Pesta Demokrasi Beda Pilihan Tetap Toleran
Contents
Terima Kasih Januari
Selamat tinggal Januari, selamat datang Februari. Akhirnya satu bulan telah berlalu sejak tahun baru 2024. Februari kembali menyapa dengan sedikit gerimis berbalut dingin menelusup belulang. Hai Januari, terima kasih sudah bertahan kuat. Februari mari makin kuat mengawal pesta demokrasi.
Bolehlah mari kita sapa hari baru ini dengan pertanyaan, apa kabar hari ini?
Kenapa bertanya kabar? Ya untuk mengetahui apakah kita benar-benar baik-baik saja. Katanya semakin sadar kesehatan mental. Katanya semakin peduli dengan diri sendiri. Ya salah satunya bertanya pada diri sendiri tentang apa yang tengah kita rasakan.
Menyapa dan Bertanya Kabar. Bukan alasan penulis mengajak pembaca untuk menyapa diri sendiri. Semuanya lebih kepada agar semakin sadar bahwa orang pertama yang harusnya mencintai kita adalah diri kita sendirilah. Kalau bukan kita yang memeluk dan memuji, siapa lagi?
Bulan Februari Bulan Pesta Demokrasi
Bulan Februari ini kita akan berhadapan dengan pesta demokrasi. Pesta yang benar-benar menegangkan. Sebenarnya pesta untuk beberapa golongan dan menyisakan isak bagi beberapa golongan. Serba tidak pasti.
Bertebaran janji. Pencitraan tiada henti. Debat yang tidak habis-habis. Saling menguliti, saling tidak sadar diri. Mengumpulkan masa, menambah kekuatan. Yang nelangsa tampak terabaikan.
Mempertanyakan Janji, Merayakan Pesta Demokrasi
Kalau sampai detik ini kalian belum menetapkan pilihan, itu hal wajar. Seperti halnya mencari jodoh, kita akan berusaha memilih yang terbaik dari yang ada. Kalau masih bingung karena banyaknya pilihan, cobalah untuk mengenalnya. Cari tahu latar belakang, visi misi, tujuan dan mempertanyakan janji.
Jangan sampai kita terbujuk janji manis namun palsu. Sebenarnya janji-janji ini bisa kita analisis lho. Kalau ada janji yang terlalu halu, maka patut waspada. Gunakan akal sehat untuk membedakan mana omong kosong mana yang terindikasi bisa direalisasikan.
Sebagai bagian tamu undangan Pesta demokrasi, sudah barang tentu kita harus melek dengan peta. Peta perjalanan, peta lokasi juga peta kemungkinan. Selalu gunakan pikiran sehat, tanpa perlu menjatuhkan yang lain. Cukup menganalisis untuk diri sendiri (dan keluarga, mungkin).
Beda Pilihan Tetap Toleran
Sebab bagaimana pun Pesta demokrasi ini rahasia. Siapa saja boleh memilih siapa saja. Siapa saja boleh memihak siapa saja. Pilihanmu belum tentu saja dengan pilihan teman tongkronganmu. Tapi kita tidak boleh buta. Tidak boleh merusak idealisme dan pilihan yang lain.
Jatuh hati boleh, tapi tidak perlu sampai melukai hati lain. Bulan Februari identik dengan bulan kasih, masak saling menjaga perasaan masing-masing saja tidak bisa?
Balik lagi ke kamu yang sudah berumur dan kelak dapat undangan ikut merayakan pesta demokrasi, jangan golput. Ibarat kata kalau kamu golput itu berarti kamu gak memilih siapa pun. Kalau kamu gak memilih, gak memakai kesempatan kamu, maka kamu gak bisa untuk menuntut. Iya dong, sudah dapat pintu tapi gak mau masuk, giliran pintunya sudah waktunya tutup, kamu bingung karena ga punya akses.
Pula kalau ternyata yang kamu pilih kalah, tidak usah geram. Kalau tidak terima, ajukan sanggahan dengan segala bukti. Tapi kalau memang waktunya menerima, lakukan dengan hati terbuka.
Kalau pilihan kita jadi pemenangnya? Voila, selamat. Ada kesempatan untuk kamu menagih janji manisnya. Ada juga hak menuntut kemajuan untuk kebaikan negeri. Juga jangan lantas tutup mata ketawa lebar. Tugas belum selesai, kita juga punya kewajiban untuk memantau, mengingatkan bahkan memprotes jikalau pilihan kita berlaku curang atau membahayakan negeri.
Sekali lagi, sebagai tamu undangan Pesta yang sehat mental, jangan sampai mau terbawa arus. Apalagi sampai bodo hanya demi calon idaman. Ingat, tetap gunakan logika. Beda pilihan tetap toleran. Orang lain boleh pilih sesuai hati nurani, kita tidak boleh usil. Wong kita aja kalau kena usil juga bad mood.
Comments (2)
[…] Baca juga tulisan lainnya […]
[…] baca tulisan sebelumnya […]