Sumbu Filosofi Jogja: Sebuah Pelajaran Hidup
Sumbu Filosofi Jogja merupakan sebuah garis lurus pada tata ruang Yogyakarta yang mengandung nilai mengenai siklus kehidupan manusia. Nah, perjalanan sejak lahir sampai pada akhirnya kembali ke alam baka merupakan cerminan dari siklus kehidupan manusia.
Sebelum membahas lebih jauh, izinkan aku menceritakan sedikit pengalamanku. Jadi, pada hari Rabu 23 Agustus 2023 yang lalu aku bersama dengan Mbak Mala dan Mas Hasib mendapatkan kesempatan berharga. Pada sarasehan kali ini materinya sangat menarik terutama yang membahas mengenai Sumbu Filosofi. Terlebih, karena aku sendiri anak rantau. Aku senang karena menambah wawasanku mengenai Jogja terlebih di sejarahnya, pariwisatanya, dan juga dapat pembelajaran hidup.
Mengenal Lebih Jauh
Sumbu Filosofi Jogja berada di pusat kota Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang merupakan penguasa pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat mendirikan Kota Yogyakarta. Sebelum mendapatkan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Pangeran Mangkubumi adalah seorang pangeran dari Kerajaan Mataram yang memerintah di sebagian besar Jawa dan Madura di akhir abad ke-16 Masehi.
Konsep “Sangkaning Dumadi” merupakan lambang dari Panggung Krapyak sampai Kraton yang melambangkan asal manusia lahir yang merupakan lambang dari konsep “Sangkan Dumadi”. Tahapan pertama tersebut merupakan konsepsi kehidupan, kelahiran, remaja, dan perkawinan serta pembentukan keluarga.
BACA JUGA : Definisi Ghosting : Ditinggal Tanpa Kejelasan
Sedangkan dari Tugu menuju Keraton yang memiliki arti perjalanan manusia kembali kepada Sang Pencipta merupakan konsep dari “Paraning Dumadi”. Dalam konsep ini, terdapat Gedung Kepatihan dan juga Pasar Beringharjo yang melambangkan godaan akan jabatan dan materi.
Gerbang Pangarukan (pintu gerbang utara Keraton) merupakan tempat jiwa berpisah dengan raga untuk melanjutkan perjalanan ke Keraton yang memiliki makna kembali ke Sang Pencipta. Gedung Kepatihan dan Pasar Beringharjo melambangkan godaan akan jabatan dan materi.
Dengan adanya filosofi ini, aku menjadi tahu bahwa oh iya ya ternyata filosofi ini bagus. Filosofi ini tidak hanya menjadi “hiasan” di Yogyakarta saja, tetapi nilai-nilai yang terdapat masih relevan hingga saat ini. Akhir kata, sebagai generasi muda yang masih pada tahap awal, tentunya kita bisa lebih bijaksana dalam menjalani hidup ini. Di depan sana memang akan ada godaan jabatan dan juga materi, tetapi kita harus mengingat bahwa setelah itu kita akan kembali lagi kepada Sang Pencipta.
Jika Sobat Damai ingin membaca informasi lebih jauh lagi, bisa melakukan pencarian di akun instagram resmi. Terima kasih banyak!
Editor: Bennartho Denys
Comments (5)
[…] BACA JUGA: Sumbu Filosofi Jogja: Sebuah Pelajaran Hidup […]
[…] BACA JUGA : Sumbu Filosofi Jogja : Sebuah Pelajaran Hidup […]
[…] hak-hak, mendapatkan pengakuan, atau mencari representasi dalam berbagai bidang, termasuk politik, budaya, dan […]
[…] Tantangan untuk menjaga harmoni di era globalisasi semakin kompleks. Penyebaran informasi yang tidak terkendali, provokasi dan ujaran kebencian, serta pengaruh ideologi radikal, dapat memicu keretakan antar kelompok masyarakat. Di sinilah peran penting generasi muda sebagai penjaga warisan budaya bangsa. […]
[…] Baca Juga : Sumbu Filosofi Jogja: Sebuah Pelajaran Hidup […]