Refleksi Duta Damai Yogyakarta Menuju Rakornas di Jakarta

Duta Damai Yogyakarta —  Berawal dari tujuan yang sama kami dipersatukan di Jakarta dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai Dunia Maya, Senin (26/12). Dari Sabang sampai Merauke semua berkumpul untuk menyuarakan aspirasi perdamaian berdasarkan perspektif kearifan lokal masing-masing.

Dalam kesempatan ini, Duta Damai Yogyakarta diwakili oleh 5 anggota. Adalah Huda, Aziza, Geby, Mala, dan Ben yang diamanatkan untuk menuju Jakarta dan berjumpa dengan teman-teman dari seluruh penjuru Indonesia.

Kami berangkat dari pagi buta secara serentak dan tiba di Jakarta saat menjelang siang. Awan tebal pun menyambut kehadiran kami di kota yang identik dengan ‘ondel-ondel’.

Kendati gerimis mengiringi perjalanan kami menuju lokasi pertemuan, justru itu kian menambah semangat untuk bersua kawan. Letih memang kami rasa, namun ketika sampai dan mulai berbincang dengan teman-teman dari regional lain seketika lelah itu sirna.

BACA JUGA: Optimasi Konten SEO dengan People Also Ask Bersama Komunitas WordPress Jogja

Acara pada hari ini adalah penyambutan kedatangan Duta Damai Dunia Maya dari seluruh regional. Pada malamnya, kami bercengkerama satu sama lain dengan anggota regional yang berbeda.

Melalui obrolan itu, local knowledge transfer pun terjadi. Melalui keahlian bidang yang berbeda kami saling belajar dan menghargai.

Salah satu percakapan menginspirasi sebuah ide supaya kelak seluruh regional dapat membangun diskursus bersama secara reguler. Itu demi menjaga kewarasan kita dalam menjaga perdamaian.

Mungkin sulit bila melakukan pertemuan secara luring seperti momen ini, namun teknologi tentunya tak pernah menghalangi kami untuk tetap terhubung. Membahas mengenai hakikat perdamaian hingga strategi untuk mencapai itu dapat dilakukan bersama-sama sehingga wawasan kami semakin luas.

Sebuah pemahaman terkait perdamaian sangat penting untuk dimiliki oleh setiap agennya. Sebab tanpa pengetahuan itu, maka bisa jadi kita terjebak pada eco chamber yang berpotensi menutupi akal kita dari kebenaran.