free page hit counter

Menikah Ketika Siap Bukan Ketika Ingin

Menikah Ketika Siap Bukan Ketika Ingin

Contents

Apa kabar Januari? Sudah 15 hari kamu melewati tahun 2025, tahun yang sebelumnya sangat kamu takuti karena merasa belum jadi apa-apa atau siapa. Bagaimana, masih aman-aman saja? Kalau kamu mengangguk artinya kamu memang baik-baik saja. Sama seperti tahun sebelumnya, ketakutan hanyalah ilusi, yang nyata adalah kenyataan hari ini. Lalu sudahkah kau siap dengar pertanyaan ‘kapan nikah’? Karena saya yakin pertanyaan itu cepat atau lambat pasti akan menghampiri hari-hari damaimu. Tapi kamu tidak perlu takut berlebihan kok, sebab percayalah menikah itu bukan hanya perkara ingin tapi menikah ketika siap itu yang bisa kamu usahakan.

Kenapa Menikah Ketika Siap?

Kenapa menikah ketika siap bukan ketika ingin, jawabannya karena manusia itu tempatnya ingin dan ingin. Setiap waktu selalu saja inngin. Begitulah karena nafsu sering kali mendominsi maka penting untuk punya pikiran sehat dan waras. Ketika kamu sudah siap maka saat itu juga kamu sudah paham hak dan kewajiban. Sudah mudeng perkara pernikahan tidak selamanya mulus, indah, dan bahagia melainkan lebih dari itu. Perkara suka dan duka menyatu yang mana jika tidak punya pikiran jernih dan hati lapang  hal itu bisa menjadi bom waktu yang siap menghancurkan.

Bukan perkara siap fisik atau finansial semata, tapi juga siap mental dan iman. Menikah itu kan ibadah terpanjang, lebih panjang daripada maraton maka perlu bekal yang sangat banyak. Kalau belum siap maka yang ada capek, sebentar-sebentar ingin berhenti istirahat. Ya kalau istirahat sebentar cukup bisa lanjut, kalau pilih jalan pintas untuk berakhir maka repot.

Mengusahakan Apa Yang Bisa Diusahakan

Menikah ketika siap aja belum jaminan akan rumah tangga adem ayem, apalagi menikah karena ingin. Iya sih memang kalau sudah punya keinginan untuk menikah maka alangkah baiknya untuk segera. Tapi ya tidak cukup hanya ingin, paling tidak barenglah dengan bekal lainnya. Islam mengajarkan jika seseorang sudah sangat ingin menikah namun belum mampu (baik secara lahir batin maupun belum ketemu calonnya) maka disarankan untuk puasa. Pada kondisi ini maka puasa adalah penolong jiwa-jiwa kesepian.

Tapi ya tetap harus usaha. Masak iya puasa terus-terusan padahal keinginan menikah sudah sangat menggebu? Usahakan, jika memang itu keinginan kamu saat ini maka usahakan untuk siap. Siap lahir batin. Jangan pernah menyepelekan masalah finansial. Benar uang bukan segalanya tapi dengan uang maka sebuah rumah tangga bisa sedikit lebih tenang (meski juga tidak selalu begitu).

Usahakan untuk mengendalikan diri dan perasaan. Menikah ketika siap secara psikologis lebih sehat daripada menikah saat labil. Paham betul bahwa ego masing-masing sudah tidak lagi berkuasa ketika telah terjalin pernikahan. Kalau masih tetap keras pada ego masing-masing maka dapat diramalkan bakalan susah rukun. Bersama mungkin masih tapi hati belum tentu.

Pentingnya Menikah Ketika Siap

Buat perencanana dan strategi. Kenali apa kekurangan dan kelebihan kamu. Juga jangan lupa untuk koreksi diri kira-kira kenapa belum juga izin menikah itu datang dari-Nya. Karena sehebat apa pun usahaka kita kalau maunya Dia belum ya belum.

Tidak usah buru-buru apalagi sampai membandingkan dengan orang lain. Ketahuilah apa yang kamu lihat dari orang lain belum tentu itu kebenarannya. Tidak ada yang tahun perkara orang lain selain dirinya sendiri. Sama dengan perasaan kamu, tidak ada yang akan paham benar kecuali dirimu.

Perlu dicatat, membandingkan pencapaian orang lain itu tidak baik untuk kesehatan jiwa raga namun kagum dan termotivasi dari kesuksesan orang lain itu sangat diperbolehkan. Jika memang kamu punya idola, tidak masalah untuk mencontoh segala kebaikan darinya. Namun tidak perlu risau jika memang tidak bisa menandingi atau bahkan menyamai. Kamu punya jalan ceritamu sendiri.

Jadi bagaimana dengan 50 hari menuju Ramadan? Sudah siap dengan pertanyaan maut ‘kapan nikah?’. Tidak perlu takut, santai, bilang saja nanti menikah ketika siap lahir batin. Kalau perlu tambahi candaan ‘tapi kalau Anda siap membiayai bisa kita bicarakan baik-baik’. So, selamat mengusahakan yang bisa kita usahakan. (MIN)

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *