Mengupas lagu “Minyak Maha Karambia Murah” Kritik Pemerintah?
Mengulik lagu yang berasal dari Ranah Minang berjudul “Minyak Maha Karambia Murah” oleh penyanyi Silva Hayati, cukup menjadi perbincangan publik. Sebab, liriknya yang mengandung kritik tajam terhadap pemerintah. Dalam lagu ini mencerminkan keresahan masyarakat terhadap fenomena kenaikan harga minyak goreng yang tidak seimbang dengan kenaikan harga kelapa (karambia). Hal ini menyoroti ketidakadilan yang terasa oleh para petani kelapa di tengah fluktuasi harga bahan pokok.
Analisis Lirik Lagu
Berikut beberapa potongan lirik dari lagu “Minyak Maha Karambia Murah”:
“`
Minyak maha karambia murah
Mangko tatangih tukang sulo
Tabayang anak bini di rumah
Makan bakuah jo aia mato
Kok lai bareh ndak mambali
Aia lauik ka ganti garam
Untuak ka samba bia di cari
Minyak panggoreang nan dirusuahkan
“`
Pada bait tersebut, liriknya menginterpretasikan keluhan sehari-hari oleh masyarakat. Kenaikan harga minyak goreng menyebabkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara harga kelapa tetap rendah. “Mangko tatangih tukang sulo” (tukang sulo menangis) dan “Tabayang anak bini di rumah, makan bakuah jo aia mato” (membayangkan anak dan istri di rumah, makan dengan air mata) menggambarkan kesulitan yang teralami oleh para petani dan keluarga mereka.
“`
Sajak baganti pamimpin nagari kito
Untuak ka makan taraso makin sulik sajo
Baa kok bisa nan minyak samakin maha
Sadangkan karambia di jua batambah murah
“`
Bagian ini menyoroti bahwa sejak pergantian pemimpin, maka semakin terasa pula dalam memenuhi kebutuhan pokok. Pertanyaan dalam lirik “Baa kok bisa nan minyak samakin maha, Sadangkan karambia di jua batambah murah” (Bagaimana bisa minyak semakin mahal, sedangkan harga kelapa semakin murah) menyiratkan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada petani.
“`
Manonyo janji, janji manih nan dahulu
Baa kok hilang cando di suruakkan hantu
Kanalah tuan hiduik ko pasti ka mati
Jan sampai takubua, tahutang jo janji-janji
“`
Pada bait ini, Silva Hayati mengingatkan para pemimpin tentang janji-janji manis yang pernah tersampaikan. Dalam lirik itu, juga mengandung peringatan bahwa hidup ini sementara dan jangan sampai meninggalkan utang janji kepada rakyat.
Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah
Lagu ini secara jelas mengkritik kebijakan pemerintah dalam pengendalian harga bahan pokok, terutama minyak goreng. Menanggapi harga yang terus naik sebagai bukti ketidakmampuan pemerintah menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi kesejahteraan petani. Para petani kelapa merasa merugi karena hasil kerja keras mereka tidak sebanding dengan perolehan pendapatan, sementara biaya hidup semakin melonjak tinggi.
Demikian juga, lagu tersebut mendapatkan respons yang luas dari masyarakat. Banyak yang merasa terwakili oleh lirik yang tersampaikan dan mendukung pesan kritik pada bait-bait lagu tersebut. Pada media sosial, lagu ini telah banyak tersebar dan mendapatkan berbagai komentar positif dari warganet. Banyak yang mengapresiasi sosok penyanyi Silva Hayati karena berhasil menyuarakan keresahan banyak orang.
Namun, tidak sedikit pula yang menganggap lagu ini terlalu berani dan kritis, mengkhawatirkan bahwa kritik yang disampaikan dapat menimbulkan ketegangan. Terdapat berpendapat bahwa solusi sebaiknya dicari melalui dialog yang konstruktif dan melalui saluran resmi.
Meskipun demikian, lagu dalam “Minyak Maha Karambia Murah” tidak hanya sekedar sebuah lagu, tetapi juga menjadi medium untuk menyampaikan kritik sosial yang efektif. Silva Hayati melalui lagu ini berhasil menggambarkan keluhan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah terkait harga bahan pokok. Lagu ini mengajak kita untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para petani dan pentingnya kebijakan yang adil dan merata. Seni, dalam hal ini musik, menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan kritis dan membuka ruang diskusi untuk perubahan yang lebih baik.
Lagu tersebut, sangat kaya akan budaya dan memiliki makna yang mendalam. Selain itu, turut memotret kehidupan masyarakat Minangkabau yang terkenal dengan semangat gotong royong dan kearifan lokal. Secara keseluruhan, “Minyak Maha Karambia Murah” adalah lagu yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pelajaran dan pesan moral. Bukan hanya terkait kritis terhadap kebijakan publik, namun juga ternadap nilai-nilai kearifan lokal, kesederhanaan, kebersamaan, serta pentingnya melestarikan budaya dan tradisi yang ada. Lagu ini mengajak pendengarnya untuk kembali menghargai nilai-nilai kehidupan yang seringkali terlupakan di tengah arus modernisasi.
Simak artikel menarik lainnya Filosofi Merantau Suku Minangkabau, “Dima Bumi Dipijak, Disinan Langik Dijunjuang.”
Tinggalkan Balasan