhadap komunitas religius lain tidak berasal dari literatur yang tepat. Alih-alih belajar langsung pada sumbernya, kita cenderung merujuk kepada orang-orang yang seiman dan yang kita anggap mumpuni tentang agama lain.
Di saat bersamaan, CSMS ini adalah sebuah sarana teman-teman Kristen belajar sedikit tentang keislaman. Sehingga terjadi dialog natural lintas iman selama enam hari. Menarinya lagi, lokasi acara ini di Sekolah Tinggi Teologi Setyabhakti (STT SATI). Sebuah kampus dengan nilai-nilai Kristiani yang lengkap dengan asrama. Panitia dan peserta tinggal bersama selama kegiatan berlangsung. Tidak hanya tinggal melainkan ikut dan melihat mereka beribadah, mulai dari doa lorong, chapel siang dan malam.
Studi live in ini menjadi berkesan karena peserta jadi tahu segala aktivitas mahasiswa Kristen. Cara hidup mereka, penghargaan mereka terhadap kelompok lain hingga penghayatan mereka terhadap ajaran Yesus. Satu hal yang pasti dan tidak boleh terlupakan bahwa antara kami dan mereka mempunyai sekat teologis. Namun demikian hal tersebut bukan menjadi halangan untuk tetap menyemai persaudaraan dan berbuat kebaikan.
Dalam hal ini, agenda ATI melalui CSMS merupakan langkah menyemai perbedaan dan mengikat persaudaraan. Artinya kita tahu titik-titik perbedaanya namun tidak menjadikan hal tersebut sebagai alasan bermusuhan. Lagi pula larangan dalam agama-agama bukan perbedaan, melainkan perpecahan dan permusuhan.
Comments (3)
thank you for coming and having time with us.
Mantab nian ulasannya. Semoga menginspirasi banyak orang ya, Rofqil!
[…] ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya ihwal Christianity Studies for Muslim Scholars (CSMS) 2024. Pada tulisan tersebut, saya mencoba […]