Takjil War, Nyata atau Hanya Konten?
Contents
Ramadhan Identik Dengan Takjilan
Ramadhan sudah berjalan tiga pekan tapi rasanya tidak rela jika harus segera berakhir. Banyak hal spesial yang sangat mungkin tidak bisa kita jumpai di bulan yang lain. Salah satunya tentang takjil. Takjil selalu identik dengan makanan buka puasa. Manis dan menggiurkan. Namun siapa sangka ramadhan kali ini kita akan bertemu dengan istilah takjil war.
Tidak tahu bagaimana sejarahnya atau awal mulanya istilah ini hadir. Yang pasti sosial media jadi perantara mendengungkan ihwal kabar takjil war ini.
Ramai di awal ramadhan kemarin, video tentang orang-orang berburu takjil. Uniknya perburuan ini aktornya adalah tidak hanya warga muslim namun juga saudara kita non muslim. Setidaknya itu yang tertera pada kepsen video.
Padahal kalau mau memutar ingatan, hal seperti ini sudah lumrah. Non muslim belanja jajanan takjil. Tapi kenapa jadi heboh dan viral? Apa spesialnya?
Ya jawabannya karena the power of sosial media. Sosial media mampu menjadi jembatan penyebar segala macam berita. Tentu saja semua itu juga berkat kekuatan dari para konten kreator. Mereka mampu membuat parade atau adegan yang cukup menarik. Juga relatif dengan kita.ide
Fenomena Takjil War
Saya kira sebelumnya yang namanya takjil war itu adalah rebutan takjil antara yang puasa dan yang tidak puasa. Biasanya selama ramadhan banyak orang berbagi rakjil (baik di pinggir jalan atau masjid-masjid), nah saya kira war-nya terjadi di sini. Saya kira non muslim dan muslimnya itu rusuh nungguin pembagian takjil. Kerdil sekali saya ini.
Oalah ternyata takjil war itu terjadi di lapak pedagang takjil. Begitu yang tergambar di video. Menarik sih. Tapi apa benar memang seperti itu? Maksudnya apa fenomena ini beneran terjadi di banyak kota? Kok perasaan di tempat saya tidak. Tidak heboh non muslim muslim takjil war. Adem saja. Bahkan tidak pernah tuh sampai kehabisan dagangan takjil. Pasti masih ada. Kalau kehabisan tempat makan pernah.
Kalau ternyata benar banyak orang berbondong-bondong berburu takjil bahkan sampai sold out, tentu berkah sekali bagi pedagang. Tapi setelah saya baca komentar-komentar ternyata tidak semua merasakan hal itu. Ada yang bilang kalau dagangan mereka tidak terdampak takjil war. Malah ada yang curhat ada hari saat dagangan tidak habis atau tidak laku.
Bahkan di dekat saya saja, yang nyata saya lihat, tidak semua pedagang bisa ludes jualannya. Sering kali ada sisanya.
Lalu di mana letak takjil war itu sebenarnya? Apakah cuma di kota-kota besar di Indonesia yang padat penduduk? Atau apakah cuma di konten doang? Semoga sih tidak begitu. Para UMKM seharusnya terbantu dengan konten-konten yang sedang viral. Tidak semua pedagang itu profesi utamanya dagang. Cuma karena momentnya pas ramadhan, tidak sedikit dari mereka berjualan dadakan.
Sisi Lain Rebutan Takjil
Adanya fenomena video takjil war membuat ramadhan ini berbeda dengan ramadhan sebelum-sebelumnya. Ramadhan tahun ini terkesan spesial dan lebih rukun, terutama antara muslim dan non muslim.
Meski beberapa video memperlihatkan parodi non muslim dan muslim saling sikat mendahului jajan takjil, kenyataannya itu hanya konten yang membuat pemirsanya tertawa. Kita jadi lebih akrab dan hangat. Tidak sejulid sebelum-sebelumnya. Kesannya saling sikut takjil, padahal saling memaklumi.
Justru yang membuat saya agak kagok adalah adanya scane tanya jawab sebelum memborong takjil. Terus terang ini agak sedikit berlebihan, meski saya paham ini hanya sebatas konten.
Secara di dunia nyata, saya belum pernah ketemu pedagang takjil yang bertanya tentang agama dari para pembelinya. Apalagi sampai bertanya tentang rukun islam/ iman atau yang mengharuskan baca doa itu atau surah itu.
Jika posisi saya sebagai pedagang, saya pasti tidak akan repot tanya agamanya pembeli saya. Saya juga tidak akan protes misal yang beli ternyata non muslim. Saya cuma paling akan bahagia bahkan menyuruh pembeli itu datang lagi buat melarisi dagangan saya.
Sekali lagi adanya takjil war perbuatan berbondong-bondong jajan takjil adalah kabar gembira. Terbukti kalau rakyat Indonesia masih mampu mempersejahterakan perut masing-masing. Kalau memang takjil war itu beneran ada, semoga membantu para pelaku UMKM untuk memajukan usahanya.
Ya bayangkan saja jika banyak orang jajan, maka semakin banyak juga untung yang masuk. Tinggal nunggu lebaran untuk kembali memutar laba.
Tinggalkan Balasan