Generasi Milenial: Generasi Smartphone?
Generasi Milenial Generasi Smartphone
Di zaman yang serba instan ini, jarak bukanlah sebuah alasan untuk tidak terhubung dan menyambung tali silaturrahmi dengan teman ataupun keluarga dimanapun mereka berada. Tidak bisa dipungkiri, dengan adanya sosial media, kita bisa mengetahui kabar di belahan dunia manapun dengan cepat dan akurat. Kita juga bisa mencari informasi dan data yang diperlukan tanpa ribet harus ke sana kemari.
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya tidak akan bisa lepas dari interaksi sosial. Baik itu dengan lingkungan sekitar atau dengan famili yang jauh. Jika di dunia nyata kita bisa secara langsung berkomunikasi dengan orang-orang terdekat, maka untuk menyambung tali silaturrahmi dengan saudara yang jauh tentu kita akan memanfaatkan keberadaan sosial media agar tetap terhubung dengan mereka yang jauh.
Teknologi berkembang semakin cepat, 10 tahun yang lalu keberadaan handphone dengan segala macam fiturnya hanya bisa dijangkau oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dan mobilitas tinggi. Tidak sembarang orang bisa memiliki alat komunikasi seperti sekarang ini. Hal ini tidak lepas karena pada masa tersebut keberadaan handphone masih dianggap sebagai barang yang mewah dan canggih. Tidak seperti sekarang ini, dimana setiap orang baik yang sudah dewasa, tua, ataupun yang belum cukup umur sudah fasih dan lancar dalam mengoperasikan gawainya.
Hingga saat ini, memiliki handphone –yang kemudian berubah menjadi smartphone karena fiturnya- sangat penting bagi generasi milenial. Disela-sela aktifitas kesehariannya, selalu mereka sempatkan untuk mengecek ataupun sekedar scroll linimasa dari sosmed yang dimiliki.
Salah satu fungsi yang sangat digandrungi oleh generasi milenial adalah adanya sosial media. Sosmed, sebuah ruang yang menjadi ajang untuk bebas mengekspresikan diri kita masing-masing tanpa perlu menunjukkan identitas yang sebenarnya. Dengan adanya fasilitas ini, tentunya semakin memudahkan kita untuk selalu up to date terhadap perubahan ataupun kejadian yang terjadi di belahan dunia manapun. Cukup dengan beberapa langkah pertama sebelum memulai interaksi lewat beberapa aplikasi chatting, para penggunanya akan semakin leluasa untuk mulai mengobrol dengan koleganya.
Akan tetapi, keberadan sosial media ini tidak hanya dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat positif saja. Tak sedikit juga yang memanfaatkan adanya sosial media ini untuk menyebarkan berita bohong (Hoax), ujaran kebencian, dan juga dijadikan tempat untuk menimbulkan perpecahan antar sesama masyarakat Indonesia.Seringkali kita temukan akun-akun tanpa identitas jelas yang dengan mudahnya menebar berita ataupun isu-isu yang belum tentu jelas kebenarannya.
banyak sekali oknum yang memanfaatkan keberadaan sosial media hanya sebagai alat untuk memecah kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan sosial sehari-hari. Mereka, yang sering menggunakan sosmed untuk menebar ketakutan di masyarakat harus diedukasi secara pelan-pelan. Langkah-langkah frontal tidak bisa digunakan untuk memusnahkan akun-akun palsu yang sering menyebar isu-isu hoax, kita harus menggunakan cara-cara yang lembut dan mengayomi, sehingga lambat laun mereka akan berhenti menyebar berita palsu. Langkah seperti ini pernah diterapkan oleh Rasulullah pada zaman dahulu ketika mengajak kaum Quraisy untuk masuk Islam. Beliau tidak pernah menggunakan jalan kekerasan dalam upaya mengajak kaumnya masuk Islam.
Tentu saja, kita sebagai penikmat dan pengguna dari canggihnya teknologi, harus bisa memfilter mana yang mengarahkan kita sebagai pengguna ke sisi positif atau malah sebaliknya. Dengan adanya sosial media seharusnya bisa menjadikan kita lebih terbuka dalam menerima perbedaan. Kita bisa berinteraksi dengan saudara sebangsa dan setanah air yang berada di pulau seberang misalnya. Tentu kita paham, apa saja sisi positif yang bisa diambil dari kemajuan teknologi seperti sekarang ini, dan juga sisi negatifnya yang bisa kita hindari.
Tinggalkan Balasan