free page hit counter

Prince Mateen Melemahkan Iman Menguatkan Imun

Prince Mateen Melemahkan Iman Menguatkan Imun

Prince Mateen Melemahkan Iman Menguatkan Imun
Kehadiran Prince Mateen diantara berita-berita corona virus menjadi satu cerita babak baru.

Orang-orang, khususnya mbak-mbak penghamba kehaluan, dalam waktu sekejap mendapat hiburan dan bacaan baru. Hal ini bagus untuk tetap mempertahankan imun sekaligus bagus untuk membunuh kebosanan selama stay at home. Daripada keluyuran ke mal mending keluyuran saja di instagram Pangeran. Sudah aman, gak bakal diusir lagi, palingan cuma haus.

Masalah–lebih tepatnya konflik–mulai muncul mana kala ada sebagian akun dari warga +62… yang mulai membanjiri postingan ‘dada berkeringat’ pangeran. Banyak diantara akun itu mengelukan Sang Pangeran seolah itu sesuatu yang maha uwow. Pula akan takut dianggap ketinggalan jika tidak ikut-ikutan basah dalam gelombang yang ada. Nyaris sama persis dengan Jojo (atlit Bulutangkis) yang beberapa waktu lalu dihujani komentar ‘uwow’ dari netijen hanya gara-gara selebrasi kebablasan sampai memperlihatkan bahu dan perut sobeknya. Sebegitu lemahkah ciwik ciwik dengan perut sobek?

Berkomentar boleh-boleh saja. Memuji dan memuja itu wajar. Namun kalau kebablasan yang ada justru tampak norak dan lebay. Postingan ini tentu tidak bermaksud menghakimi siapa-siapa, karena penulis sendiri juga sempat silaturahim anget ke akun Prince Mateen. Sayangnya jangan harap meninggalkan jejak komentar. Lagian saya mampir karena sebelumnya dapat pesan WA: mantu sultan, dengar-dengar ada pangeran lagi viral, itu suami kamu bukan? Jadi kehadiran saya di akun pangeran murni demi klarifikasi saja. ehe.

Baca juga bagaimana membuat konten

Seperti dunia nyata, dunia maya sebenarnya juga punya aturan dan sopan santun. Bayangkan jika kalian berkomentar di dunia maya itu seolah kalian sedang berkomentar di dunia nyata. Sembarang kata dilontarkan di kolom komentar seolah-olah tidak akan ada pihak lain yang memerhatikan. Belum lagi pemilihan kata yang mungkin menjurus ke cabul/ murahan. Tidak malukah jika jejak digital itu nanti sampai ke mana-mana?

Perkara lainnya, ternyata banyak pihak yang menganggap ‘kegaduhan komentar’ itu serupa merendahkan Sang Pangeran. Tidak sedikit pihak yang angkat bicara menjelaskan jika komentar-komentar yang dihujankan ke postingan Prince Mateen menjurus pada harassment. Selama ini banyak yang menganggap bahwa berkomentar murahan di postingan perempuan adalah bentuk pelecahan. Namun kalau komentar murahannya ke laki-laki, kenapa dibiarkan?

Belum lagi mendadak berlanjut hadir serangan-serangan ke akun perempuan yang dikabarkan dekat dengan sang pangeran. Klepek-klepeknya pada ‘dada keringetan’ si pangeran, tapi marah-marahnya sama mbak cantik yang jadi pemilik hati pangeran.

Terlepas dari ‘rusuh’ yang ada, apa tidak malu sama diri sendiri? Bukankan berkomentar, katakanlah komentarnya: ‘rahim anget’, ‘nodai aku’dll, tampak terlalu murahan? Halu itu boleh dan gratis, tapi jangan lupa harga diri. Sudah komentar jelalatan, enggak ditanggapi juga sama pangeran.

Lagian terlepas dari itu semua, masak iya sih seumur-umur belum pernah lihat ‘dada keringetan bahu kokoh perut serupa batako’ di kehidupan nyata? Mbok sekali-kali main ke celebrity fitnes atau tempat gym. Udah yakin banyak penampakan serupa Prince Mateen bahkan lebih. Atau ke pasar, banyak juga kok mas-mas di pasar yang punya bahu kokoh kulit eksotis.

Tapi ya sudahlah, toh semua sudah terjadi (dan tidak terjadi apa-apa, alias kamu masih jomblo dan Prince Mateen tetap kaya raya). Hanya saja mbok setelah ini lebih diatur dan ditata sedikit kepribadiannya. Saya tahu kok, keringet Prince Mateen memang susah dihempaskan dari pikiran kalian, tapi yakinlah keringet pasangan halal kalian lebih dari cukup untuk membuatmu bersyukur. Belum punya pasangan halal? Ya bayangin aja keringet orang tua kalian, dengan keringet merekalah kalian akhirnya bisa memimpikan mengelap keringet pangeran.

Tenang saja, selain Prince Mateen masih banyak kok laki-laki dengan fisik uwow yang bisa kalian silaturahimin akunnya, gratis pula. Tapi ingat jangan tampak ‘murahan’ saat komentar. Karena bisa jadi diantara mereka yang tengok komentar salah satunya adalah masa depanmu.

Share this post

Comment (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *