free page hit counter

Merayakan Harlah KMHDI Yogyakarta

KMHDI Yogyakarta kesatuan mahasiswa Hindu Dharma Indonesia

Merayakan Harlah KMHDI Yogyakarta

Contents

Selamat Ulang Tahun KMHDI Yogyakarta

Awal bulan Mei kemarin saya dan beberapa rekan Duta Damai Yogyakarta kesampaian datang ke acara ulang tahun Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia Yogyakarta yang ke-9. Jujur ini pertama kalinya saya bisa ikut duduk manis dalam rangkaian acara KMHDI Yogyakarta. Sesuatu yang beda namun memberi kesan mendalam bagi perjalanan saya secara pribadi. Selamat ulang tahun KMHDI Yogyakarta, semoga terus jaya dan jadi organisasi yang selalu solid.

Sebelumnya saya tidak tahu apa itu Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. Namun simpulan pertama saya adalah ini semacam kesatuan mahasiswa berbasis agama seperti pada umumnya. Kalau saya yang muslim ini mengenal Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia, kali ini bisa mengenal KMHDI, utamanya KMHDI Yogyakarta.

Latarbelakang Lahir KMHDI

Seperti pada organisasi atau komunitas lain, latarbelakang lahirnya KMHDI Yogyakarta adalah adanya keresahan yang sama dari para mahasiswa Hindu karena tidak ada organisasi induk berskala nasional. Memang induk itu penting untuk perjalanan sebuah organisasi.  Sama halnya sejarah Indonesia dulu, butuh organisasi pemuda untuk menyatukan semangat pemuda dari berbagai daerah. Agar semangatnya tidak putus pada semangat kedaerahan semata namun menasional.

Dari yang saya dengar, KMHDI ini sudah ada 13 pimpinan daerah dan 26 pimpinan cabang. Semuanya tersebar di 22 Provinsi, termasuk Yogyakarta. Pimpinan cabang paling muda ada di Klaten, tetangga dekat KMHDI Yogyakarta.

Ada beberapa sambutan yang saya dengarkan. Dalam sambutan yang dibawakan Pelaksana Tugas ketua PC KMHDI Yogyakarta berpesan agar KMHDI bisa terus berkolaborasi bersama. Hal ini yang akan membesarkan organisasi.

Sambutan selanjutnya dari ketua PHDI DIY, dalam sambutannya beliau menyebutkan ngalad sakti ning yoga pemanggih. Artinya dengan semangat berapi-api kita meyoga memuji Tuhan YME maka keinginan kita akan terwujud. Sepanjang hari kita memuja Tuhan. Jangan lupa untuk belajar jangan lupa untuk berdoa. Itulah jalan menuju kesempurnaan.

Atmosfer Toleransi Antar Umat Beragama

Saya datang ke acara lebih awal dibanding undangan yang lainnya. Karena dekat dengan magrib, maka sambil menunggu, saya pergi solat magrib di masjid tidak jauh dari pura. Dalam perjalanan ke masjid saya paham betapa damainya tempat yang sedang saya kunjungi ini. Masjid dan pura letaknya tidak terlalu jauh hanya berbatasan dengan makam. Iya makam, saya sempat salah mengira itu halaman rumah ternyata muka pekuburan.

Di awal saya bilang kalau acara ini berkesan bagi saya, sebab acara ini mayoritas isinya kawan-kawan Hindu sementara saya adalah muslim. Dan di acara itu saya dan Rahma (teman DDY) adalah dua hadirin yang mengenakan hijab. Selain kami berdua ada dua perwakilan komunitas lain yang juga membawa identitasnya (sebagai muslim). Jilbab dan peci  yang kami tampakkan cukup jelas menunjukkan identitas kami. Sementara acara ada di pendopo pura. Karena tahu ada muslim di acara tersebut, setiap ada yang memberi sambutan di depan pasti juga mengucapkan salam dalam bahasa arab “assalamualaikum”.

Karena itu meski terkesan minoritas, kami merasa hangat. Kami merasa diterima baik dalam acara ulang tahun KMHDI Yogyakarta ini. Dalam keseharian pun sejujurnya saya lumayan akrab dengan kawan-kawan Hindu. Bahkan pernah menginap di rumah salah satu rekan yang ternyata adalah kenalan Bapak I Nyoman Warta ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Yogyakarta.

Share this post

Comments (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *