Kampung Naga : Bentuk Hidup Selaras dengan Alam
Melupakan sejenak hiruk pikuknya kota menjadi cita-cita banyak orang, terlebih di era saat ini. Seakan kota menjadi pusat modernitas. Mobil dan motor penuhi lalu lintas. Gedung-gedung tinggi seakan menjulang tanpa batas. Udara segar menjadi hal yang dirindukan. Kembali ke alam, melihat hamparan hijau khas perdesaan menjadi hal yang diimpikan.
Salah satu perkampungan adat di Jawa Barat dapat membayar segala macam problematika khas perkotaan, tentang rinduhnya hidup selaras dengan alam. Nama kampung ini Kampung Naga. Berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Pertama kali menginjakan kaki di kampung ini, perasaan tenang dan segar seakan penuhi jiwa dan pikiran.
Hamparan hijau sawah khas perdesaan serta suara gemricik air sungai dan binatang, seakan menjadi obat relaksasi dari riuhnya kehidupan perkotaan. Sebelum sampai di perkampungan ini, kaki kita akan dimanjakan dengan menuruni 440 anak tangga. Kata pepatah, untuk mencapai yang diinginkan perlu perjuangan terlebih dahulu, nah begitu juga untuk mencapai kampung ini, perlu perjuangan dahulu.
Masyarakat di kampung ini sangat memegang prinsip hidup selaras dengan alam serta mempertahankan adat istiadat turun temurun dari nenek moyang. Jangan kaget saat berada di kampung ini, kita tidak akan menemukan listrik untuk sekadar mengisi daya ponsel kita saat tengah habis atau untuk aktivitas lainnya. Mereka percaya bahwa saat modernitas masuk di tengah mereka, maka akan menciptakan kesenjangan dan hilangnya kebersamaan antar warga. Lebih-lebih dapat membuat hidup mereka menjadi tidak tenang.
Tatanan bangunan yang rapi dan arsitektur khas menjadi daya tarik tersendiri perkampungan ini. Semua bentuk bangunannya seragam, berbentuk panggung dengan atap ijuk kayu serta berdinding anyaman bambu. Ukuran rumahnya sama yakni, 5 meter x 8 meter, menghadap dua arah, ke selatan dan utara. Bentuk atapnya dua arah yang mengandung arti tentang menjauhi perlombaan antar sesama. Penggunaan anyaman dari bambu tersebut bukan tanpa alasan selain sebagai ventilasi agar udara di dalam rumah tetap segar, juga sebagai sarana silahturahmi antar warga sekitar.
Di dalam rumah tidak ada kamar mandi, semua kamar mandi terletak di luar rumah. Uniknya, bagian dalam kamar mandi hanya terdapat pancuran air mengalir dan lubang untuk buang air. Di bawah kamar mandi ini terdapat kolam yang berisikan ikan-ikan, yang siap memakan limbah-limbah hasil produksi tubuh. Menurut masyarakat setempat tatanan rumah seperti itu, membuat mereka seakan hidup tenang, jauh dari gangguan alam seperti gempa dan banjir yang menghantui manusia pada umumnya.
Hal ini lantaran, cara mereka hidup yang selaras dengan alam, mencintai alam serta bersahabat dengan alam. Pola rancangan bangunan rumah panggung yang dibangun masyarakat terbilang aman dari gemba, dengan pola rumah panggung yang disimpan di atas pondasi batu alam, kondisi ini relatif aman saat gempa menerjang.
Keunikan lainnya perkampungan ini adalah ketika menjelang sholat. Jika di perkotaan saat menjelang sholat maka dikumandangkan adzan kemudian untuk menunggu jamaah akan diperdengarkan puji-pujian kepada Allah, maka di Kampung Naga hanya ada suara bedug yang dipukul sebagai penanda sholat akan dimulai. Hal ini dikarenakan masyarakat disana tidak menggunakan listrik.
Saat malam tiba, terlihat rumah-rumah menyalakan api sebagai pengganti lampu. Bukan kegelapan dan ketakutan yang dirasakan, melainkan ketenangan batin yang tidak ditemukan di perkotaan. Ditambah lagi dengan kelap-kelip dari binatang kecil kunang-kunang, menambah indah kampung ini. Perjalanan setengah hari di Kampung Naga memang tidak terasa, lantaran tenangnya suasana alam dari kampung ini.
Bagi pencinta traveling ke alam, Kampung Naga dapat menjadi list kunjungan setelah virus Covid-19 nanti berakhir, yang terpenting saat ini nikmati dahulu segala macam kegiatan yang terpaksa dilakukan di dalam rumah. Nanti, ada saatnya kembali lagi beraktivitas di luar rumah dan traveling ria ke alam. Stay safe and healthy everyone.
Tinggalkan Balasan